AsSalam
Allahumma Solli a'la Muhammad
Allahumma Solli alaihi WaSalim
Imam Al Ghazali pernah bertanya apakah yang amat jauh...
maka muridnya menjawap dengan pelbagai jawapan...
Imam AlGhazali menjelaskan "Yang amat jauh ialah kelmarin yang telah berlalu...tiada kenderaan yang buleh sampai ke sana...
Maka jadikanlah Iktibar bagi Hidup di masa depan akan semua pengalaman yang lalu sama ada yang hitam atau Baida'...
Sesungguhnya manusia dinilai atas sifat Taqwa tidak kira samada berkulit sawda' atau baida'...
AtTa_ibu minal Zanbi kama la zanbalahu bermakna:
Bertaubat dari dosa adalah seperti tidak melakukan dosa
Inna Islama yajubbu ma kaana qoblahu bermakna:
Sesungguhnya (kalimah taukid penguat peryataan) Islam menghapuskan dosa sebelumnya...
Inna Rahmati Gholabat (sebut Rolabat) Ghodhobi (sebut Rodhobi...bermakna
Sesungguhnya Rahmat Allah lebih luas dari murkaNya...
Hadis tersebut seperti memberi perangsang untuk umat Islam serta Insan untuk berTAUBAT dari kesilapan lalu.
Taubat ada 3 jenis:
1. taubat dari dosa besar
2. taubat dari fasad dalam dada seperti hasad dengki, riak, ujub, sum_ah
3. Taubat seperti yang dibuat oleh Rasulullah Sallallahu alaihi waSalam yang ma'sum dijamin aljannah bernafsu Kamilah...Rasulullah bertaubat dengan berIstighfar 100 kali sehari...
Tuba lil Ghuroba' bermakna
berUntunglah untuk golongan Ghuroba' yakni yang membawa amal yang Ikhlas menemui Allah di alam Akhirat...
WAllahu A'lam
20 Februari 2009
05 Februari 2009
Kisah Saiyidina Hasan RadhiALlahu anhu
Imam Hassan Al-Mujtaba ra
Nama: Hasan
Gelar: al-Mujtaba
Julukan: Abu Muhammad
Ayah: Ali bin Abi Thalib
Ibu: Fathimah az-Zahra
Tempat/Tarikh Lahir: Madinah, Selasa 15 Ramadhan 2 H.
Hari/Tarikh Wafat: Kamis, 7 Shafar Tahun 49 H.
Umur: 47 Tahun
Sebab Kematian: Diracun Istrinya, Ja'dah binti As-Ath
Makam: Baqi' Madinah
Jumlah Anak: 15 orang; 8 laki-laki dan 7 perempuan
Anak Laki-laki: Zaid, Hasan, Umar, Qosim, Abdullah, Abdurrahman, Husein, Thalhah
Anak Perempuan: Ummu al-Hasan, Ummu al-Husein, Fathimah, Ummu Abdullah, Fathimah, Ummu Salamah, Ruqoiyah
Riwayat Hidup
"..Maka katakanlah (hai Muhammad): mari kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kalian.. ." (Surah Al-lmran 61)
"Sesungguhnya Allah SWT menjadikan keturunan bagi setiap nabi dan dari tulang sulbinya masing-masing, tetapi Allah menjadikan keturunanku dan tulang sulbi Ali bin Abi Thalib". (Rasulullah s.a.w)
"Semua anak Adam bernasab kepada orang tua lelaki (ayah mereka), kecuali anak-anak Fathimah. Akulah ayah mereka dan akulah yang menurunkan mereka." (Rasulullah s.a.w)
Satu ayat di atas serta dua hadis di bawahnya menunjukkan bahwa Hasan dan Husein adalah kecintaan Rasul yang nasabnya disambungkan pada dirinya. Hadis yang berbunyi: "Tapi Allah menjadikan keturunanku dari tulang sulbi Ali Bin Abi Thalib", menunjukkan bahwa Rasulullah yang tidak berbicara karena kemahuan hawa nafsu kecuali wahyu semata-mata, ingin mengatakan bahwa Hasan dan Husein adalah anaknya beliau saw. Begitu juga hadis kedua, beliau mengungkapkan bahwa anak Fathimah bernasab kepada dirinya s.a.w. Pernyataan tersebut dipertegas oleh ayat yang di atas, dimana Allah sendiri menyebut mereka dengan istitah 'anak-anaknya' yakni putra-putra Muhammad Rasulullah s.a.w.
Nabi juga sering bersabda: "Hasan dan Husein adalah anak-anakku". Atas dasar ucapan nabi inilah, Ali bin Abi Thalib berkata kepada anak-anaknya yang lain: "Kalian adalah anak-anakku sedangkan Hasan dan Husein adalah anak-anak Nabi". Karena itulah ketika Rasulullah s.a.w masib hidup mereka berdua memanggil nabi s.a.w "ayah". Sedang kepada Imam Ali r.a Husein memanggilnya Abu Al Hasan, sedang Hasan memanggil sebagai Abu al-Husein. Ketika Rasulullah s.a.w pulang kerahmat Allah, barulah mereka berdua memanggil hadrat Ali dengan "ayah".
Beginilah kedekatan nasab mereka berdua kepada Rasululullah s.a.w. Sejak hari lahirnya hingga berumur tujuh tahun Hasan mendapat kasih sayang serta naungan dan didikan langsung dari Rasulullah s.a.w, sehingga beliau dikenal sebagai seorang yang ramah, cerdas, murah hati, pemberani, serta berpengetahuan luas tentang seluruh kandungan setiap wahyu yang diturunkan saat nabi akan menyingkapnya kepada para sahabatnya.
Dalam kesalehannya, beliau dikenal sebagai orang yang saleh, bersujud dan sangat khusyuk dalam shalatnya. Ketika berwudhu beliau gementar dan di saat shalat pipinya basah oleh air mata sedang wajahnya pucat karena takut kepada Allah SWT. Dalam belas dan kasih sayangnya, beliau dikenal sebagai orang yang tidak segan untuk dengan pengemis dan para gelandangan yang bertanya tentang masalah agama kepadanya.
Dari sifat-sifat yang mulia inilah beliau tumbuh menjadi seorang dewasa yang tampan, bijaksana dan berwibawa. Setelah kepergian Rasulullah s.a.w beliau langsung berada di bawah naungan dan didikan ayahnya Ali bin Abi Thalib r.a Hampir tiga puluh tahun, beliau bernaung di bawah didikan ayahnya, hingga akhirnya pada tahun 40 Hijriyah. Ketika ayahnya terbunuh dengan pedang beracun yang dipukul oleh Abdurrahman bin Muljam, Hasan mengambil ali pemerintahan yang ditinggalkan oleh ayahdanya.
Selama masa kepemimpinannya, beliau dihadapkan kepada orang yang sangat memusuhinya dan memusuhi ayahnya, Muawiyah bin Abi Sufyan dari bani Umayyah. Muawiyah bin Abi Sufyan yang sangat haus kepada kekuasaan selalu menyerang Imam Hasan r.a dengan kekuatan pasukannya. Sementara dengan kelicikannya dia menjanjikan hadiah-hadiah yang menarik bagi tentera dan pengikut Imam Hasan yang mahu menjadi pengikutnya.
Kerana banyaknya pengkhianatan yang dilakukan pengikut Imam Hasan r.a yang merupakan akibat bujukan Muawiyah, akhirnya Imam Hasan menerima tawaran darinya. Perdamaian bersyarat itu dimaksudkan agar tidak terjadi pertumpahan darah yang lebih banyak di kalangan kaum muslimin. Namun, Muawiyah mengingkari seluruh isi perjanjian itu. Kejahatannya pun semakin bermaharajalela, khususnya kepada keluarga Rasulullah s.a.w dan orang yang mencintai mereka akan selalu ditekan dengan kekerasan dan diperlakukan dengan tidak senonoh.
Dan pada tahun 50 Hijriah, beliau dikhianati oleh isterinya, Ja'dah putri Ash'ad, yang menaruh racun di minuman Imam Hasan. Menurut sejarah, Muawiyah adalah dalang dari usaha pembunuhan anak kesayangan Rasulullah s.a.w ini.
Akhirnya manusia agung, pribadi mulia yang sangat dicintai oleh Rasulullah kini telah pulang ke rahmatullah. Pemakamannya dihadiri oleh Imam Husein r.a dan para anggota keluarga Bani Hasyim. Kerana adanya beberapa pihak yang tidak setuju jika Imam Hasan dikuburkan dekat maqam Rasulullah dan protes itu dibuktikan dengan adanya hujan panah ke keranda jenazah Imam Hasan r.a. Akhirnya untuk kesekian kalinya keluarga Rasulullah yang teraniaya terpaksa harus bersabar. Mereka kemudian mengalihkan pemakaman Imam Hasan r.a ke Jannatul Baqi' di Madinah. Pada tanggal 8 Syawal 1344 H (21 April 1926) kemudian, pekuburan Baqi' diratakan dengan tanah oleh pemerintah yang berkuasa di Hijaz.
Imam Hasan telah tiada, pemakamannya pun digusur namun perjuangan serta pengorbanannya yang diberikan kepada Islam akan tetap terkenang di hati sanubari setiap insan yang mengaku dirinya sebagai pengikut dan pencinta Muhammad s.a.w serta Ahlul Baitnya.
Semoga Allah memasukkan beliau ke dalam golongan yang soleh bersama-sama penghuni syurga-Nya. Amin....
Nama: Hasan
Gelar: al-Mujtaba
Julukan: Abu Muhammad
Ayah: Ali bin Abi Thalib
Ibu: Fathimah az-Zahra
Tempat/Tarikh Lahir: Madinah, Selasa 15 Ramadhan 2 H.
Hari/Tarikh Wafat: Kamis, 7 Shafar Tahun 49 H.
Umur: 47 Tahun
Sebab Kematian: Diracun Istrinya, Ja'dah binti As-Ath
Makam: Baqi' Madinah
Jumlah Anak: 15 orang; 8 laki-laki dan 7 perempuan
Anak Laki-laki: Zaid, Hasan, Umar, Qosim, Abdullah, Abdurrahman, Husein, Thalhah
Anak Perempuan: Ummu al-Hasan, Ummu al-Husein, Fathimah, Ummu Abdullah, Fathimah, Ummu Salamah, Ruqoiyah
Riwayat Hidup
"..Maka katakanlah (hai Muhammad): mari kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kalian.. ." (Surah Al-lmran 61)
"Sesungguhnya Allah SWT menjadikan keturunan bagi setiap nabi dan dari tulang sulbinya masing-masing, tetapi Allah menjadikan keturunanku dan tulang sulbi Ali bin Abi Thalib". (Rasulullah s.a.w)
"Semua anak Adam bernasab kepada orang tua lelaki (ayah mereka), kecuali anak-anak Fathimah. Akulah ayah mereka dan akulah yang menurunkan mereka." (Rasulullah s.a.w)
Satu ayat di atas serta dua hadis di bawahnya menunjukkan bahwa Hasan dan Husein adalah kecintaan Rasul yang nasabnya disambungkan pada dirinya. Hadis yang berbunyi: "Tapi Allah menjadikan keturunanku dari tulang sulbi Ali Bin Abi Thalib", menunjukkan bahwa Rasulullah yang tidak berbicara karena kemahuan hawa nafsu kecuali wahyu semata-mata, ingin mengatakan bahwa Hasan dan Husein adalah anaknya beliau saw. Begitu juga hadis kedua, beliau mengungkapkan bahwa anak Fathimah bernasab kepada dirinya s.a.w. Pernyataan tersebut dipertegas oleh ayat yang di atas, dimana Allah sendiri menyebut mereka dengan istitah 'anak-anaknya' yakni putra-putra Muhammad Rasulullah s.a.w.
Nabi juga sering bersabda: "Hasan dan Husein adalah anak-anakku". Atas dasar ucapan nabi inilah, Ali bin Abi Thalib berkata kepada anak-anaknya yang lain: "Kalian adalah anak-anakku sedangkan Hasan dan Husein adalah anak-anak Nabi". Karena itulah ketika Rasulullah s.a.w masib hidup mereka berdua memanggil nabi s.a.w "ayah". Sedang kepada Imam Ali r.a Husein memanggilnya Abu Al Hasan, sedang Hasan memanggil sebagai Abu al-Husein. Ketika Rasulullah s.a.w pulang kerahmat Allah, barulah mereka berdua memanggil hadrat Ali dengan "ayah".
Beginilah kedekatan nasab mereka berdua kepada Rasululullah s.a.w. Sejak hari lahirnya hingga berumur tujuh tahun Hasan mendapat kasih sayang serta naungan dan didikan langsung dari Rasulullah s.a.w, sehingga beliau dikenal sebagai seorang yang ramah, cerdas, murah hati, pemberani, serta berpengetahuan luas tentang seluruh kandungan setiap wahyu yang diturunkan saat nabi akan menyingkapnya kepada para sahabatnya.
Dalam kesalehannya, beliau dikenal sebagai orang yang saleh, bersujud dan sangat khusyuk dalam shalatnya. Ketika berwudhu beliau gementar dan di saat shalat pipinya basah oleh air mata sedang wajahnya pucat karena takut kepada Allah SWT. Dalam belas dan kasih sayangnya, beliau dikenal sebagai orang yang tidak segan untuk dengan pengemis dan para gelandangan yang bertanya tentang masalah agama kepadanya.
Dari sifat-sifat yang mulia inilah beliau tumbuh menjadi seorang dewasa yang tampan, bijaksana dan berwibawa. Setelah kepergian Rasulullah s.a.w beliau langsung berada di bawah naungan dan didikan ayahnya Ali bin Abi Thalib r.a Hampir tiga puluh tahun, beliau bernaung di bawah didikan ayahnya, hingga akhirnya pada tahun 40 Hijriyah. Ketika ayahnya terbunuh dengan pedang beracun yang dipukul oleh Abdurrahman bin Muljam, Hasan mengambil ali pemerintahan yang ditinggalkan oleh ayahdanya.
Selama masa kepemimpinannya, beliau dihadapkan kepada orang yang sangat memusuhinya dan memusuhi ayahnya, Muawiyah bin Abi Sufyan dari bani Umayyah. Muawiyah bin Abi Sufyan yang sangat haus kepada kekuasaan selalu menyerang Imam Hasan r.a dengan kekuatan pasukannya. Sementara dengan kelicikannya dia menjanjikan hadiah-hadiah yang menarik bagi tentera dan pengikut Imam Hasan yang mahu menjadi pengikutnya.
Kerana banyaknya pengkhianatan yang dilakukan pengikut Imam Hasan r.a yang merupakan akibat bujukan Muawiyah, akhirnya Imam Hasan menerima tawaran darinya. Perdamaian bersyarat itu dimaksudkan agar tidak terjadi pertumpahan darah yang lebih banyak di kalangan kaum muslimin. Namun, Muawiyah mengingkari seluruh isi perjanjian itu. Kejahatannya pun semakin bermaharajalela, khususnya kepada keluarga Rasulullah s.a.w dan orang yang mencintai mereka akan selalu ditekan dengan kekerasan dan diperlakukan dengan tidak senonoh.
Dan pada tahun 50 Hijriah, beliau dikhianati oleh isterinya, Ja'dah putri Ash'ad, yang menaruh racun di minuman Imam Hasan. Menurut sejarah, Muawiyah adalah dalang dari usaha pembunuhan anak kesayangan Rasulullah s.a.w ini.
Akhirnya manusia agung, pribadi mulia yang sangat dicintai oleh Rasulullah kini telah pulang ke rahmatullah. Pemakamannya dihadiri oleh Imam Husein r.a dan para anggota keluarga Bani Hasyim. Kerana adanya beberapa pihak yang tidak setuju jika Imam Hasan dikuburkan dekat maqam Rasulullah dan protes itu dibuktikan dengan adanya hujan panah ke keranda jenazah Imam Hasan r.a. Akhirnya untuk kesekian kalinya keluarga Rasulullah yang teraniaya terpaksa harus bersabar. Mereka kemudian mengalihkan pemakaman Imam Hasan r.a ke Jannatul Baqi' di Madinah. Pada tanggal 8 Syawal 1344 H (21 April 1926) kemudian, pekuburan Baqi' diratakan dengan tanah oleh pemerintah yang berkuasa di Hijaz.
Imam Hasan telah tiada, pemakamannya pun digusur namun perjuangan serta pengorbanannya yang diberikan kepada Islam akan tetap terkenang di hati sanubari setiap insan yang mengaku dirinya sebagai pengikut dan pencinta Muhammad s.a.w serta Ahlul Baitnya.
Semoga Allah memasukkan beliau ke dalam golongan yang soleh bersama-sama penghuni syurga-Nya. Amin....
Kisah Rasulullah dari Buku La Tahzan
Lihatlah ketika Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam menerima permohonan izin dari orang munafik, maka Allah Subhanahu waTaala berfirman:
…mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang)…(AtTaubah:43)
Dan ketika Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam hendak melakukan solat jenazah atas wafatnya Abdullah bin ubay bin salul, maka Allah Subhanahu waTaala berfirman:
Dan jangan kamu sekali-kali menyambahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka…(AtTaubah:84)
Dan ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berniat memohon keampunan bagi orang-orang munafik, maka Allah Subhanahu waTaala berfirman:
….walaupun kamu memohon keampunan bagi mereka tujuh puluh kali namun Allah sekali-kali tidak akan memberi keampunan kepada mereka… (Attaubah:80)
…mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang)…(AtTaubah:43)
Dan ketika Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam hendak melakukan solat jenazah atas wafatnya Abdullah bin ubay bin salul, maka Allah Subhanahu waTaala berfirman:
Dan jangan kamu sekali-kali menyambahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka…(AtTaubah:84)
Dan ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berniat memohon keampunan bagi orang-orang munafik, maka Allah Subhanahu waTaala berfirman:
….walaupun kamu memohon keampunan bagi mereka tujuh puluh kali namun Allah sekali-kali tidak akan memberi keampunan kepada mereka… (Attaubah:80)
Kisah Tabiin bernama Shilat bin Asyim
Kisah ini diambil dari Kitab La Tahzan.
Kisah seorang wali Allah yang 'abid serta zahid bernama Shilat bin Asyim dari kalangan Tabiin. Pada Suatu hari dia memutuskan pergi ke wilayah utara (medan Qadisiyiah) berjihad di jalan Allah. Apabila kegelapanmalam sudah meliputi bumi, dia pergi ke dalam hutan untuk solat. dia masuk di antara celah-celah pohon, berwuduk dan berdiri untuk solat, tiba-tiba muncul seekor singa yang sangat buas mengaum dan mendekati Shilat yang sedang solat. singa itu berputar-putar mengelilinginya, sementara Shilat meneruskan solatnya serta berzikir.
selesai mengerjakan dua rakaat solat, Shilat bin asyim mengucap salam, kemudian dia berkata kepada singa itu "Jika kamu disuruh untuk membunuhku maka makanlah aku, jika kamu tidak disurh untuk itu biarkanlah aku munajat kepada Tuhanku". Singa itu mengibas-ngibaskan ekornya lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Kisah seperti ini juga berlaku kepada sahabat bernama safinah seperti dikisahkan dalam kitab al Bidayah wan Nihayah.
________________________________________
Kisah seorang wali Allah yang 'abid serta zahid bernama Shilat bin Asyim dari kalangan Tabiin. Pada Suatu hari dia memutuskan pergi ke wilayah utara (medan Qadisiyiah) berjihad di jalan Allah. Apabila kegelapanmalam sudah meliputi bumi, dia pergi ke dalam hutan untuk solat. dia masuk di antara celah-celah pohon, berwuduk dan berdiri untuk solat, tiba-tiba muncul seekor singa yang sangat buas mengaum dan mendekati Shilat yang sedang solat. singa itu berputar-putar mengelilinginya, sementara Shilat meneruskan solatnya serta berzikir.
selesai mengerjakan dua rakaat solat, Shilat bin asyim mengucap salam, kemudian dia berkata kepada singa itu "Jika kamu disuruh untuk membunuhku maka makanlah aku, jika kamu tidak disurh untuk itu biarkanlah aku munajat kepada Tuhanku". Singa itu mengibas-ngibaskan ekornya lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Kisah seperti ini juga berlaku kepada sahabat bernama safinah seperti dikisahkan dalam kitab al Bidayah wan Nihayah.
________________________________________
Surat Rasulullah Sallallahu alaihi wa Salam kepada kaisar Rum_ Hirqal (Hercules)
Surat Nabi Muhammad saw kepada Heraclius
Hadis 1745 jilid 3 sahih Muslim:
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. katanya Abu Sufyan mengisahkan kepadanya dari mulut Abu Sufyan sendiri cerita berikut:
“Pada masa berlangsungnya perjanjian Damai antaraku dengan Rasulullah saw., aku pergi berniaga ke Syam. Ketika itu aku sedang berada di sana, disampaikan orang sepucuk surat dari Rasulullah saw. Kepada Kaisar Heraclius, penguasa Rumawi. Yang membawa surat itu ialah Dihyah Al Kalbi kepada pembesar Bushra ini, kemudian pembesar Bushra ini menyampaikannya kepada Heraclius. Tanya Heraclius, “ Adakah di sini orang-orang dari bangsa laki-laki yang mendakwakan dirinya menjadi Nabi itu?” Jawab mereka, “Ada!” Lalu aku dipanggil mereka menghadap Heraclius bersama beberapa orang-orang Quraisy kawan-kawanku. Kami masuk dan duduk di hadapan baginda. Tanya Heraclius,”Siapakah di antara kalian yang dekat pertalian darahnya dengan orang yang mendakwakan dirinya menjadi Nabi itu?” Jawabku, “Aku!” Mereka menyuruhku duduk ke depan, sedang kawan-kawanku duduk di belakangku. Sesudah itu dipanggilnya penterjemah sambil berkata, “ Katakan kepada mereka, bahawa aku menanyakan kepada mereka perihal laki-laki yang mendakwakan dirinya sebagai Nabi. Jika dia berdusta, katakan dia dusta.” Kata Abu Sufyan., “Demi Allah! Kalaulah aku tidak takut akan dicap pendusta, sungguh telah kudustai dia.” Kemudian Heraclius berkata kepada penterjemah,” Tanyakan kepadanya, bagaimana kebangsaan orang itu di kalanganmu?” Jawabku, “Dia seorang bangsawan di kalangan kami.” Tanya”Apakah dia turunan raja?” Jawabku”Tidak1” Tanya, “Siapa yang jadi pengikutnya, orang-orang besar atau rakyat kecil?”. Jawabku, “Hanya rakyat kecil.” Tanya, “Adakah pengikutnya selalu bertambah atau berkurang?” Jawab,”Mereka selalu bertambah.” Tanya,” Adakah di antara pengikutnya itu murtad kerana benci kepada agama yang dikembangkannya itu?”. Jawab,”Tidak” Tanya,”Pernahkah kamu berperang dengannya?” Jawab,”Ya, pernah” Tanya,” bagaimana jalannya peperanganmu dengannya?” Jawab,”Peperangan kami berjalan silih berganti antara menang dan kalah. Kadang-kadang kami yang menang, dia kalah; kadang-kadang kami yang kalah , dia yang menang” tanya,”Pernahkah dia mungkir janji?” Jawab,” Tidak! Bahkan kami sedang dalam masa perjanjian damai, yaitu tidak akan serang menyerang dengannya. Aku tidak tahu apa yang akan dibuatnya terhadap perjanjian itu.”. Kata Abu Sufyan selanjutnya,”Demi Allah, tidak ada kalimat lain yang dapat kuucapkan selain daripada itu.” Tanya,”Apakah ada orang lain sebelum dia, yang mengaku menjadi Nabi seperti dia pula?” Jawab,”Tidak!” Kemudian dia berkata kepada penterjemahnya,” Katakan kepadanya, kutanyakan kepadamu tentang bangsanya (status sosialnya), maka engkau katakan dia bangsawan. Memang demikianlah halnya semua Rasul-Rasul; mereka dibangkitkan dari kalangan bangsawan kaumnya.” Kutanyakan pula kepadamu,”Apakah dia turunan raja?” Jawabmu ,”Tidak Kataku,”kalaulah ada bapak atau kakeknya yang menjadi raja, tentu kerana dia ingin mengembalikan kekuasaan nenek moyangnya.” Kutanyakan pula tentang pengikutnya, apakah terdiri dari rakyat kecil. Memang merekalah pengikut para Rasul. Kutanyakan pula, pernahkah kamu menuduhnya sebagai pembohong sebelumnya?” Jawabmu,”Tidak!” aku tahu, dia tidak akan pernah berdusta terhadap manusia, apalagi berdusta terhadap Allah”.saya tanyakan kepadamu,”Adakah pengikutnya murtad, kerana setelah dipeluknya agama baru itu lalu dia membenci agama itu. Jawabmu, “Tidak!” Memang begitulah halnya apabila iman telah tertanam di dalam hati seseorang. Kutanya pula,” Apakah pengikutnya berkurang?” Jawabmu”bahkan mereka selalu bertambah.” Ya, seperti itulah iman hingga sempurna. Kutanya pula, “Pernahkan kamu memeranginya?” Jawabmu, “Memang, kamu memeranginya. Dan peperangan berjalan silih berganti, kadang-kadang menang, dan kadang kalah.” Memang demikianlah halnya, para Rasul itu selalu diuji. Namun demikian, kemenangan terakhir selalu berada di pihak mereka. Ku tanyakan pula, “Pernahkah dia mungkir janji?” Jawabmu,”Tidak pernah!” Memang demikian para Rasul tidak pernah mungkir janji. Kutanya pula engkau, “ Adakah orang lain sebelum dia yang mengaku menjadi Nabi seperti dia?” Jawabmu,”Tidak!” kataku,”kalau ada orang lain sebelumnya yang mengaku menjadi Nabi seperti dia, mungkin dia hanya ikut-ikutan dengan orang sebelumnya itu.” Kemudian dia bertanya,” Apa saja yang diperintahkannya kepadamu?” Jawabku,” Dia menyuruh kami solat, membayar zakat, menghubung silaturrahim, dan hidup suci.” Katanya” Jika yang kamu katakan itu benar semuanya, maka tak salah lagi orang itu sesungguhnya Nabi. Aku telah tahu bahawa dia akan muncul, tetapi aku tidak menduga bahawa dia akan muncul di kalangan kalian. Kalaulah aku yakin bahawa aku dapat bertemu dengannya, aku memang ingin benar bertemu dengannya. Dan kalau aku telah berada di dekatnya, akan kubasuh kedua telapak kakinya. Dan daerah kekuasaannya kelak, akan sampai ke daerah kekuasaan ku ini” kata Abu Sufyan, “Kemudian dimintanya surat Rasulullah saw. tersebut, lalu dibacanya. Di dalamnya tertulis:”Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang. Dari Muhammad Rasulullah, kepada Heraclius, pembesar Rumawi. Berbahagialah orang yang mengikuti petunjuk. Kemudian, aku mengajak Anda masuk Islam. Islamlah Anda, niscaya Allah akan memberi pahala berlipat ganda. Jika anda menolak, maka anda akan memikul dosa seluruh rakyat anda. Hai Ahli Kitab!marilah kita bersatu dalam kalimah yang sama antara kita semua. Yaitu, bahawa kita tidak akan menyembah selain hanya kepada Allah semata-mata: tidak akan menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain, dan tidak menjadi sebagian kita menjadi Tuhan sebagian yang lain, kecuali hanya Allah semata-mata. Jika mereka menolak, maka katakanlah kepada mereka, “saksikanlah bahawa kami adalah orang-orang Muslim”. Setelah Heraclius selesai membaca surat itu, terdengar suara heboh di sekitarnya. Dia memerintahkan kami supaya keluar. Sampai diluar aku berkata kepada kawan-kawanku,”Sungguh luarbiasa urusan Ibnu AbiKabsyah!) Sehingga ditakuti oleh raja bangsa kulit kuning. Kerana itu aku senantiasa yakin, bahawa agama Rasulullah saw ini pasti menang, sehingga akhirnya Allah memasukkan Islam ke dalam hati sanubariku.”
Nota:
Abu Kabsyah, ialah suami Halimatus Sa’diyah, ibu susu Nabi Muhammad saw. Jadi Abu Kabsyah ialah bapak susu Nabi saw. Nabi saw. Dipanggil Ibnu Abu Kabsyah (anak Abu Kabsyah) oleh orang-orang kafir Quraisy sebagai cemoohan mereka terhadap beliau.
Hadis 1745 jilid 3 sahih Muslim:
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. katanya Abu Sufyan mengisahkan kepadanya dari mulut Abu Sufyan sendiri cerita berikut:
“Pada masa berlangsungnya perjanjian Damai antaraku dengan Rasulullah saw., aku pergi berniaga ke Syam. Ketika itu aku sedang berada di sana, disampaikan orang sepucuk surat dari Rasulullah saw. Kepada Kaisar Heraclius, penguasa Rumawi. Yang membawa surat itu ialah Dihyah Al Kalbi kepada pembesar Bushra ini, kemudian pembesar Bushra ini menyampaikannya kepada Heraclius. Tanya Heraclius, “ Adakah di sini orang-orang dari bangsa laki-laki yang mendakwakan dirinya menjadi Nabi itu?” Jawab mereka, “Ada!” Lalu aku dipanggil mereka menghadap Heraclius bersama beberapa orang-orang Quraisy kawan-kawanku. Kami masuk dan duduk di hadapan baginda. Tanya Heraclius,”Siapakah di antara kalian yang dekat pertalian darahnya dengan orang yang mendakwakan dirinya menjadi Nabi itu?” Jawabku, “Aku!” Mereka menyuruhku duduk ke depan, sedang kawan-kawanku duduk di belakangku. Sesudah itu dipanggilnya penterjemah sambil berkata, “ Katakan kepada mereka, bahawa aku menanyakan kepada mereka perihal laki-laki yang mendakwakan dirinya sebagai Nabi. Jika dia berdusta, katakan dia dusta.” Kata Abu Sufyan., “Demi Allah! Kalaulah aku tidak takut akan dicap pendusta, sungguh telah kudustai dia.” Kemudian Heraclius berkata kepada penterjemah,” Tanyakan kepadanya, bagaimana kebangsaan orang itu di kalanganmu?” Jawabku, “Dia seorang bangsawan di kalangan kami.” Tanya”Apakah dia turunan raja?” Jawabku”Tidak1” Tanya, “Siapa yang jadi pengikutnya, orang-orang besar atau rakyat kecil?”. Jawabku, “Hanya rakyat kecil.” Tanya, “Adakah pengikutnya selalu bertambah atau berkurang?” Jawab,”Mereka selalu bertambah.” Tanya,” Adakah di antara pengikutnya itu murtad kerana benci kepada agama yang dikembangkannya itu?”. Jawab,”Tidak” Tanya,”Pernahkah kamu berperang dengannya?” Jawab,”Ya, pernah” Tanya,” bagaimana jalannya peperanganmu dengannya?” Jawab,”Peperangan kami berjalan silih berganti antara menang dan kalah. Kadang-kadang kami yang menang, dia kalah; kadang-kadang kami yang kalah , dia yang menang” tanya,”Pernahkah dia mungkir janji?” Jawab,” Tidak! Bahkan kami sedang dalam masa perjanjian damai, yaitu tidak akan serang menyerang dengannya. Aku tidak tahu apa yang akan dibuatnya terhadap perjanjian itu.”. Kata Abu Sufyan selanjutnya,”Demi Allah, tidak ada kalimat lain yang dapat kuucapkan selain daripada itu.” Tanya,”Apakah ada orang lain sebelum dia, yang mengaku menjadi Nabi seperti dia pula?” Jawab,”Tidak!” Kemudian dia berkata kepada penterjemahnya,” Katakan kepadanya, kutanyakan kepadamu tentang bangsanya (status sosialnya), maka engkau katakan dia bangsawan. Memang demikianlah halnya semua Rasul-Rasul; mereka dibangkitkan dari kalangan bangsawan kaumnya.” Kutanyakan pula kepadamu,”Apakah dia turunan raja?” Jawabmu ,”Tidak Kataku,”kalaulah ada bapak atau kakeknya yang menjadi raja, tentu kerana dia ingin mengembalikan kekuasaan nenek moyangnya.” Kutanyakan pula tentang pengikutnya, apakah terdiri dari rakyat kecil. Memang merekalah pengikut para Rasul. Kutanyakan pula, pernahkah kamu menuduhnya sebagai pembohong sebelumnya?” Jawabmu,”Tidak!” aku tahu, dia tidak akan pernah berdusta terhadap manusia, apalagi berdusta terhadap Allah”.saya tanyakan kepadamu,”Adakah pengikutnya murtad, kerana setelah dipeluknya agama baru itu lalu dia membenci agama itu. Jawabmu, “Tidak!” Memang begitulah halnya apabila iman telah tertanam di dalam hati seseorang. Kutanya pula,” Apakah pengikutnya berkurang?” Jawabmu”bahkan mereka selalu bertambah.” Ya, seperti itulah iman hingga sempurna. Kutanya pula, “Pernahkan kamu memeranginya?” Jawabmu, “Memang, kamu memeranginya. Dan peperangan berjalan silih berganti, kadang-kadang menang, dan kadang kalah.” Memang demikianlah halnya, para Rasul itu selalu diuji. Namun demikian, kemenangan terakhir selalu berada di pihak mereka. Ku tanyakan pula, “Pernahkah dia mungkir janji?” Jawabmu,”Tidak pernah!” Memang demikian para Rasul tidak pernah mungkir janji. Kutanya pula engkau, “ Adakah orang lain sebelum dia yang mengaku menjadi Nabi seperti dia?” Jawabmu,”Tidak!” kataku,”kalau ada orang lain sebelumnya yang mengaku menjadi Nabi seperti dia, mungkin dia hanya ikut-ikutan dengan orang sebelumnya itu.” Kemudian dia bertanya,” Apa saja yang diperintahkannya kepadamu?” Jawabku,” Dia menyuruh kami solat, membayar zakat, menghubung silaturrahim, dan hidup suci.” Katanya” Jika yang kamu katakan itu benar semuanya, maka tak salah lagi orang itu sesungguhnya Nabi. Aku telah tahu bahawa dia akan muncul, tetapi aku tidak menduga bahawa dia akan muncul di kalangan kalian. Kalaulah aku yakin bahawa aku dapat bertemu dengannya, aku memang ingin benar bertemu dengannya. Dan kalau aku telah berada di dekatnya, akan kubasuh kedua telapak kakinya. Dan daerah kekuasaannya kelak, akan sampai ke daerah kekuasaan ku ini” kata Abu Sufyan, “Kemudian dimintanya surat Rasulullah saw. tersebut, lalu dibacanya. Di dalamnya tertulis:”Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang. Dari Muhammad Rasulullah, kepada Heraclius, pembesar Rumawi. Berbahagialah orang yang mengikuti petunjuk. Kemudian, aku mengajak Anda masuk Islam. Islamlah Anda, niscaya Allah akan memberi pahala berlipat ganda. Jika anda menolak, maka anda akan memikul dosa seluruh rakyat anda. Hai Ahli Kitab!marilah kita bersatu dalam kalimah yang sama antara kita semua. Yaitu, bahawa kita tidak akan menyembah selain hanya kepada Allah semata-mata: tidak akan menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain, dan tidak menjadi sebagian kita menjadi Tuhan sebagian yang lain, kecuali hanya Allah semata-mata. Jika mereka menolak, maka katakanlah kepada mereka, “saksikanlah bahawa kami adalah orang-orang Muslim”. Setelah Heraclius selesai membaca surat itu, terdengar suara heboh di sekitarnya. Dia memerintahkan kami supaya keluar. Sampai diluar aku berkata kepada kawan-kawanku,”Sungguh luarbiasa urusan Ibnu AbiKabsyah!) Sehingga ditakuti oleh raja bangsa kulit kuning. Kerana itu aku senantiasa yakin, bahawa agama Rasulullah saw ini pasti menang, sehingga akhirnya Allah memasukkan Islam ke dalam hati sanubariku.”
Nota:
Abu Kabsyah, ialah suami Halimatus Sa’diyah, ibu susu Nabi Muhammad saw. Jadi Abu Kabsyah ialah bapak susu Nabi saw. Nabi saw. Dipanggil Ibnu Abu Kabsyah (anak Abu Kabsyah) oleh orang-orang kafir Quraisy sebagai cemoohan mereka terhadap beliau.
Amal Baik dibalas Baik...perlakuan jahat akan dibalas setimpal dgn kezaliman tersebut
Kejahatan di balas kejahatan yang sebanding dengannya:
Yunus 27
“Dan untuk orang-orang yang melakukan kejahatan (syirik dan maksiat), balasan tiap-tiap satu kejahatan mereka ialah kejahatan yang sebanding / setimpal dengannya serta akan ditimpakan kehinaan;
Yunus 27
“Dan untuk orang-orang yang melakukan kejahatan (syirik dan maksiat), balasan tiap-tiap satu kejahatan mereka ialah kejahatan yang sebanding / setimpal dengannya serta akan ditimpakan kehinaan;
sambungan... Rahiqul Makhtum Sirah Rasulullah
TAIMA'
Apabila Yahudi Taima', menerima berita penyerahan diri oleh Yahudi Khaibar diikuti oleh penduduk Fadak dan Wadi Al-Qura maka mereka tidak membuat sebarang penentangan terhadap tentera Islam. Malah terlebih dahulu mereka menghantar wakil untuk mengadakan perundingan perdamaian, Rasulullah s.a.w bersenang hati menerima hasrat mereka, sehingga dengan itu mereka dapat meneruskan pemilikannya ke atas harta benda mereka. Justeru Rasulullah s.a.w menulis surat perjanjian untuk msndokumenkan kepada mereka risalah jaminan, berikut nasnya: "Ini adalah risalah dari Muhammad Rasulullah s.a.w untuk Banu 'Adiya, sesungguhnya untuk mereka tanggungjawab, sebagaimana mereka berkewajipan mengeluar ufti (jizyah), tiada penentangan maka tiada perpindahan". Risalah ini ditulis oleh Khalid bin Said.
KEMBALI KE MADINAH
Sesudah itu Rasulullah s.a.w pun mula bergerak menuju ke Madinah. Di dalam perjalanan pulang itu Baginda berjalan sepenuh malam dan tidur di akhir malam di suatu tempat, dengan berkata kepada Bilal: Malam telah melindungi kita, beliau pun tertidur dengan bersandar pada binatang tunggangannya tak seorang pun sedar kecuali setelah cahaya matahari menikam mereka, orang pertama terjaga ialah Rasulullah s.a.w dengan itu Baginda pun keluar dari lembah itu mendahului tenteranya kemudian Baginda menunaikan solat subuh bersama kalian hadirin. Ada pendapat mengatakan kisah ini berlaku di dalam peristiwa lain.
Setelah meneliti huraian peperangan Khaibar, jelaslah kepulangan Rasulullah s.a.w dari Khaibar ialah dipenghujung bulan Safar atau di bulan Rabiul Awwal tahun ke tujuh (7) Hijrah.
UMRAH AL-QADA'
Al-Hakim menyebut dengan katanya: Di dalam beberapa hadith yang mutawatir, meriwayatkan bahawa sebaik sahaja menjelangnya bulan Zulkaedah, Baginda memerintah para sahabat menunaikan umrah yang tertangguh dahulu, sesiapa yang menyertai di dalam perjanjian Al-Hudaibiyyah dahulu tidak boleh mengecualikan diri, dengan itu mereka semua pun keluar menuju ke Makkah terkecuali mereka yang mati syahid. Turut serta ialah sahabat-sahabat yang lain yang ingin mengerjakan umrah pada tahun ini, jumlah semua peserta ialah dua ribu selain kaum wanita dan kanak-kanak.
Rasulullah s.a.w melantik 'Uwaif Abu Rahm al-Ghiffari sebagai Amir Madinah semasa ketiadaan Baginda. Di dalam perjalanan umrah dituntun bersama unta-unta yang gemuk. Najiyah bin Jundub Al-Aslami diberi tugas untuk mengurus ternakan ini. Baginda memulakan ihram umrah dari miqat zul Hulaifah. Dari situ Baginda memulakan talbiah yang diikuti oleh sekalian kaum muslimm yang bersamanya. Baginda keluar dengan persiapan senjata dan persediaan berperang, takut-takut Quraisy melakukan pengkhianatan. Setibanya di "Ya'jaj" Baginda melucutkan semua senjata-senjata tadi seperti perisai kulit, pelontar peluru, tombak dan anak panah. Untuk mengawalnya Rasulullah s.a.w melantik Aws bin Khawli Al-Ansar dengan dua ratus (200) orang yang lain bersama beliau. Baginda memasuki Kaabah dengan senjata-senjata dan pedang tersarung. Di dalam perjalanan ke Kaabah Baginda menunggang unta "Al-Qaswa". Semua kaum muslimin membawa pedang yang tersarung dengsn keadaan merenung ke arah Rasulullah s.a.w dan mereka bertalbiah.
Kaum musyrikin telah beredar dari Kaabah pergi ke Bukit "Qaiyqu'an" bukit di sebelah utara Kaabah bertujuan untuk melihat kaum muslimin dari sana, mereka telahpun berkata-kata sesama mereka: Tengok tu, mereka keletihan dengan demam panas Yathrib. Rasulullah s.a.w memerintah supaya berlari anak di ketiga-tiga pusingan. Manakala semasa berada di antara dua rukun Baginda memerintah supaya berjalan sahaja pada kesemua pusingan, kerana itu adalah sunat, Sebab Rasulullah s.a.w menyuruh demikian adalah bertujuan memperlihatkan kepada kaum musyrikin kekuatan dan kelasakan mereka, Rasulullah s.a.w juga memerintah supaya mereka mendedah kepala bahu kanan mereka serta meletakkan hujung kain ihram di atas kepala bahu kiri.
Rasulullah s.a.w memasuki Kaabah melalui lorong yang boleh di lihat "Al-Hajjun" kerana kaum musyrikin sedang memerhati kaum muslimin dari situ, Rasulullah s.a.w bertawaf dengan laungan talbiah sehingga apabila mendekati penjuru Hajarul Aswad Baginda menyentuhnya dengan tongkat, kemudian menyambung tawaf seterusnya, upacara ini di ikuti oleh kalian kaum muslimin, semasa bertawaf Abdullah bin Rawahah yang berada di hadapan Rasulullah s.a.w mendendangkan madahnya sambil menghunus pedangnya:
Elakkan keluarga kafir kerjakan
Biar kebaikan hanya pada Rasul utusan
Tuhan Rahman memberi anugerah
Pada Al-Quran terbaca ke atas Nabi hantaran
Membunuh di jalan Allah sebaik-baik tindakan
Pukulan menepati suruhan Al-Quran
Tetakan mencerai kepala dari badan
Membingungkan kawan dari taulan
Di dalam satu hadith riwayat Anas, Umar telah menyebut dengan katanya: Wahai Ibnu Rawahah! Di hadapan Rasulullah s.a.w dan di dalam Baitullah Al-Haram boleh kau berdendang madah syairmu? Jawab Rasulullah s.a.w: Biarkan dia Wahai Umar, hiburan semacam itu lebih menusuk hati-hati mereka dari tikaman anak panah.
Rasulullah s.a.w bersama kaum muslimin berlari tiga pusingan, maka apabila kaum musyrikin melihat cara mereka bertawaf ini, lantas mereka berkata: Eh, mereka yang kita sangka demam, keletihan dan tidak bermaya, nampaknya lebih gagah dari apa yang kita sangka.
Setelah selesai bertawaf Rasulullah s.a.w terus bersaie' di antara As-Safa' dan Al-Marwah, sesudahnya Rasulullah s.a.w berdiri di Marwah lantas berkata: Inilah tempat penyembelihan malah setiap penjuru Makkah ini adalah tapak penyembelihan, justeru itu Rasulullah s.a.w pun menyembelih di Al-Marwah dan bercukur. Dengan itu semua kaum muslimin yang berumrah itu mencontohi apa yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. Setelah semua mereka berbaris barulah Rasulullah s.a.w mengutus sekumpulan para sahabat ke Ya'jaj untuk mengambil tempat mereka yang menjaga senjata, supaya memberi kesempatan kepada mereka mengerjakan peribadatan umrah, dengannya maka sempurna sudah semua jemaah menunaikan peribadatan mereka.
Rasulullah s.a.w bermukim di Makkah selama tiga hari, di subuh pagi hari keempat sekumpulan orang-orang Quraisy menemui Ali bin Abi Talib dan berkata kepadanya: Beritahukan kepada teman mu itu supaya keluar dari sini kerana tempohnya sudah tamat. Dengan penuh kerelaan hati Rasulullah s.a.w pun bergerak keluar dari Kaabah dan singgah di "Saraf".
Semasa Rasulullah s.a.w hendak beredar keluar dari Makkah anak perempuan Hamzah mengikuti perjalanan Rasulullah s.a.w dan melaung dengan katanya: Pak cik, Pak cik, Rasulullah s.a.w segera mendapatinya. Jaafar, Ali dan Zaid bertelingkah untuk mendapat hak penjagaan puteri Hamzah Syed Asy-Syuhada'', Rasulullah s.a.w membuat keputusan dengan menyerah anak tadi kepada Jaafar kerana emak saudaranya bersama Jaafar.
Di dalam perjalanan umrah ini Baginda (s.a.w) berkahwin dengan Maimunah binti Al-Harith Al-Amiriyah, di mana Rasulullah s.a.w sebelum memasuki Makkah telah mengutus Jaafar bin Abi Talib yang sedang berada di hadapannya untuk menemui Maimunah. Maimunah telah menyerahkan urusannya kepada Al-'Abbas, kerana kakaknya Ummu Al-Fadhl bersama Al-'Abbas dengan itu Al-'Abbas pun mengahwinkannya kepada Rasulullah s.a.w sewaktu Rasulullah s.a.w bergerak keluar dari Makkah dan melantik Abu Rafi'e sebagai pemegang amanah di Makkah untuk membawa Maimunah keluar dari Makkah. Semasa di Makkah, Rasulullah s.a.w menidurinya sewaktu Baginda berada di Saraf.
Umrah ini dinamakan umrah Al-Qada', boleh jadi kerana mengganti umrah yang tertangguh semasa perjanjian Al-Hudaibiyyah, atau kerana penunaian umrah ini merupakan pelaksanaan kepada salah satu syarat perjanjian Al-Hudaibiyyah yang dipersetujui dahulu. Pendapat yang kedua adalah pendapat yang ditarjehkan (ditekankan) oleh parapengkaji (Al-Muhaqqiq). Umrah ini dikenali dengan empat namanya iaitu: Umrah Al-Qada', Umrah Al-Qadiah, Umrah Al-Qisas, dan Umrah As-Solh.
PEPERANGAN MU'TAH
Peperangan Mu'tah ini merupakan peperangan terbesar, padanya berlaku pertempuran yang sengit dan berat, peperangan yang berdarah, yang pernah diharungi oleh tentera Islam khusus semasa hayat Rasulullah s.a.w. lanya merupakan sebagai muqadimah dan persiapan kepada pembukaan-pembukaan Islam ke atas bumi-bumi Nasara, peristiwa berlaku di bulan Jamadilawal di tahun kelapan (8) Hijrah, bersamaan bulan Ogos atau September tahun 629 Masihi.
Mu'tah sebuah kampung terletak di bahagian bawah daerah Balqa' di negeri Syam di antara Balqa' dait Baitui Muqaddis, dua marhalah.
Faktor kejadian:
Kes terjadinya peperangan ini ialah di mana Rasulullah s.a.w menghantar utusannya Al-Harith bin Umar Al-Uzdi dengan sebuah risalah kepada pembesar di daerah Basra, tetapi Syurahbil bin Umar al-Ghassani, Gabenor Bandar Balqa' negeri Syam bagi pihak Qaisar Rom telah menangkap Al-Harith dan memberkasnya kemudian diserahkannya kepada Qaisar dan Qaisar pula bertindak memancung lehernya.
Pembunuhan mana-mana utusan dan perwakilan merupakan di antara sebesar-besar jenayah, tindakannya menyamai dengan pengisytiharan perang, malah lebih berat lagi dari itu. Tindakan itu suatu perkara yang amat berat bagi Rasulullah s.a.w, sebaik sahaja berita mengenainya sampai ke pengetahuan Rasulullah s.a.w, Baginda terus mengerakkan satu kontijen tentera dengan kekuatan seramai tiga ribu (3,000) orang askar, ianya adalah tentera Islam yang terbanyak, yang belum pernah dikerahkan oleh Rasulullah s.a.w selain daripada peperangan Al-Ahzab.
PEMIMPIN-PEMIMPIN TENTERA DAN PESANAN RASULULLAH S.A.W KEPADA MEREKA
Pimpinan kontinjen tentera Islam ini diserahkan kepada Zaid bin Harithah, seterusnya Rasulullah s.a.w berpesan: Sekiranya Zaid gugur maka Jaafar mengambil tempatnya dan seandainya Jaafar turut gugur syahid, maka Abdullah bin Rawahah pula tampil mengambil teraju kepimpinan tentera Islam, di sini Rasulullah s.a.w menyerahkan mereka sebuah bendera putih yang diberinya ke tangan Zaid bin Al-Harithah.
Rasulullah s.a.w memesan mereka supaya mereka melalui kawasan di mana Al-Harith bin Amir dibunuh, dan supaya mengajak orang-orang di sana kepada Islam, sekiranya mereka berdegil maka hendaklah setelah memohon pertolongan dari Allah memerangi mereka dengan ungkapan sabdanya yang bermaksud: Ayuh! dengan Nama Allah seranglah mereka yang kufur dengan Allah, janganlah kamu khianati atau menyamun, jangan bunuh anak-anak kecil atau perempuan, atau tua lara, atau orang bertapa di biara, jangan kamu tebang kurma-kurma atau pokok-pokok dan jangan roboh bangunan-bangunan.
UCAPAN SELAMAT JALAN KEPADA TENTERA ISLAM DAN TANGISAN ABDULLAH BIN RAWAHAH
Di saat tentera Islam bersedia untuk bergerak keluar meninggalkan Madinah seluruh kaum muslimin di Madinah keluar untuk mengucap selamat jalan kepada tenteranya itu, ucap selamat jalan khusus kepada pemirnpin-pemimpin tentera Islam, ucapan selamat sejahtera kepada mereka sekalian, di saat yang penuh hiba dan gembira itu salah seorang pemimpin tentera Abdullah bin Rawahah, menangis, bila ditanya kenapa beliau menangis, jawab beliau: Demi sesungguhnya ku menangis ini bukan kerana cintakan dunia, atau pilu meninggalkan kamu, tetapi daku telah mendengar Rasulullah s.a.w membaca sepotong ayat Allah yang memperingatkan daku mengenai api neraka:
"Tidak ada seorang pun di antara kamu, melainkan mendatangi neraka, demikian itu suatu ketetapan yang diputuskan oleh Tuhanmu"
Maryam : 71
Daku tidak tahu bagaimana daku boleh melepasinya selepas mendatanginya? Maka jawab kalian kaum muslimin: Semoga Allah iringi kamu dengan kesejahteraan, mempertahankan kamu, dan dikembalikan kamu ke dalam kalangan kami sebagai golongan solihin dan memperolehi rampasan-rampasan, justeru itu Abdullah bin Rawahah menjawab mereka dengan madah syairnya:
Dari Rahman ku pohon keampunan
Pukulan pedangku, ketangkasan terbukti
Tanganku menusuk tikaman
Dengan sekali, menembus perut dan hati
Kubu di tanya: "Siapa pahlawan ini?"
Dialah pejuang berani
Mendapat bimbingan Ilahi
Kemudian orang ramai keluar bersama-sama Rasulullah s.a.w untuk memberi ucap selamat jalan kepada mereka, pahlawan-pahlawan Islam yang akan mara ke medan perang yang amat jauh. Baginda berjalan hingga sampai Thaniyat Al-Wada' di situ Baginda berhenti dan melambai tangan mengucap selamat jalan.
PERGERAKAN TENTERA ISLAM DAN TENTANGAN YANG MENGEJUT LAGI MENGGERUNKAN
Tentera Islam terus mara ke utara hingga sampai ke kawasan bernama Ma'an dalam jajahan negeri Syam ianya terletak di utara bumi Hijaz, di situ mereka telah mendapati berita, bahawa Hercules sudah pun bergerak dengan tenteranya ke tempat bernama Ma'ab di daerah Al-Balqa' dengan seratus ribu tentera Rom, kemudian turut bergabung dengannya qabilah-qabilah Arab: Lakham, Juzam, Balqin, Bahra'a dan Bila dengan kekuatan mereka seramai seratus ribu orang.
MAJLIS PERMESYUARATAN DI MAAN
Sebenarnya tentera Islam sedikit pun tidak menyangka bahawa mereka akan berhadapan dengan bilangan tentera yang sebegini ramai, yang mengejutkan itu, di suatu bumi yang jauh dari Al-Madinah, tempat mereka datang, apakah wajar tentera yang kecil bilangannya bertindak menyerang tentera yang besar bak lautan yang tidak bertepi itu, yang seramai dua ratus ribu itu? Tentera Islam menjadi serba salah, dua malam berturut-turut mereka memikirkan tindakan selanjutnya, selepas itu kata mereka: kita tulis surat kepada Rasulullah s.a.w, menceritakan kepada Baginda bilangan musuh kita, lepas itu mungkin Rasulullah s.a.w menghantar bantuan atau menyuruh kita dengan sesuatu arahan yang akan kita patuhinya.
Tetapi Abdullah bin Rawahah membangkang pendapat tersebut dengan katanya: Wahai kalian, demi Allah sesungguhnya yang kamu tidak suka, itulah sebenarnya yang kamu semua keluar kerananya, mati syahid, kita tidak memerangi manusia dengan bilangan kita yang banyak atau dengan kekuatan dan persenjataan, kita tidak memerangi mereka kecuali dengan agama ini yang dikurniakan oleh Allah kepada kita sehingga kita menjadi mulia, ayuh marilah kamu ke hadapan ambillah salah satu kebaikan: Kemenangan mengatasi seteru atau mati syahid. Akhirnya sekalian mereka pun bersetuju dan berpuas hati dengan pendapat Abdullah bin Rawahah.
TENTERA ISLAM BERGERAK KE ARAH MUSUH
Setelah dua malam berturut-turut tentera Islam bermesyuarat, di mana berakhir dengan persetujuan menerima pendapat Abdullah bin Rawahah, justeru itu seluruh tentera Islam pun bergerak ke arah musuh. Di salah sebuah kampung Balqa' mereka bertembung dengan sekumpulan tentera Hercules di tempat bernama Masyarif. Tentera musuh cuba menghampiri mereka, tetapi tentera Islam membelok ke suatu kawasan dikenali sebagai Mu'tah di sana mereka mengambil tempat dan menyusun strategi, unit kanan diletak dibawah pimpinan Qutbah bin Qutadah Al-Uzri manakala unit kiri di bawah pimpinan Ubadah bin Malik Al-Ansari.
PERMULAAN PEPERANGAN DAN PIMPINAN SILIH BERGANTI
Di bumi Mu'tah kedua-dua kumpulan bertemu, peperangan sengit pun bermula, tiga ribu (3,000) tentera menghadapi serangan dua ratus ribu (200,000) tentera. Satu peperangan luar biasa yang pernah dunia menyaksikannya dengan kehairanan dan keajaiban, tetapi inilah yang dikatakan: Apabila iman menyemarak dijiwa, maka beriakulah perkara-perkara luar biasa".
Panji peperangan pun dipegang oleh Zaid bin Harithah orang kesayangan Rasulullah s.a.w, beliau merempuh serangan musuh penuh keberanian tiada tara, terus beliau mengasak hinggalah beliau terkena tikaman musuh, membawa beliau terkorban sebagai seorang syahid.
Dengan itu panji Islam terus diambil oleh Jaafar bin Abi Talib, beliau pun tidak kurang dari Zaid bin Harithah, hingga apabila beliau terasa berat berperang dengan kuda, beliau melompat dari kudanya yang berwarna perang itu lantas disembelihnya, kini beliau bertempur di bawah, hingga apabila tangan kanannya terputus maka panji Islam itu dipegang dengan tangan kirinya, dan setelah tangan kirinya terpotong pula, lalu diapit bendera itu dengan dua belah lengannya. Dengan keadaan begini beliau terus menjulang bendera Islam hinggalah beliau gugur syahid, ada pula pendapat mengatakan yang beliau telah ditetak oleh seorang Roman hingga terputus dua, dan kemudian Allah menggantikannya dengan dua sayap yang memboleh beliau berterbangan di dalam syurga Allah, ke mana sahaja yang beliau mahu, kerana itu beliau dikenali sebagai Jaafar al-Tayyar dan Jaafar Zul Al-Janahain.
Al-Bukhary meriwayatkan dari Nafi' bahawa Ibnu Umar telah menceritakan kepadanya semasa beliau mendapati Jaafar telah syahid, dibadannya terdapat kesan-kesan pukulan dan tikaman sebanyak lima puluh liang, tidak ada satu pun di sebelah belakangnya.
Di dalam satu riwayat yang lain kata Ibnu Umar: Ku bersama mereka di dalam peperangan berkenaan, kami mencari Jaafar, kami dapati beliau di antara yang terbunuh syahid, kami melihat pada jasadnya lebih sembilan puluh liang tikaman dan tetakan yang telah disebut dalam riwayat Al-Umri dari Nafi'. Dan kami telah mendapati kesemuanya itu dari sebelah hadapan jasadnya.
Di ketika Jaafar gugur selepas pertarungan yang sengit itu maka bendera Islam dicapai oleh Abdullah bin Rawahah, dengan itu beliau pun terus memecut kudanya mara ke hadapan, beliau teragak-agak untuk turun dari kudanya, hinggalah keadaan memaksa beliau, di sini beliau bermadah:
Duhai jiwa ku! ku bersumpah
kau pasti menghadapi kerelaan cabaran
kiranya sudah orang mencapainya
kenapa kau berlengah
membenci syurga Allah ?.
Beliau melompat turun, kemudian anak saudaranya menghadiahkan seketul daging dengan berkata: Makanlah buat menguat badanmu, hari ini kau menghadapi keadaan yang sama yang pernah kau alaminya. Beliau mengambilnya dan mengigit secebis kemudian beliau membuangnya. Lantas beliau menghunus pedangnya sambil mara ke hadapan dan terus bertarung hingga gugur sebagai syahid.
BENDERA BERPINDAH KE TANGAN PAHLAWAN PEDANG ALLAH
Serta merta seorang askar dari Banu 'Ijlan dikenali sebagai Thabit bin Arqam memegang bendera Islam sambil melaung: Wahai kalian tentera Islam, pilihlah seorang di antara kamu untuk tugas ini. Jawab kalian: Kamulah orangnya, kata Thabit: Aku tak bolehlah, akhirnya orang ramai bersetuju dengan Khalid bin Al-Walid. Apabila beliau memegang bendera terus beliau mengharungi kancah pertempuran yang sedang sengit. Al-Bukhary meriwayatkan dari Khalid Al-Walid katanya: Di hari Mu'tah itu sembilan bilah pedang telah terpatah di tanganku, yang kekal dan dapat bertahan hingga ke akhir peperangan hanya pedang Yamaniah. Dalam lafaz yang lain katanya: Di hari Mu'tah sahaja sembilan bilah pedang terpatah di dalam tangan ku, yang tahan hanya pedang Yamaniah ku.
Di hari peristiwa Mu'tah itu Rasulullah s.a.w telah menceritakan kepada sahabat melalui wahyu yang terturun kepada Baginda, sebelum beritanya dibawa orang dari medan perang. Sabdanya yang bermaksud: Bendera dibawa oleh Zaid, beliau jatuh kemudian ianya diambil oleh Jaafar dan beliau jatuh lantas diambil oleh Ibni Rawahah, Ibnu Rawahah pun gugur, di masa itu Rasulullah s.a.w berlenang air mata hinggalah bendera Islam dicapai oleh Pedang Allah maka dengannya pembukaan pun selamat terlaksana.
KESUDAHAN PEPERANGAN
Meskipun keberanian yang luar biasa dan kepahlawanan yang tiada tara bandingannya, namun ianya adalah suatu hal yang luar biasa juga, bagi sekumpulan tentera yang bilangannya kecil berbanding dengan tentera musuh yang ramai hingga menutupi bumi Mu'tah, memang luar biasa baginya untuk memenangi tentera Roman. Di dalam kegawatan suasana itu, Khalid bin Al-Walid telah memperlihatkan kecekapannya malah kebijaksanaannya untuk keluar dari keadaan yang cemas di mana mereka tersepit di dalam kancah pertempuran yang tidak diduga.
Beberapa riwayat yang berbagai, telah menceritakan khusus mengenai kesudahan peperangan ini. Setelah kita meneliti kesemua riwayat ini, nampaknya Khalid bin Al-Walid berjaya berhadapan dengan tentera Roman sepanjang hari. Sepanjang pengendalian, beliau merasakan amat perlu kepada satu taktik dan tipu helah peperangan guna untuk menimbulkan kegerunan di kalangan tentera Roman, supaya dengannya dapat beliau melepaskan dan membawa keluar tentera Islam dari kancah peperangan. Di masa yang sama tidak membiarkan tentera Roman memburu mereka. Sebenarnya beliau amat arif bahawa peluang untuk melepaskan tentera Islam dari suasana yang dihadapinya itu amat tipis, terutamanya dalam keadaan umat Islam berkecamuk malah pihak Roman pasti akan memburu mereka dari belakang.
Sebagai tindakan kepada rancangannya itu, sebaik sahaja subuh menjelang beliau menukar posisi tentera, dan menyusun semula kedudukan tentera Islam, dengan mengubah barisan hadapan ke belakang yang kiri ke kanan dan sebaliknya. Apabila tentera Roman melihat penyusunan baru mereka menyangka suatu keadaan lain, mereka menyangka bahawa tentera Islam mendapat bantuan, mereka mula merasa takut dan gerun, setelah mana kedua-dua .tentera berhadapan, pertempuran pun bermula, di sini Khalid bertindak berundur perlahan-perlahan ke belakang di samping mengekalkan sistem dan struktur tentera semasa mereka berundur, tentera Roman tidak pula memburu mereka kerana pada sangkaan mereka bahawa tentera Islam mengunakan taktik untuk memerangkap mereka di gurun padang pasir luas saujana mata memandang itu.
Beginilah caranya hingga pihak musuh pulang ke negaranya tanpa memikir untuk memburu kaum muslimin, dengan itu berjayalah Khalid untuk melepaskan tentera Islam dari ancaman, cengkaman dan buruan tentera Roman, akhirnya selamat pula mereka pulang kc Madinah.
KORBAN KEDUA-DUA BELAH PIHAK
Seramai dua belas (12) orang tentera Islam gugur syahid manakala bilangan tentera Roman tidak diketahui dengan sebenarnya, Walau macam mana pun dianggarkan angka kematian adalah tinggi.
KESAN PEPERANGAN
Meskipun tentera Islam tidak dapat menuntut bela, namun pergerakan ini telah menatijahkan kesan yang besar, dengannya kemasyhuran tentera Islam menjadi gah, membawa orang Arab secara menyeluiuh menjadi panik dan taajub, kerana Roman adalah kuasa besar dan gergasi bumi di masa itu. Pada mulanya orang Arab menyangka keberanian tentera Islam untuk berhadapan dengan tentera Roman itu adalah tindakan membunuh diri sendiri. Namun setelah tentera Islam dengan bilangannya yang kecil seramai tiga ribu (3,000) orang itu mencabar tentera Roman yang besar lagi gagah gerkasa seramai dua ratus ribu (200,000) orang itu, kemudian tentera Islam pulang ke Madinah tanpa mengalami kerugian yang berat, semuanya menjadi macam satu legenda, malah peristiwa ini, membuktikan bahawa tentera Islam adalah unik belum pernah bangsa Arab mengenali contoh umpama ini. Sesungguhnya mereka telah dibantu dan disokung oleh Allah (s.w.t), teladan mereka itu adalah Rasulullah s.a.w yang sebenar, maka justeru itulah kita dapati qabilah-qabilah Arab yang menjadi musuh ketat Islam, yang memusuhi Islam hinggalah ke saat sebelum peristiwa bersejarah itu, telah mengubah pendiriannya, di mana Banu Salim, Asyja', Ghatafan, Zibyan, Fazarah dan lain-lain telah memeluk Islam.
Peperangan ini merupakan permulaan kepada pertarungan berdarah dengan Roman di masa-masa hadapan, malah ianya juga sebagai landasan dan pendahuluan kepada pembukaan-pembukaan Islam ke atas-atas negeri-negeri Roman seterusnya penaklukan Islam ke atas negeri-negeri di belakangnya yang terletak jauh di sebaliknya.
PEPERANGAN ZAT AS-SALASIL
Setelah Rasulullah s.a.w mengenalpasti sikap qabilah-qabilah Arab yang mendiami perbatasan negeri Syam itu semasa peperangan Mu'tah, di mana mereka telah bersekutu dengan Roman melawan umat Islam, maka Rasulullah s.a.w merasa amat perlu sangat untuk bertindak penuh kebijaksanaan untuk memecahkan perpaduan di antara mereka dan Roman, dan seterusnya boleh membawa kepada perubahan sikap mereka untuk bersekutu dengan umat Islam supaya perpaduan mereka tidak berulang sekali lagi.
Bagi menjayakan perancangan Rasulullah s.a.w itu dan untuk menarik mereka kepada Islam, Baginda memilih Amru bin Al-Aas orang yang akan melaksanakan tindakan itu, kerana neneknya adalah dari qabilah Bila, Baginda mengutusnya di bulan Jamadilakhir tahun kelapail (8) Hijrah, selepas peperangan Mu'tah. Malah ada juga pendapat yang mengatakan bahawa: Telah sampai berita dari risikan Islam di mana sekumpulan banu Qudhaah telah berkumpul untuk menuju ke Madinah, justeru itulah maka Rasulullah s.a.w mengutus Amru bin Al-Aas, berkemungkinan dua sebab inilah yang mendorong Rasulullah s.a.w menghantar unit ini.
Rasulullah s.a.w menyerah bendera putih kepada Amru bin Al-Aas, dan bersama-samanya panji berwarna hijau, dengan kekuatan tiga ratus (300) orang dari kalangan Muhajirin dan Al-Ansar, bersama mereka tiga puluh ekor kuda, Baginda ntenyuruh beliau meminta bantuan dengan mana-mana qabilah Arab yang beliau lewati Bila, Uzrah dan Balqin. Beliau bergerak di malam hari dan berselindung di siang hari, apabila beliau mendekati kediaman qabilah berkenaan, didapati mereka dalam ketumbukan yang besar jumlahnya. Justeru itu beliau mengutus permohonan tambahan bantuan kepada Rasulullah s.a.w, dibawa oleh Rafie' bin Makith Al-Juhani. Dengan itu Rasulullah s.a.w pun mengirim satu unit tentera Islam di bawa pimpinan Abu Ubaidah Ibni Al-Jarrah dengan kekuatan seramai dua ratus (200) orang tentera keseluruhannya adalah kaum Muhajirin dan Al-Ansar turut bersama Abu Bakar dan Umar Ibni Al-Khattab.
Rasulullah s.a.w menyerah panji pimpinan kepada Amru Ibni Al-Aas, Baginda mengarah mereka supaya menemui Amru, kedua unit harus bergabung dan sekali-kali jangan berpecah. Setibanya Abu Ubaidah di tempat Amru maka beliau hendak mengimami sembahyang jemaah, lantas Amru membantah tindakannya itu dengan katanya: Sebenarnya kau sampai di sini sebagai bantuan dan aku tetap scbagai Amir, dengan itu Abu Ubaidah pun mematuhi Amru bin Al-Aas, di mana Amru mengimami sekalian yang hadir.
Sariyah Amru pun bergerak hingga memasuki negeri kediaman Qudhaah dan menawannya hingga kehujung perbatasan, di sana tentera Islam menemui himpunan musuh, dan terus mereka menyerang himpunan itu, kesudahannya mereka lari bertempiaran ke merata tempat.
Dari sana Amru mengutus Auf bin Malik Al-Asyja'i untuk menyampaikan berita kepada Rasulullah s.a.w tentang kepulangan dan keselamatan mereka serta laporan mengenai peperangan yang mereka harungi.
Zat As-Salasil adalah satu kawasan selepas Wadi Al-Qura di antaranya dan Madinah sepuluh hari perjalanan. Ibnu Ishak menyebut bahawa tentera Islam singgah di perairan kawasan Banu Juzam dikenali sebagai As-Salasil, maka tempat itu dinamakan Zat As-Salasil.
PENGUTUSAN ABU QUTADAH KE KHUDRAH
Penghantaan sariyah ini pada bulan Syaaban tahun kelapan (8) Hijrah, kerana Banu Ghatafan sedang berkumpul di Khudrah, ianya kediaman Banu Maharib di Najd, Rasulullah s.a.w mengutus Abu Qutadah bersama lima belas (15) orang tentera, di sana tentera Islam berjaya menghapus sebahagian dari tentera musuh di samping menawan dan merampas biri-biri musuh, Abu Qutadah berada di sana selama lima belas (15) malam.
PEPERANGAN PEMBUKAAN KOTA MEKAH (FUTUHAL MAKKAH)
Ibn Al-Qaiyim telah menyebut: "lanya satu pembukaan teragung yang dengannya Allah memuliakan agamanya, RasulNya, tenteraNya dan partiNya yang beramanah, dengannya juga Allah telah menyelamatkan negeri-negeriNya dan rumahNya yang telahpun ditetapkan sebagai tempat hidayah untuk seluruh alam, menyelamatkan dari tangan-tangan kafir dan musyrikin, ianya pembukaan yang turut bergembira olehnya penghuni-penghuni langit, lanjutan kemuliaannya melimpah ke angkasa cakerawala hingga dengannya maka berduyun-duyunlah manusia menganut agamaNya, hingga denganNya wajah bumi terukir seribu senyuman mekar".
SEBAB TERCETUSNYA PEPERANGAN
Telah kita sebutkan semasa memperkatakan mengenai peristiwa Al-Hudaibiyyah, di antara syarat perjanjian ialah:
Sesiapa yang ingin menyertai Muhammad dan bersekutu dengannya, beliau berhak berbuat denikian dan sesiapa yang ingin berpihak dengan Quraisy dan bersekutu dengannya beliau berhak berbuat demikian. Mana-mana qabilah yang bersekutu dengan mana-mana kem maka ianya dianggap sebagai sebahagian dari kem itu, mana-mana pelanggaran ke atas qabilah yang menyertai kem-kem tadi adalah dianggap sebagai pelanggaran ke atas kem secara langsung.
Berdasarkan syarat ini maka Khuza'ah telah bersekutu dengan Rasulullah s.a.w, manakala Banu Bakar pula menyertai Quraisy, dengan itu kedua-dua qabilah ini menikmati keamanan dan kesejahteraan, sedang sebelum ini kedua-duanya saling bermusuhan dan saling menuntut bela dan membalas dendam yang diwarisi sejak zaman jahiliyyah lagi. Dengan kedatangan Islam dan termeterainya perjanjian keamanan Al-Hudaibiyyah maka tertebarlah benih keamanan di antara semua pihak, namun Banu Bakar masih tetap hendak membalas dendam kesumat lamanya, di mana Naufal bin Muawiyah Ad-Daily bersama jemaahnya banu Bakar telah keluar di Bulan Syaaban tahun kelapan (8) Hijrah, lantas menyerang Khuza'ah di malam hari, sedang di masa itu mereka sedang berada di kawasan berair yang dikenali sebagai "Al-Watir" dalam kejadian berkenaan Banu Bakar telah berjaya membunuh orang-orang Khuza'ah dan sebagai lanjutan terjadilah pertarungan dan peperangan di antara keduanya dan seterusnya Quraisy menghulur bantuan senjata kepada sekutunya banu Bakar, malah beberapa tokoh Quraisy telah turut serta di dalam peperangan berkenaan berselindung di sebalik kegelapan malam, hingga mereka dapat membawa Khuza'ah ke dalam kawasan Al-Haram Makkah. Oleh yang demikian maka berkatalah Banu Bakar: "Wahai Naufal! sekarang kita telah memasuki kawasan Al-Haram ingatlah, Tuhan kau, Tuhan kau, lantas Al-Khuza'ah menjawab: Wahai Bakar tiada Tuhan di hari ini, kamu sudah pun membalas dendam kesumat kamu itu, ku bersumpah, sebenarnya kamu telah melakukan pencabulan di kawasan Al-Haram ini, tidakkah di sini sudah terbayar dendam kamu itu?
Setelah Khuzaah melangkah masuk ke kawasan Makkah mereka terus mendapat perlindungan di rumah Budail bin Warqa' Al-Khuza'i dan rumah kawan setia mereka yang dikenali sebagai Rafie'. Amru bin Salim Al-Khuza'i terus meluru ke Madinah menemui Rasulullah s.a.w. Sesampainya beliau di sana, beliau pun mempersembahkan kepada Rasul hasratnya melalui madahnya, sedang pada masa itu Rasulullah s.a.w sedang duduk berbual di dalam masjid bersama-sama kaum muslimin. Amru pun bermadah:
Duhai Tuhan ku merayu Muhammad
Sekutu kita dan bapanya yang tertua
Semasa kamu kanak-kanak dan kami bcpa
Tangan erat bergenggaman
Bantulah sepenuh pertolongan
Serulah penyembah Allah menghulur bantuan
Pada mereka Rasul mulia
Semulia bulan purnama mengambang
Pabila marah mukanya bergelora
Dibelakangnya tentera seramai samudera
Mengajar Quraisy mengkhianati setia
Mengucap janji merubah kata
Di Kada' kami dibelasah
Kerana menyangka tiada pembela
Mereka terhina, terkecil angka
Namun dendam mereka menuntut
Kami bersembahyang kami di bunuh
Rasulullah s.a.w terus menjawab: Kau dibela wahai Amru, kemudian Baginda diperlihatkan mendung merintangi langit, maka katanya lagi: Awan berarak itu, pembuka pertolongan kepada Banu Kaab.
Tidak berapa lama kemudian tiba pula Budail bin Warqa' Al-Khuza'i bersama beberapa orang dari Khuza'ah, di mana mereka menemui Rasulullah s.a.w melaporkan bilangan qurban peristiwa yang nahas itu dan penyertaan langsung oleh Quraisy membantu Banu Bakar, kemudian mereka pun pulang semula ke Makkah.
ABU SUFIAN KE MADINAH UNTUK MEMPERBAHARUI PERJANJIAN
Tidak syak lagi Quraisy dengan tindakannya bersama-sama dengan sekutunya itu merupakan pencerobohan kepada perjanjian dan pengkhianatan terang-terangan kepada perdamaian yang dimeterai bersama itu, tanpa alasan yang boleh dimaafkan, kini Quraisy sudah pun menyedari kesalahan yang mereka lakukan itu, sekaligus merasai buruk padah dari tindakannya di luar batasan, dengan itu mereka memanggil permesyuaratan untuk sidang tergempar. Keputusannya menghantar pimpinan mereka Abu Sufian pada masa itu, untuk ke Madinah buat memperbaharui perdamaian.
Rasulullah s.a.w memberitahu kepada sekalian sahabatnya apa yang akan dilakukan oleh Quraisy dalam usaha mengatasi pengkhianatan mereka itu dengan sabdanya: Kamu akan didatangi Abu Sufian untuk mengemaskan perjanjian Al-Hudaibiyyah itu, malah memohon untuk dilanjutkan lagi tempohnya. Abu Sufian terus bergerak ke Madinah sebagaimana keputusan yang mereka persetujui, beliau bertemu dengan Budail bin Warqa' dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Makkah. Abu Sufian terus bertanya Budail: Kamu ini dari mana? Abu Sufian mengesyaki yang beliau ini datang menemui Rasulullah s.a.w. Jawab Budail: Aku bersiar-siar dengan Khuza'ah di sekitar pantai tadi dan di sekeliling lembah-lembah ini. Tanya Abu Sufian yang penuh meragui: Bukankah kamu datang menemui Muhammad ? Kata beliau: Tidaklah. Setelah Budail berlepas ke Makkah, Abu Sufian berkata kepada teman yang mengiringiriya: Kalaulah Budail ini datang dari Madinah pasti tunggangannya memakan makanannya ('alaf) yang mengandungi biji-biji Al-Madinah, dengan itu beliau terus ke tempat najis unta dipecahkannya, memang beliau dapati bijian Al-Madinah di dalam kandungan najis, maka kata Abu Sufian: Aku bersumpah demi Allah, Budail telah menemui Muhammad.
Walau macam mana pun Abu Sufian terus ke Madinah, pertama beliau datang menemui anak perempuannya, Ummu Habibah, setibanya di hadapan Ummu Habibah beliau pun mengayakan diri untuk duduk di atas hamparan Rasulullah s.a.w, apa lagi Ummu Habibah pun menggulung hamparan tadi, maka kata Abu Sufian: "Kenapa wahai anakku apakah kau membencikan daku?" Maka jawab Ummu Al-Mukminin: "Itu adalah hamparan Rasulullah s.a.w, kau ini musyrik najis." Jawab Abu Sufian: "Selepas kau berpisah dari ku, kau telah terkena sihir".
Dengan itu beliau keluar dari situ, dan terus menemui Rasulullah s.a.w, Abu Sufian menegur Baginda, tetapi Rasulullah s.a.w tidak menjawab sepatah apa bun, kemudian beliau menemui Abu Ba-kar, meminta jasa baik beliau untuk menyampai hasratnya kepada Rasulullah s.a.w tapi jawab Abu Bakar: "Aku tidak boleh berbuat apa pun", lantas beliau pergi menemui Umar dan beliau meminta Umar menolongnya dalam hal ini, maka jawab Umar: "Apakah aku ini yang akan menjadi orang tengah untuk kamu? Demi Allah, kalaulah aku tidak mempunyai apa pun selain debu-debu, namun dengannya pun cukup untuk ku tentangi kamu, pasti aku lakukan", kemudian beliau datang menemui Ali bin Abi Talib di masa itu Fatimah sedang duduk di sampingnya, manakala anaknya Hasan sedang merangkak di hadapannya, kata Abu Sufian: "Wahai Ali, sebenarnya kaulah orang paling mengasihi daku, di hari ini aku datang memerlukan pertolonganmu, janganlah membiarkan daku pulang dengan hampa sahaja, daku memerlukan kau menjadi orang tengah, untuk menyampaikan hasrat ku kepada Muhammad", kata Ali pula: "Bangsat kau Abu Sufian, sebenarnya Rasulullah s.a.w sudah berazam hendak melakukan sesuatu di mana kami tidak berhak untuk berbicara dengannya" lalu beliau berpaling ke arah Fatimah dengan berkata: "Boleh tak engkau menyuruh anak engkau ini melindungi manusia ramai, maka dengan itu beliau akan menjadi penghulu seluruh bangsa Arab hingga ke akhir zaman?" Jawab Fatimah: "Demi Allah mana boleh anak ku ini berbuat demikian, malah tiada siapa yang boleh menghalang Rasulullah s.a.w dari bertindak".
Di masa itu Abu Sufian terasa dunia menjadi gelap dan berkata kepada Ali bin Abi Talib dalam keadaan serba kebingungan dan putus asa: "Wahai Abu Al-Hasan, aku mendapati keadaan semakin meruncing, cuba kau nasihatkan daku". Jawab Ali: "Demi Allah, aku tak tahulah apa nasihat yang baik untuk kau, kerana kau sendiri adalah pemimpin Banu Kinanah, ayuh pergilah pinta perlindungan dari orang ramai, kemudian pulanglah ke tanah airmu". Tanya Abu Sufian: "Apakah itu boleh memberi sesuatu yang baik untuk ku?" Jawab Ali: "Demi Allah, aku tidak menyangka demikian, cuma aku tidak ada nasihat selain dari itu". Lantas Abu Sufian pun beredar dari situ menuju ke masjid, di sana beliau melaung: "Wahai kalian, daku memohon perlindungan kalian, kemudian dia terus memecut untanya dan beredar.
Setibanya di pangkuan Quraisy, beliau terus disoal dengan kata mereka: "Apa yang kau capai". Jawab beliau: "Ku menemui Muhammad untuk berbicara dengannya, demi Allah tak sepatah yang dijawabnya, setelah itu aku menemui Ibnu Abi Quhafah, beliau pun sama, tidak suatu pun yang ku perolehi, kemudian terus kepada Umar Ibni Al-Khattab: Ku dapati beliau musuh yang rendah profail, kemudian ku temui Ali Ibni Abi Talib, beliau adalah yang terlembut di antara kesemua, beliau telah menasihati ku melakukan sesuatu, namun demikian aku pun tak pasti apakah pendapatnya itu boleh memberi sesuatu kebaikan?" Tanya mereka: "Apakah nasihat beliau kepada kamu?" Kata Abu Sufian: "Beliau menyuruh aku meminta perlindungan dari orang ramai, maka aku pun buatlah seperti yang beliau syorkan itu". Tanya hadirin: "Apakah Muhammad telah mempersetujuinya?" Jawab Abu Sufian: "Tidak". Kata hadirin: "Celaka kau, penasihat kau itu tak lebih dari menambahkan cemuhan orang terhadap kau". Jawab Abu Sufian: "Tidak! Demi Allah sebenarnya aku tak ada pilihan kecuali itu sahaja".
PERSIAPAN UNTUK PEPERANGAN DAN IKHTIAR MERAHSIAKANNYA
Satu petikan dari riwayat al-Tabrani mengatakan bahawa Rasulullah s.a.w telah mengarah Aisyah (r.a) mempersiapkan kelengkapan dan pera(atan, iaitu tiga hari lebih awal, sebelum Rasulullah s.a.w menerima berita pelanggaran terhadap perjanjian perdamaian. Persiapan Rasulullah s.a.w ini tak siapa pun mengetahuinya, cuma di suatu hari Abu Bakar telah datang menemui anaknya dengan bertanya: "Anakku! Apa semua persiapan ini?" Jawab Aisyah: "Demi Allah! Saya pun tidak tahu". Kata Abu Bakar: "Demi Allah, sebenarnya ini bukan masa untuk memerangi bangsa kulit kuning itu (yakni Roman), ke mana Rasulullah s.a.w hendak tuju agaknya?" Jawab Aisyah: "Entahlah, demi Allah saya kurang pasti". Di subuh hari selepas persiapan itu, tibalah Amru bin Salim Al-Khuza'i bersama dengan empat puluh (40) penunggang kenderaan, Amru terus berbicara dengan Rasulullah s.a.w melalui madahnya, seperti yang kita sebutkan sebelum ini. Sekalian yang mendengarnya pun mengetahui peristiwa pelanggaran perjanjian. Selepas itu disusuli pula dengan kedatangan Abu Sufian, dengan itu sahihiah peristiwa berkenaan, Rasulullah s.a.w mengarah mereka supaya bersiap sedia tanpa berahsia lagi, Rasulullah s.a.w memberitahu mengenai pergerakannya ke Makkah, namun beritanya tetap dirahsiakan dan ditutup rapat dengan sabdanya: Rahsiakan berita ini agar tidak sampai ke pengetahuan Quraisy supaya dapat kita gempur dan kejutkan mereka dengan kedatangan kita ke sana secara mendadak.
Sebagai usaha menutup dan mengaburkan tindakan Baginda, Rasulullah s.a.w mengutus satu unit sariyah yang terdiri lapan orang di bawah pimpinan Abu Qutadah bin Rabie' ke daerah kediaman Adham yang terletak di antara Zi Al-Khasyab dan Zi Al-Maruah, kira-kira sejauh tiga "Barad" dari Al-Madinah. Kira-kira di awal bulan Ramadhan tahun kelapan (8) Hijrah, supaya disangka orang bahawa Rasulullah s.a.w akan menuju ke sana, dan sebagai cara buat merahsiakan pergerakan yang sebenar, sariyah ini terus berjalan hinggalah sampai berita kemaraan Rasulullah s.a.w ke Makkah, maka sariyah ini mengalih arahannya hingga bertemu dengan Rasulullah s.a.w.
Di dalam suasana yang kritikal itu, seorang sahabat bernama Hatib bin Abi Baltaah telah mengutus risalah ke Makkah buat menceritakan pergerakan Rasulullah s.a.w ke sana, beliau mengupah seorang perempuan untuk membawa risalah berkenaan. Beliau bertindak menyorok risalah berkenaan di dalam sanggulnya. Di masa itu Allah memberi tahu Rasulullah s.a.wNya tentang tindakan Hatib itu lantas Rasulullah s.a.w mengutus Ali dan Miqdad dengan sabdanya: Ayuh kamu berdua ke sana hingga ke tempat bernama "Raudhah Khakh" kerana di sana ada seorang perempuan yang membawa risalah untuk Quraisy. Mereka berdua terus bergerak ke sana, hingga sampai ke tempat seperti yang disebut oleh Rasulullah s.a.w, setelah berhadapan dengan perempuan yang disebutkan itu, mereka meminta perempuan berkenaan turun dari kenderaannya dengan berkata: "Kamu membawa risalah?" Jawab perempuan itu: "Aku tidak ada sebarang risalah pun". Ali dan Miqdad pun memeriksa kenderaannya dan tidak didapati sebarang apa pun; kemudian kata Ali: "Aku bersumpah dengan nama Allah, masakan Rasulullah s.a.w berdusta dan membohongi kita, demi Allah kau mesti serahkan surat itu atau kalau tidak kami telanjangkan kau".
Setelah beliau melihat kesungguhan Ali maka katanya: "Ayuh berpaling dari sini", setelah beliau berpaling, perempuan itu pun merungkai sanggulnya dan dikeluarkan risalah berkenaan, serta diserahkan kepada Ali, dengan itu mereka berdua kembali membawanya kepada Rasulullah s.a.w. Baginda mendapati surat berkenaan, bunyinya: (Dari Hatib bin Abi Baltaah ke hadapan Quraisy) memaklumkan mereka mengenai pergerakan Rasulullah s.a.w, maka Rasulullah s.a.w pun menjemput Hatib dengan bertanya: "Apakah motifnya yang membawa kamu menulis risalah kepada Quraisy?" Jawab Hatib: "Wahai Rasulullah s.a.w janganlah segera menghukum ke atasku. Demi Allah daku ini tetap beiiman dengan Allah dan RasulNya, tidak sekali pun aku murtad atau menukar agama, tetapi daku ini seorang lelaki yang terikat dengan Quraisy namun bukanlah sebahagian dari mereka, cuma anak dan keluargaku sahaja berada di sana, malahan daku tidak ada sebarang ikatan kekeluargaan di sana yang boleh menjaga keselamatan di antara satu sama lain, maka di sini ku sukalah sebagai mengganti kekurangan ku tadi dengan menjadikan mereka sebagai pihak yang boleh menjaga keselamatan anak-anakku di sana.
Kata Umar: "Wahai Rasulullah s.a.w serahkan sahaja si munafiq ini untuk ku penggal lehernya, orang ini sudahpun mengkhianati Allah dan RasulNya. Dia sudah menjadi munafiq." Jawab Rasulullah s.a.w: "Beliau ini adalah peserta peperangan Badar, mana tahu, boleh jadi Allah telah membuka sesuatu kepada tentera Badar. Kemudian Rasulullah s.a.w bersabda: Lakukanlah apa yang hendak kamu lakukan, sebenarnya aku mengampuni kamu. Di masa itu air mata beliau mengalir dipipinya dan berkata: Sesungguhnya Allah lebih mengetahui.
Demikian kehendak Allah untuk menjaga supaya tidak ada sebarang berita mengenai persiapan dan pergerakan kaum muslimin yang sampai ke pengetahuan Quraisy.
PERGERAKAN TENTERA ISLAM KE ARAH MAKKAH
Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan tahun lapan (8) Hijrah Rasulullah s.a.w pun bergerak keluar dari Al-Madinah menuju ke Makkah dengan bala tentera seramai sepuluh ribu orang yang kesemuanya dari kalangan para sahabat. Baginda melantik Abu Rahm al-Ghaffari sebagai Amir di Madinah.
Semasa Baginda di Al-Juhfah atau selepasnya, Baginda telah bertemu dengan bapa saudaranya Al-'Abbas bin Abdul Al-Mutalib yang telah keluar bersama-sama dengan anak keluarganya sebagai seorang muslim untuk berhijrah, dan semasa Baginda di "Al-Abwa"' Rasulullah s.a.w bertemu dengan anak bapa saudaranya Abu Sufian bin Al-Harith dan anak emak saudaranya Abdullah bin Abi Umaiyah, tetapi Rasulullah s.a.w berpaling dari mereka berdua kerana sebelum ini mereka berdua merupakan di antara orang yang banyak menyakiti dan mencela Baginda, justeru itu maka kata Ummu Salamah kepadanya: "Kedua-dua anak saudara mu itu tidakkah lebih jahat dari orang lain". Manakala Ali pula menasihati Abu Sufian bin Al-Harith dengan katanya: "Ayuh kamu datang sahaja ke hadapan Rasulullah s.a.w dan katakanlah seperti mana katanya saudara-saudaraYusof kepada adik mereka:
"Kata mereka: Demi Allah sebenarnya Allah telah mengutamakan engkau dari kami, dan kendatipun kami ini sesungguhnya bersalah".
Yusuf: 91
Sesungguhnya Baginda tidak akan membiarkan seseorang yang lebih baik percakapannya. Abu Sufian pun mematuhi nasihat Ali, hingga membawa Rasulullah s.a.w menjawab dengan katanya:
"Kamu di hari ini tidak akan ditempelak lagi, semoga Allah mengampunkan dosa kamu dan dialah Maha mengasihani dari segala pengasih.
Yusuf: 92
Dengan itu Abu Sufian mendendang beberapa rangkap syairnya:
Demi jiwa ketikaku membawa panji
Mengatasi kuda Al-Lata melawan Muhammad
Bagaikan musafir kebingungan di malam nan gelap
Masa hidayat dah tiba
Kini ku ditunjuk Bukan diri ku yang menunjuk
Malah orang yang ku buru dahulu Membawa daku ke penjuru hidayah.
Kemudian Rasulullah s.a.w menepuk dadaku dengan sabdanya:
"Oh! Rupanya kau yang memburukku dahulu"
TENTERA ISLAM SINGGAH DI MAR AL-ZAHRAN
Rasulullah s.a.w meneruskan perjalanannya dalam keadaan berpuasa. Orang ramai pun turut berpuasa, hinggalah apabila Baginda sampai ke Al-Kadid, kawasan air yang terletak di antara Asafan dan Al-Kadid, Baginda membuka puasanya, maka sekalian tentera pun turut berbuka. Dari situ Baginda terus bergerak hingga sampai ke "Mar al-Zahran" dikenali juga sebagai Wadi Fatimah. Semasa Rasulullah s.a.w singgah di situ, waktu sudah hampir isya', di situ Rasulullah s.a.w memerintah tentera berkhemah, mereka menyalakan api, kira-kira ribuan api yang dinyalakan. Rasulullah s.a.w melantik Umar sebagai orang yang bertanggungjawab.
ABU SUFIAN DI HADAPAN RASULULLAH S.A.W
Sewaktu Rasulullah s.a.w singgah di Mar al-Zahran, Al-'Abbas pun mengambil baghal Rasulullah s.a.w yang bernama "Al-Baydha" dan keluar mencari-cari kalau-kalau ada orang yang mencari kayu api atau siapa sahaja yang boleh memberitahu kepada Quraisy, supaya mereka keluar meminta perl.indungan dari Rasulullah s.a.w sebelum Baginda masuk ke Makkah.
Sebenarnya Allah telah pun menggelapkan sebarang berita dari sampai ke pengetahuan Quraisy, namun dengan tindakan mereka itu menjadikan mereka ternanti-nanti dan keluh kesah. Abu Sufian sering keluar ke pinggiran Makkah memerhati kalau-kalau dapat memperolehi khabar selanjutnya, di suatu masa beliau keluar bersama Hakim bin Hazim dan Budail bin Warqa' untuk mendapat berita mengenai Al-Madinah.
Kata Al-'Abbas: "Demi Allah sesungguhnya semasa ku berjalan-jalan dengan menunggangi bighal Rasulullah s.a.w itu, aku dengar suara Abu Sufian yang sedang berbuAl-Bual dengan Budail dan berbincang-bincang, di mana Abu Sufian berkata kepada Budail: Aku tidak perhah melihat api yang dinyalakan dan khemah yang tertegak seperti malam ini. Maka jawab Budail: "Demi Allah ini adalah kerja Khuza'ah, yang telah dirangsangkan oleh peperangan dahulu". Kata Abu Sufian pula: "Takkanlah ini 'Khuza'ah, bilangan mereka kecil yang boleh diperlekeh, takkanlah semua itu api dan tenteranya."
Kata Al-'Abbas: "Aku kenali suaranya itu, laluku berkata: Wahai Abu Hanzalah? Beliau pun segera mengenali suaraku, jawab beliau: Kamu Abu Al-Fadhl? Jawab ku: Ya. Tanya beliau: Apa hal kamu? Ibu bapaku menjadi qurban demi kepentingan kau, kata ku: Itu dia Rasulullah s.a.w bersama-sama orangnya, dibumi Allah esok pagi Baginda berhadapan dengan Quraisy."
Kata Abu Sufian: "Demi Ibu-bapaku, apakah jalan penyelesaiannya?" Kata ku, Demi Allah! Kalau Baginda sempat menangkap kau, pasti Baginda pancung leher kau, Ayuh ikut belakang baghal ini supaya kita menemui Baginda untuk meminta perlindungan dan keamanan." Dengan itu beliau pun ikut Al-'Abbas, sedang dua orang kawannya tadi beredar pulang ke Makkah.
Kata Al-'Abbas: "Ku pun bawa Abu Sufian, bila sahaja kami melalui salah satu unggunan api tentera-tentera Islam mereka bertanya: Siapa ini? Tapi bila mereka melihat baghal Rasulullah s.a.w yang ku tunggangi itu mereka berkata: Ayuh bapa saudara Rasulullah s.a.w dengan baghal Baginda, tapi bila sahaja ku sampai keunggunan api Umar bin Al-Khattab, beliau menyapa, katanya: "Siapa ini", beliau segera bangun menuju ke arah ku, bila sahaja beliau ternampak Abu Sufian di belakang ku terus beliau berkata: "Abu Sufian, musuh Allah?" Al-Hamdulillah yang membolehkan kau memegangnya tanpa janji dan ikatan. Kemudian terus beliau pergi untuk menemui Rasulullah s.a.w, Daku pun terus bergegas juga hingga dapat ku dahuluinya, ku pun segera menemui Rasulullah s.a.w, dan Umar pun mengikut masuk dengan berkata: "Wahai Rasulullah s.a.w ini dia Abu Sufian, biar ku pancung kepalanya", kemudian sampuk ku: "Wahai Rasulullah s.a.w aku telah lindungi beliau ini, dengan itu aku pun duduk berhampiran Rasulullah s.a.w sambil ku memegang kepalanya, dengan kata ku: Demi Allah, di malam ini tidak ada orang yang akan berbicara dengannya selain dari ku sendiri." Oleh kerana Umar terlalu banyak sangat mempersoal Abu Sufian maka kata ku: "Bertenanglah wahai Umar! Demi Allah, kalaulah yang dipersoalkan ini salah seorang tokoh banu Adi bin Kaab takkan ku berkata demikian." Dan jawab beliau: "Bertenanglah wahai Abbas, demi Allah! Islam mu ini lebih suka kepada ku dari Islam Al-Khattab, kalau beliau Islam, bagi .ku tidak ada apa-apa perasaan, kerana memang ku tahu bahawa keislaman mu itu lebih sayang bagi Rasulullah s.a.w dari keislaman Al-Khattab."
Akhirnya, kata Rasulullah s.a.w: "Abbas! Ayuh pergilah ke tempat haiwan tunggangan mu itu, tapi bila subuh menjelang nanti bawa beliau ini ke hadapan ku". Ku pun beredar dari situ. Di pagi hari itu ku pun terus bawa Abu Sufian menemui Rasulullah s.a.w. Sebaik sahaja Rasulullah s.a.w melihat Abu Sufian terus Baginda berkata: "Bedebah kau Abu Sufian, masih belum sampaikah masanya lagi untuk kau kenali bahawa tiada Tuhan melainkan Allah?". Jawab Abu Sufian: "Demi kaulah ibu ayahku, betapa mulianya kau ini, betapa berlapang hati kau dan betapa cinta perhubungan kau ini? kalaulah ku mempercayai bersamanya ada sekutu yang lain pasti ku restui manfaat darinya".
Sabda Rasulullah s.a.w lagi: "Bedebah kau Abu Sufian, masih belum sampai masanya lagi untuk kau kenali yang daku ini Rasul utusan Allah?". Kata Abu Sufian: "Demi kaulah ibu bapaku! Betapa mulianya kau, betapa berlapang hati kau dan betapa cinta perhubungan kau ini! Adapun disaat ini, hatiku masih belum boleh minerima sepenuhnya. Maka kata Al-'Abbas: "Bedebah sungguhnya kau ini, ayuh segera Islam, dan ucaplah bahawa Tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu Pesuruh Allah, sebelum leher kau dipancung". Dengan itu beliau pun memeluk Islam dan mengucap ucapan kebenaran itu.
Kemudian kata Al-'Abbas pula: "Wahai Rasulullah s.a.w, Abu Sufian ini jenis manusia suka berbangga, buatlah sesuatu untuk beliau". Kata Rasulullah s.a.w: "Ya, sesiapa yang berlindung di dalam rumah Abu Sufian beliau adalah selamat dan sesiapa masuk ke dalam rumahnya dan mengunci dari dalam maka beliau pun selamat dan sesiapa memasuki Baitullah Al-Haram maka beliau ini pun selamat juga".
TENTERA ISLAM MENINGGALKAN MAR AL-ZAHRAN MENUJU KE MAKKAH
Di pagi hari itu, iaitu pagi hari Rabu tanggal tujuh (7) Hijrah Rasulullah s.a.w bergerak meninggalkan Mar al- Zahran menuju ke Makkah dengan memerintah Al-'Abbas supaya membawa Abu Sufian ke segenting suatu lembah untuk memerhati pergerakan tentera Islam dari atas tebing cerun bukit. Al-'Abbas pun membawa Abu Sufian ke sana. Bila tiba di situ, terdapat satu qabilah dengan panji-panjinya lantas beliau bertanya: "Wahai Abbas itu siapa?" Maka jawab Abbas seperti katanya: "Itu Sulaim", maka sampuk beliau: "Apa peduli aku dengan Sulaim". Lepas itu berlalu pula qabilah yang lain, maka tanya Abu Sufian: "Siapa mereka itu?" Jawab Al-'Abbas: "Itu Muzainah". Kata Abu Sufian: "Apa peduli aku dengan Muzainah". Hingga selesai semua Qabilah berlalu di situ, maka semuanya disoal, kata Abu Sufian, kesemuanya beliau menjawab: Apa peduli aku dengan yang itu dan yang ini, hinggalah diakhirnya Rasulullah s.a.w memintas dari situ dalam satu kontinjen yang serba hijau, padanya Al-Muhajirin dan Al-Ansar, pandangan tajam ke hadapan. Kata Abu Sufian: "Subhanallah, siapa mereka ini wahai Al-'Abbas?". Jawab Al-'Abbas: "Yang itu Rasulullah s.a.w bersama kaum Muhajirin dan Ansarnya. Maka kata Abu Sufian: "Tak seorang pun berdaya berhadapan dengan mereka ini. Dan sambungnya lagi: Demi Allah wahai Abu Al-Fadhl, "kerajaan" anak saudara mu ini sudah menjadi besar di hari ini". Kata Al-'Abbas: "Wahai Abu Sufian, itu adalah "kenabian". Jawab beliau; Ya, itulah satu anugerah.
Panji Al-Ansar dibawa oleh Saad bin Ubbadah, sebaik sahaja beliau melintasi di hadapan Abu Sufian maka kata beliau: "Hari ini hari pertarungan, hari dihalalkan di bumi haram ini, malah di hari Allah menghinakan Quraisy. Apabila Rasulullah s.a.w tiba bertentangan dengan Abu Sufian, beliau bertanya: "Wahai Rasulullah s.a.w tidakkah kau dengar apa yang telah dituturkan oleh Saad tadi?". Kata Rasulullah s.a.w: "Apa katanya?" Jawab Abu Sufian: "Beliau kata begini-begini". Maka kata Uthman dan Abd Ar-Rahman bin Auf: "Wahai Rasulullah s.a.w, kita tak boleh harap, nanti berlaku pertarungan terhadap Quraisy. Maka jawab Rasulullah s.a.w: "Malahan di hari inilah Kaabah diagungkan dan dengannya Allah memuliakan Quraisy", Kemudian Rasulullah s.a.w mengutus seorang sahabat kepada Saad untuk memindahkan panji yang di bawanya tadi ke tangan anaknya Qais, dengan itu bererti panji masih tidak terlepas dari Saad lagi, namun ada pendapat mengatakan berpindah ke tangan Az-Zubair.
QURAISY MENCABAR KEMARAAN TENTERA ISLAM
Sewaktu Rasulullah s.a.w melalui di hadapan Abu Sufian, Al-'Abbas berkata kepadanya; "Ayuh selamatkan kaum kau". Abu Sufian pun bergegas pulang ke Makkah, sesampainya beliau ke Makkah, terus beliau melaung sehabis suaranya: "Wahai kalian Quraisy, itu dia Muhammad telah datang dengan tenteranya yang belum pernah ku saksi sebelum ini, maka sesiapa yang berlindung di rumah Abu Sufian beliau adalah selamat", lalu isterinya Hindun binti Utbah menuju ke arahnya lantas menarik misainya dan berkata: "Bunuh si gemuk yang tak berguna ini, hodoh sungguh pengawal peninjau ini".
Kata Abu Sufian pula: "Binasalah kamu, di hari ini jangan kamu bersombong diri, kerana hari ini Baginda telah datang dengan bala tentera yang belum pernah dilihat seramai ini, Ayuh cepat, siapa yang berlindung di rumah Abu Sufian beliau adalah selamat". Jawab orang-orang Quraisy: "Celaka engkau, apa yang boleh menyelamatkan kami sekiranya kami berada di dalam rumah mu ini?". Sambung Abu Sufian: "Siapa yang masuk ke dalam rumahnya dan mengunci dari dalam, beliau juga terselamat dan sesiapa memasuki Al-Masjid (Masjidil-Haram) beliau juga selamat". Dengan itu, orang ramai pun segera berpecah dan memasuki rumahnya dan Al-Masjid, di samping mengumpulkan askar-askar biasa mereka dengan berkata: "Kita kedepankan mereka ini, tapi sekiranya berlaku sesuatu ke atas Quraisy maka kita akan bersama dengan mereka ini, sekiranya mereka terbunuh maka kita bayar sahaja apa yang mereka pinta dari kita". Di suatu tempat segolongan Quraisy yang singkat pemikiran berkumpul dengan Ikrimah bin Abi Jahal, Sufwan bin Umaiyah dan Suhail bin Amru. Tempat itu dikenali sebagai Al-Khandamah bertujuan memerangi kaum muslimin. Di antara mereka ada seorang dari qabilah Banu Bakar bernama Hamas bin Qais, beliau sebelum ini bertugas mengumpul senjata, di suatu hari pernah ditanya oleh isterinya: "Kenapa kamu menyediakan apa yang ku lihat ini?". Jawab beliau: "Kesemua ini untuk Muhammad dan sahabat-sahabatnya". Jawab isterinya: "Tak ada suatu pun yang boleh menghalang Muhammad dan sahabat-sahabatnya". Maka kata Hamas: "Demi Allah, sebenarnya aku hendak membuat sesuatu yang baik untuk kau, lantas beliau bermadah:
Sekira mereka mara, tiada bagiku alasan
Ini dia senjata nan lengkap peralatan
Serampang ku pun bermata dua
Tangkas pula pukulannya
Beliau ini salah seorang yang berkumpul di Al-Khandamah.
TENTERA ISLAM DI ZI TAWA
Rasulullah s.a.w telahpun bergerak hingga sampai ke "'Zi Tawa", semasa berjalan Rasulullah s.a.w sentiasa menunduk kepalanya merendah diri kepada Allah. Setelah melihat pemberian Allah kepadanya dengan kemenangan dan pembukaan Kota Makkah, terasa seakan janggutnya mencecah belakang tunggangannya. Semasa di "Zi Tawa" Rasulullah s.a.w menyusun tenteranya, Baginda meletakkan Khalid bin Al-Walid di sebelah kanan bersama-sama dengan beliau ialah Aslam, Salim, Ghaffar, Muzainah, Juhainah dan beberapa qabilah-qabilah Arab yang lain. Diarahnya Khalid supaya memasuki Makkah dari sebelah bawah, dengan pesanannya: "Kalau kamu dapati ada orang-orang Quraisy yang menghalang kamu, kamu boleh bunuh mereka, hinggalah kamu menemui daku di As-Safa".
Az-Zubair bin Al-Awwam diletakkan di sebelah kiri, bersama-sama beliau ialah Panji Rasulullah s.a.w, beliau diarah supaya memasuki Makkah dari sebelah atas iaitu dari arah "Kada9", panji itu dipacakkan di Al-Hajjun, beliau menunggu di situ hinggalah Rasulullah s.a.w sampai.
Adapun Abu Ubaidah bin Al-Jarrah memimpin tentera pejalan kaki yang tidak membawa peralatan perang, beliau di arah supaya mengambil jalan "Baton Al-Wadi", bergerak hingga bertemu dan berdepan dengan Rasulullah s.a.w di Makkah.
TENTERA ISLAM MEMASUKI MAKKAH
Setiap pasukan tentera Islam yang dibahagikan itu mengambil laluan masing-masing yang telah diarah kepada mereka. Adapun Khalid dan sahabat-sahabatnya tetap menundukkan sesiapa sahaja yang menghalang, namun dua orang dari sahabatnya iaitu Kurz bin Jabir Al-Fihri dan Khanis bin Khalid bin Rabi'ah telah terkeluar dari kumpulannya, di mana mereka telah mengambil jalan lain menyebabkan mereka dibunuh. Golongan Quraisy yang singkat pemikiran (As-Sufaha') telali bertembung dengan Khalid bin Al-Walid dan sahabat-sahabatnya di Al-Khandamah. Justeru itu maka berlakulah satu pertarungan kecil hingga terbunuh dua belas (12) orang musyrikin dan berakhir dengan kekalahan Quraisy. Hamas bin Qais yang dahulunya menyediakan peralatan senjata buat melawan Rasulullah s.a.w telah melarikan diri ke dalam rumahnya dan meminta isterinya mengunci dari dalam. Hal ini menyebabkan isterinya kehairanan dan berkata: "Di mana kau ini? kan dahulu kamu telah berkata-kata dan bermadah". Jawab Hamas:
Kiranya kau menyaksi medan Khandamah
Ketika larinya Safwan dan Ikrimah
Pedang muslim telah menyambut kami semua
memenggal setiap lengan dan kepala
Tidak kedengaran selain pukulan
di belakang kami masih terdengar tetakan
Pasti kau membisu tanpa celaan.
Khalid terus mara mengeledah penjuru Makkah, akhirnya beliau sampai ke hadapan Rasulullah s.a.w di As-Safa. Manakala Az-Zubair maju ke hadapan hingga sampai ke Al-Hajjun di tepi masjid Al-Fatah beliau memacak panji Rasulullah s.a.w, beliau tidak ke mana-mana hinggalah Rasulullah s.a.w datang.
RASULULLAH S.A.W MEMASUKI AL-MASJID AL-HARAM DAN MEMBERSIHKANNYA DARI BERHALA-BERHALA
Setelah itu Rasulullah s.a.w pun bangun sedang kaum Muhajirin dan Al-Ansar mengelilingi Baginda dan memasuki Al-Masjid, terus Baginda ke Hajar Al-Aswad dan menyentuhnya dengan tangan Baginda, kemudian terus bertawaf mengelilingi Kaabah, Baginda menjatuhkan berhala-hala sebanyak tiga ratus enam puluh (360) .itu dari atas Kaabah, dengan busar panah yang di tangannya sambil berkata:
"Kebenaran telah datang dan kebatilan menghilang, sesungguhnya kebatilan itu telah terpadam"
Al-Isra': 81
"Kebenaran telah datang dan kebatilan tiada lagi menjelang dan tiada pula ia berulang "
Saba': 49
Di masa yang sama berhala-hala pun jatuh dan tumbang, hancur berderai-derai. Rasulullah s.a.w melakukan tawaf di sekeliling Kaabah dengan menunggang kenderaannya, di masa itu bertawaf dengan menunggang kenderaan belum diharamkan lagi di dalam syarak. Baginda hanya melakukan tawaf sahaja, apabila Baginda menyempurnakan bilangan tawaf, Rasulullah s.a.w terus memanggil Uthman bin Talhah, Baginda mengambil anak kunci Kaabah darinya dan disuruh membuka pintu Kaabah. Apabila Baginda melangkah masuk Baginda mendapati di dalamnya gambar-gambar, di antaranya gambar Saidina Ibrahim dan Ismail (a.s) yang sedang bersumpah dengan berhala. Kata Rasulullah s.a.w: "Allah memusnahkan mereka yang mengada-adakan semuanya ini? Demi Allah mereka tidak pun pernah bersumpah dengan berhala". Kemudian Baginda terlihat ukiran kayu seekor burung merpati, terus Baginda memecahkannya, manakala gambar-gambar di dalam Kaabah diperintah supaya dipadamkannya.
RASULULLAH S.A.W BERSOLAT DI DALAM KAABAH KEMUDIAN MEMBERI UCAPAN DI KHALAYAK QURAISY
Selepas itu Baginda Rasulullah s.a.w menutup pintu Kaabah sedang Baginda di dalam Kaabah bersama Usamah dan Bilal, di situ Baginda berdiri dengan membelakang pintu Kaabah, apabila Baginda melangkah ke depan dengan jarak tiga hasta Baginda berhenti di situ, jadi dua tiang sebelah kirinya dan satu tiang berada di sebelah kanan Baginda. Di belakang Baginda tiga tiang, kerana Al-Haram di masa itu didirikan atas enam batang tiang. Baginda bersembahyang di situ, setelah Baginda berjalan-jalan di dalam Kaabah, bertakbir di setiap penjurunya, menyebut kalimah Tauhid, kemudian barulah Baginda membuka pintunya, di masa itu Quraisy sedang memenuhi ruang masjid secara bersaf menunggu apa yang hendak dilakukan oleh Rasulullah s.a.w ke atas mereka.
Rasulullah s.a.w memegang lawang pintu Kaabah, sedang khalayak Quraisy menunggu di bawah, dengan sabdanya: "Tiada Tuhan melainkan Allah, tiada sekutu bagiNya, benar janjiNya, membantu hambaNya, mengalahkan golongan Ahzab sendiriNya, ingatlah setiap warisan lama, setiap warisan Jahiliyyah samada harta benda atau darah kesemuanya di bawah kakiku ini, kecuali penjaga Baitullah dan pemberi minum kepada Jemaah Haji. Ingatlah, pembunuhan secara tersalah adalah hampir seperti dengan tindakan secara sengaja dengan menggunakan cemeti dan rotan dendanya terlalu berat, iaitu seratus ekor unta, empat puluh darinya sedang sarat mengandung. Wahai kalian Quraisy, sesungguhnya Allah telah pun melenyapkan dari kamu kesombongan jahiliyyah, sikap bermegahan dengan baka keturunan, sebenarnya manusia adalah dari Adam sedang Adam adalah dari tanah."
Kemudian Baginda membaca ayat Al-Quran:
"Wahai manusia sesungguhnya Kami ciptakan kamu sebagai lelaki dan perempuan, dan Kami ciptakan kamu berbangsa-bangsa berqabilah-qabilah untuk kamu berkenalan, sesungguhnya yang termulia dari kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Bijaksana "
Al-Hujuraat: 13
HARI INI KAMU TIDAK DITEMPELAK LAGI
Kemudian sambung Baginda dengan sabdanya:
"Wahai kalian Quraisy, apakah yang kamu fikirkan akan ku lakukan terhadap kamu semua?" Jawab mereka: "Tentulah baik, kerana saudara seorang yang mulia anak kepada saudara yang mulia". Maka jawab Rasulullah s.a.w: "Sesungguhnya aku berkata kepada kalian seperti Yusof telah berkata kepada saudara-saudaranya: Tiada tempelak ke atas kamu di hari ini, Ayuh beredarlah, kamu semua bebas.
KUNCI KAABAH DIKEMBALIKAN SEMULA KEPADA PENJAGANYA
Selepas semuanya itu, Rasulullah s.a.w duduk semula di dalam Al-Masjid, di mana Ali bin Abi Talib (r.a) bangun dan menemui Rasulullah s.a.w sambil memegang kunci pintu Kaabah, dengan berkata: "Wahai Rasulullah s.a.w, berilah tugas menjaga Kaabah dan tugas memberi minum kepada kami, semuga Allah memberi selawat ke atas engkau". Tetapi di dalam riwayat yang lain yang mengemukakan permohonan itu ialah Al-'Abbas. Di sini Rasulullah s.a.w bersabda: "Di mana Uthman bin Talhah?" Dengan itu dijemput Uthman bin Talhal ke hadapan Rasulullah s.a.w dan Rasulullah s.a.w berkata: "Ini dia kunci untuk engkau, hari ini adalah hari kebaikan dan tunai janji". Mengikut riwayat Ibn Sa'd di dalam kitab bernama al-Tabaqat bahawa Baginda telah berkata kepada Uthman semasa penyerahan kunci itu dengan sabdanya: "Ambillah kunci ini untuk selama-lamanya, ianya tidak akan dirampas kecuali yang zaiim, sesungguhnya Allah telah meletakkan amanatnya ke atas kamu, dan makanlah segala sesuatu yang tersampai kepada kamu dari rumah Allah ini dengan ma' ruf".
BILAL MENGALUNKAN AZAN DI ATAS KAABAH
Bila masuk sahaja waktu solat Rasulullah s.a.w pun menyuruh Bilal (r.a) memanjat ke atas Kaabah untuk melaung azan dari atas sana, sedang di masa itu Abu Sufian bin Harab, Utab bin Usaiyed dan Al-Harith bin Hisyam duduk di laman Kaabah, maka kata Utab: "Sesungguhnya Allah telah membiarkan Usaiyed untuk tidak mendengar laungan ini, kerana ianya boleh memberangkan beliau", maka jawab Al-Harith: "Demi Allah seandainya ku mengetahui ianya satu kebenaran dari dahulu lagi ku ikutinya", sampuk Abu Sufian: "Demi Allah, aku tidak akan.membuat sebarang ulasan, kalaulah aku bercakap nescaya anak-anak batu ini akan menceritakan segalanya". Di masa itu Rasulullah s.a.w pun muncul di khalayak mereka dengan berkata: "Aku tahu apa yang kamu semua bercakap-cakap tadi", maka terus Baginda menceritakan apa yang mereka perkatakan tadi. Kata Al-Harith dan Utab: "Kami bersaksi tuan hamba adalah Pesuruh Allah. Demi Allah tiada siapa pun di sini yang boleh menuduh bahawa si pulan telah menceritakan kepada tuan hamba.
SOLAT PEMBUKAAN KAABAH ATAU SOLAT SYUKUR
Di hari itu Rasulullah s.a.w masuk ke dalam rumah Ummu Hani binti Abi Talib, Baginda bersuci kemudian sembahyang lapan rakaat di dalam rumahnya, ketika itu adalah waktu dhuha, ada orang menyangka Rasululluh sembahyang dhuha. Yang sebenarnya Baginda bersolat kemenangan di atas pembukaan kota Makkah. Di masa itu Ummu Hani telah pun memberi perlindungan kepada dua orang mertuanya, maka kata Rasulullah s.a.w: "Kami melindungi orang yang dilindungi oleh Ummu Hani". Sebelum ini saudaranya Ali bin Abi Talib menuntut untuk membunuh m'breka berdua, namun beliau telah menutup pintu rumahnya, justeru itulah maka beliau bertanyakan Rasulullah s.a.w dan Rasulullah s.a.w pun memberi penegasan kepada beliau.
MENGHALAL DARAH BEBERAPA ORANG KEPALA PENJENAYAH
Di hari berkenaan Rasulullah s.a.w menghalalkan darah sembilan orang kepala penjenayah Makkah, malah Rasulullah s.a.w memerintahkan supaya dibunuh kesembilan-kesembilan mereka walau pun didapati mereka berpaut ditirai Kaabah, mereka ialah: Abd Al-'Uzza bin Khatal, Abdullah Ibni Abi Surah, Ikrimah bin Abi Jahal, Al-Harith bin Nufail bin Wahab, Muqis bin Sababah, Habbar bin Aswad, dua orang penyanyi wanita milik Ibn Khatal, kedua mereka ini sering mencaci Rasulullah s.a.w melalui nyanyian mereka dan Sarah hamba perempuan milik seorang Banu Abdul Muttalib, beliau inilah yang membawa risalah dari Hatib bin Abi Baltaah.
Ada pun Ibni Abi Surah, telah dibawa oleh Saidina Uthman k ehadapan Rasulullah s.a.w, beliau menjadi orang tengah kepada Rasulullah s.a.w, maka dengan itu terhindarlah nyawa beliau dari ancaman pembunuhan, malah Rasul telah menerima pengakuan Islamnya, di mana sebelum ini Baginda menangguh untuk menerimanya, dengan harapan akan terdapat di kalangan sahabat yang bertindak membunuhnya, kerana beliau sebelum ini sudah memeluk Islam dan turut berhijrah kemudian beliau murtad dan lari balik ke Makkah.
Ikrimah bin Abi Jahal telah melarikan diri ke negeri Yaman, namun isterinya telah berusaha mendapatkan perlindungan, maka Rasulullah s.a.w pun memberi jaminannya, dengan itu beliau telah berusaha untuk mendapat kembali suaminya yang lari itu, setelah bertemu beliau turut pulang ke Makkah dan memeluk Islam akhirnya beliau menjadi seorang Islam yang baik.
Manakala Ibni Khatal didapati sedang bergantung di tirai Kaabah, hal beliau telah dilaporkan kepada Rasulullah s.a.w, maka kata Baginda: "Bunuh sahaja". Maka beliau pun terus dibunuh di situ. Adapun Muqais bin Sababah telah dibunuh oleh Namilah bin Abdullah, Muqais sebelum ini telah pun memeluk Islam, tiba-tiba berlaku peristiwa di mana Muqais telah menyerang seorang lelaki Ansar menyebabkan beliau membunuh lelaki Ansar, kemudian beliau murtad dan lari menyertai kaum musyrikin di Makkah. Al-Harith merupakan orang yang paling, menyakiti Rasulullah s.a.w semasa di Makkah. Beliau telah dibunuh oleh Ali bin Abi Talib.
Habbar bin Al-Aswad adalah orang yang menganggu Zainab binti Rasulullah s.a.w di hari beliau hendak berhijrah menyebabkan beliau terjatuh ke atas ketulan batu hingga berlaku keguguran, namun di hari pembukaan beliau telah lari dari Makkah, kemudian beliau memeluk Islam dan menjadi orang baik.
Malah seorang dari dua orang penyanyi telah dibunuh, yang kedua telah diberi jaminan keselamatan, justeru itu beliau memeluk Islam, sebagaimana berlaku kepada Sarah yang juga turut memeluk Islam.
Kata Ibnu Hajar: Abu Ma'syar telah menyebut tentang mereka yang telah diisytiharkan halal darah, mereka ialah Al-Harith bin Talatil Al-Khuzai'e beliau telah dibunuh oleh Ali. Al-Hakim menyebut bahawa di antara mereka yang dihalalkan darahnya ialah Kaab Zuhair, cerita mengenai beliau adalah cerita yang terkenal, akhirnya beliau memeluk Islam dan bermadah memuji Rasulullah s.a.w.
Adapun perihal Wahsyi bin Harb dan Hind binti Utbah berakhir dengan memeluk Islam, manakala Arnab hamba perempuan Ibnu Khatal telah terbunuh, juga Ummu Saad sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Ishak, dengan itu maka genaplah bilangan mereka yang dibunuh semasa pembukaan Makkah itu lapan orang lelaki dan enam perempuan. Berkemungkinan Arnab dan Ummu Saad itu adalah dua orang penyanyi, berlaku ikhtilaf pendapat mengenai kedua-dua nama mereka atau nama keduanya itu sebenarnya nama timangan atau gelaran.
SAFWAN BIN UMAIYAH DAN FUDHALAH BIN UMAR MEMELUK ISLAM
Safwan bin Umaiyah tidaklah merupakan di antara tokoh yang dihalalkan darahnya, namun sifatnya sebagai pemimpin besar di dalam masyarakat, membawa beliau mencurigai keselamatan dirinya sendiri, maka sebab itu beliau melarikan diri, dan beliau dipohon keamanan dari Rasulullah s.a.w oleh Umair bin Wahab Al-Jumahi: Rasulullah s.a.w pun menerima permintaan Umair itu, sebagai tanda, Baginda memberikan beliau serbannya yang dipakai semasa memasuki kota Makkah. Amir pun segera mendapatkan Safwan yang sedang hendak menaiki kapal layar yang akan bertolak ke negeri Al-Yaman. Amir cepat-cepat memegang Safwan, dan memberi tahu kepadanya bahawa beliau telah meminta dari Rasulullah s.a.w untuk memberi masa kepada beliau yakni Safwan selama dua bulan untuk beliau membuat keputusan, tetapi Rasulullah s.a.w telah menjawab dengan sabdanya: "Aku beri empat bulan". Maka dengan itu Safwan pun memeluk Islam. Sebenarnya isterinya sudah pun memeluk Islam terlebih dahulu darinya sebelum ini, dan Rasulullah s.a.w telahpun memperakui dengan akad pertama mereka dahulu.
Fudhalah adalah seorang wira yang berani, beliau telah datang menghampiri Rasulullah s.a.w semasa bertawaf dengan tujuan untuk membunuh Baginda. Tetapi Rasulullah s.a.w semasa berseiringan dengan Fudhalah, Baginda memberi tahu beliau tentang rancangan jahat beliau yang terpendam di dalam hatinya, menyebabkan beliau terus memeluk Islam.
PENYAMPAIAN RASULULLAH S.A.W DI HARI KEDUA PEMBUKAAN MAKKAH
Pada keesokan hari Rasulullah s.a.w tampil ke hadapan membuat satu penyampaian kepada khalayak ramai Makkah, setelah memuji dan bertahmid kepada Allah, Baginda bersabda: "Wahai manusia kalian, sesungguhnya Allah telah mengharamkan bumi Makkah sejak langit dan bumi ini dijadikan, maka ianya menjadi haram dengan pengharaman Allah itu, hinggalah ke hari qiamat, tidak halal bagi seseorang yang beriman dengan Allah dan hari akhirat untuk menumpah darah, atau mematahkan pokok-pokok, kiranya ada orang mempersoalkan peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w, makajawab kepada mereka: Sebenarnya Allah telah pun mengizinkan kepada RasulNya sahaja dan tidak kepada kamu, itu pun diharuskan untuk ketika tertentu sahaja, nah kini pengharaman kembali semula seperti di hari kelmarin, oleh itu yang hadir di antara kamu berkewajipan menyampaikan kepada yang tidak hadir".
Dalam satu riwayat yang lain: Tidak mematahkan sebarang durinya, tidak mengemparkan buruannya, tidak mengambil barangan tercicir kecuali orang yang mengenalinya, dan tanah lapangnya tidak boleh dibuang air (air kecil atau air besar). Al-'Abbas mencelah dengan katanya: "Wahai Rasulullah s.a.w kecuali pokok Al-Izkhir, kerana ianya untuk hamba-hamba dan rumah mereka". Jawab Rasulullah s.a.w: "Ya kecuali pokok Al-Izkhir".
Sebelum ini Khuza'ah telah membunuh seorang lelaki dari Banu Laith membalas dendam di atas pembunuhan seorang anggota qabilah mereka. Sehubungan dengan perkara ini maka Rasulullah s.a.w bersabda: "Wahai kalian Khuza'ah, elaklah tangan kamu dari pembunuhan, sebenarnya pembunuhan terlalu banyak, walau pun itu boleh memberi manfaat, sebelum ini kamu telahpun membunuh mangsa kamu dan kini biarlah aku membayar pampasannya, tetapi sesiapa yang membunuh selepas pemberitahuan ku ini di sini, maka keluarganya di antara dua pilihan, sekiranya mereka mahu darah maka darah pembunuhannya, atau sekiranya mereka mahu tebusan maka pampasanlah hams dibayar".
Dalam satu riwayat yang lain; Maka bangunlah seorang berketurunan Al-Yaman yang dikenali sebagai "Abu Syah" menyeru: "Wahai Rasulullah s.a.w! Tuliskanlah itu untukku", maka kata Rasulullah s.a.w: "Ayuh tuliskanlah untuk Abu Syah".
KECURIGAAN AL-ANSAR DENGAN PERMUKIMAN RASULULLAH S.A.W DI MAKKAH
Setelah selesai semua urusan mengenai pembukaan Makkah yang merupakan tanah air dan tanah tumpah darah Baginda, maka Al-Ansar mencurigai sesuatu, dan mereka berbisik-bisik sesama mereka: "Apakah kamu berpendapat bahawa setelah mereka membantu Rasulullah s.a.w hingga terbuka tanah airnya ini akan Baginda terus bermaustautin di sini?". Sedang di ketika itu Baginda tengah menadah tangannya yang mulia itu berdoa restu di atas bukit As-Safa', setelah selesai dari doanya itu terus Baginda bertanya: "Apa yang kamu cakap-cakapkan tadi?". Jawab mereka: "Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah s.a.w". Baginda terus mendesak mereka mengenai apa yang mereka bisik-bisikkan itu, hinggalah mereka mencerita yang sebenar, maka segera Rasulullah s.a.w menjawab dengan penegasannya: "Aku berlindung dengan Allah, sebenarnya penghidupanku adalah dipenghidupan kamu dan kematian ku adalah dipersada kematian kamu".
AL-BAI'AH
Setelah berjayanya pembukaan Makkah dengan pertolongan Allah itu, maka tertampillah kebenaran Islam kepada penduduk Makkah dan mereka sudah pasti bahawa tiada jalan kepada kejayaan yang hakiki kecuali dengan Al-I-slam, dengan itu maka mereka semua tunduk dan patuh kepada perintah-perintah Islam, mereka semua berkumpul untuk membuat pengakuan taat setie dalam satu program bai'ah di mana Rasulullah s.a.w duduk di Bukit As-Safa dengan sekalian yang hadir manakala Umar Ibnu Al-Khattab di bawah sedikit dari Rasulullah s.a.w memerhati sesiapa yang hadir di situ, dengan itu semua yang datang ke situ masing-masing membuat bai'ah dengan Rasulullah s.a.w sekadar yang terdaya mereka lakukan.
Di dalam kitab "Madarik al-Tafizil" menyebut seperti berikut: Diriwayatkan bahawa setelah Rasulullah s.a.w selesai dari proses menerima bai'ah daripada kaum lelaki, Baginda meneruskan penerimaan bai'ah dari kaum wanita pula. Rasulullah s.a.w duduk di bukit As-Safa' sedang Umar bin Al-Khattab duduk di samping Rasulullah s.a.w membai'ah mereka dengan perintah Rasulullah s.a.w, juga menyampaikan kepada mereka segala sesuatu dari Baginda. Dalam keadaan begitu, Hind bind Utbah, isteri Abu Sufian pun datang ke hadapan Rasulullah s.a.w dengan cara menyamar diri kerana takutkan Rasulullah s.a.w mengetahui beliau, kerana beliau masih mengingati tindakannya terhadap Hamzah. Maka Rasulullah s.a.w berkata: "Aku membai'ahkan kamu untuk tidak mensyirikkan Allah dengan barang sesuatu pun". Tugas ini dilakukan oleh Umar, dan kata Rasulullah s.a.w: "Dan jangan kamu mencuri". Maka jawab Hind: "Sebenarnya Abu Sufian seorang yang bakhil, sekiranya aku ambil sedikit dari hartanya beliau akan terkilan", maka kata Abu Sufian: "Apa yang engkau ambil itu halal". Lalu Rasulullah s.a.w pun tersenyum kerana Baginda sudah mengenali beliau dengan katanya: "Engkau ini Hindun"?. Jawab beliau: "Ya wahai Rasulullah s.a.w". Katanya lagi: "Maafkanlah daku wahai nabi Allah", maka Rasulullah s.a.w pun memaafkan beliau. Kata Baginda: "Dan tidak berzina". Kata Hindun: "Apakah seorang wanita yang merdeka wajar berzina?". Jawab Rasulullah s.a.w: "Dan tidak sekali-kali membunuh anak- anak mereka". Kata Hindun pula: "Kami yang memeliharakan mereka sejak kecil lagi, dan kamulah yang membunuh mereka apabila dewasa, dan merekalah yang lebih mengetahui hal ini". Kerana anaknya Hanzalah bin Abi Sufian telah terbunuh di dalam peperangan Badar, menyebabkan Umar ketawa hingga beliau terduduk, manakala Rasulullah s.a.w tersenyum sahaja.
Kata Rasulullah s.a.w lagi: "Dan tidak juga melakukan perkara-perkara sumbang". Jawab Hindun: "Demi Allah kerja sumbang itu suatu yang hodoh dan jelek, sebenarnya apa yang Rasulullah s.a.w perintahkan itu adalah suruhan-suruhan yang wajar lagi matang di samping suruhannya kepada akhlak-akhlak mulia". Seterusnya kata Rasulullah s.a.w: "Dan tidak sekali-kali membantah terhadap kerja-kerja makruf (kebaikan)". Kata Hindun: "Demi Allah kami menghadiri perhimpunan sedang dalam hati kami tidak ada sedikit pun cebisan-cebisan penderhakaan".
Semasa beliau pulang ke rumahnya terus beliau memecahkan berhala-halanya sambil berkata: "Kami tertipu dengan kau".
MARHALAH KE TIGA
Ini merupakan marhalah terakhir di dalam perjalanan hidup Rasulullah s.a.w S.A.W. yang mempamerkan pencapaian -pencapaian hasil usaha dakwahnya. Selepas melalui satu masa perjuangan jihad, kepenatan, tribulasi, peperangan dan pertarungan yang tidak kurangnya menumpahkan darah yang banyak kesemuanya ini Baginda harungi selama 20 tahun.
Pembukaan kota Mekah merupakan kemenangan yang kritikal yang dicapai oleh kaum muslmin di sepanjang tahun perjuangan mereka, kemenangan yang mengubah peta dan urusan perjalanan hidup seterusnya merubah suasana dan bi'ah bangsa arab itu sendiri. Pembukaan agung itu merupakan garis pemisah diantara era lama dan yang akan datang dimana sebelum ini bangsa arab yang menjadi ikutan mereka. Penundukkan kaum quraisy di bawah bendera islam dianggap sebagai penghapusan total kepada kuasa dan penyembahan berhala di semenanjung Arab. Marhalah ini dapat dibahagikan kepada dua fasa:
Fasa Pertama: Perjuangan dan peperangan
Fasa Kedua : Bangsa yang berbagai dan qabilah-qabilah arab berlumba lumba menganut islam
PEPERANGAN HUNAIN
Pembukaan kota Makkah berlaku dalam satu masa yang terlalu singkat. Selepas satu pukulan mengejut, membingungkan seluruh bangsa Arab dan menjadikan seluruh qabilah yang berhampiran dengannya terkejut, mereka tidak berdaya untuk menghalanginya, oleh yang demikian mereka tidak ada jalan selairi dari menerima sahaja hakikat yang berlaku, terkecuali beberapa qabilah yang gagah, ganas dan bongkak, terutamanya seperti suku Hawazin dan Thaqif, kemudian turut membuat sikap yang sama ialah qabilah Nasr, Jasyam, Saad bin Bakar dan beberapa individu dari Banu Hilal. Kesemua mereka ini dari kelompok Qais Ailan, qabilah-qabilah ini terasa berat untuk menerima kemenangan Islam. Oleh yang demikian maka seluruh mereka telah bersekutu dengan Malik bin Auf An-Nasri dan membuat keputusan untuk bergerak mara memerangi kaum muslimin.
PERGERAKAN MUSUH DAN PERSINGGAHAN DI AUTAS
Sebaik sahaja Malik bin Auf selaku turus agung pemimpin pergerakan musuh membuat keputusan untuk bergerak memerangi kaum muslimin, maka di antara keputusannya ialah membawa bersama mereka harta-harta, kaum wanita dan anak-anak mereka. Dengan itu mereka pun bergerak hingga sampai di Autas, lembah yang terletak di daerah perkampungan Hawazin berhampiran "Hunain". Namun demikian lembah Autas bukanlah lembah Hunain, lembah Hunain terletak berhampiran Zi Al-Majaz. Dari lembah Autas ke Makkah adalah sepuluh batu lebih ke arah Arafah.
YANG BERPENGALAMAN DI DALAM PEPERANGAN (MEMATAHKAN) PENDAPAT PEMIMPIN
Semasa beliau turun bersama orang ramai di Autas, di antara mereka ialah Duraid bin As-Sammah, ianya seorang yang lanjut usia dan buta, berpengetahuan mengenai peperangan, berani dan berpengalaman. Tanya Duraid: "Di lembah mana kamu sekarang?" Jawab yang hadir: "Kita sekarang di Autas," maka kata beliau: "Ianya adalah sebaik tempat untuk kuda-kuda di sini", ku menelah bahawa tiada peristiwa yang mendukakan dan tanah lapang yang tidak diceroboh, tetapi apa itu? ku dengar suara-suara unta dan teriakan keldai, malah kedengaran tangisan anak-anak dan bebekan kambing" Jawab mereka: "Sebenarnya Malik bin Auf telah mengerah habis-habisan, bersama-sama askar ialah kaum wanita, harta-harta dan anak-anak mereka, kemudian beliau menjemput Malik dan bertanyakan kenapa dibawa kesemuanya ini. Jawab beliau: "Aku hendak letak semuanya ini di belakang setiap tentera supaya setiap mereka bersemangat untuk mempertahankan haknya". Jawab Duraid: "Demi Allah, ini adalah tindakan seorang gembala kambing, bukannya seorang pemimpin bangsa. Apakah orang kalah dapat membawa balik sesuatu?
Sebenarnya walaupun kesemuanya itu milik kau tetapi ianya tidak memberi sebarang faedah pun kepada seorang pahlawan selain dari pedang dan tombaknya. Seandai kau kalah bererti kau telah menempah padah buruk ke atas keluarga kau dan harta kau". Kemudian beliau bertanya kepada qabilah- qabilah lain dan pemimpin-pemimpinnya. Dan katanya lagi: "Wahai Malik, sebenarnya kau belum lagi menyediakan perisai "Huwazin" ke leher-leher kuda-kuda mereka, Ayuh letakkan mereka di dalam benteng-benteng negara mereka, dan status ketinggian bangsa mereka, kemudian berhadapanlah dengan pengikut Muhammad itu dengan kuda kamu, sekiranya kemenangan berpihak kepada kamu maka orang-orang kau akan menurut dari belakang, tapi sekiranya kau kalah maka keluarga kau dan harta kau masih selamat".
Namun Malik ketua agung itu enggan mematuh permintaan itu dengan menegaskan: "Demi Allah tidak akan ku lakukan, sebenarnya kau sudah lanjut usia, pemikiran kau pun sudah nyanyuk. Demi Allah, Hawazin mesti mengikut cakapku, atau pun aku boleh tusukkan pedang ku ini ke perut ku hingga terkeluar dari belakang ku". Sebenarnya beliau tidak suka Duraid memain sebarang peranan yang kelak akan disebut-sebut namanya. Maka jawab seluruh Hawazin: "Ya kami semua mengikut arahan mu". Sekali lagi Duraid berkata: "Inilah hari yang belum pernah lagi aku saksikan sepertinya, aku tidak mahu melepas peluang untuk melihat kesudahannya". Lantas beliau bermadah:
Kiranya ku masih belia
Di medan perang ku mara
Kancahnya ku nyala
Tentera ku terajui
Air mata ku usapi
Kini peperangan bagaikan biri-biri
Ke ruang persembelihan dituntuni
UNIT INTIPAN MUSUH
Beberapa orang risikan yang dihantar oleh Malik kini kembali kepadanya memberi laporan dalam keadaan mengeletar. Kata Malik: "Apa ceritanya?" Jawab mereka; "Kami dapati tentera serba putih di atas belakang kuda-kuda merah dan putih, kami ketakutan dan inilah hal kami".
UNIT INTIPAN RASULULLAH S.A.W
Rasulullah s.a.w telah mendapat maklumat tentang pergerakan musuh, sebagai tindakan maka Rasulullah s.a.w mengutus Abi Hadad Al-Aslami menyuruh beliau menyusup masuk ke tengah-tengah musuh dan tinggal di sana untuk memperolehi maklumat lengkap mengenai mereka. Abu Hadad pun bergerak ke sana.
RASULULLAH S.A.W BERGERAK MENINGGALKAN MAKKAH MENUJU KE HUNAIN
Tanggal enam (6) haribulan Syawal tahun kelapan (8) Hijrah bersamaan pada hari Sabtu, Rasulullah s.a.w pun bergerak keluar dari Makkah. Hari itu genap sembilan belas hari Rasulullah s.a.w memasuki Makkah, Baginda bergerak dengan kekuatan seramai dua belas ribu tentera Islam, sepuluh ribu adalah mereka yang keluar bersama-sama Baginda semasa pembukaan Makkah, selebihnya adalah penduduk Makkah, di mana kebanyakan mereka masih baru lagi menganut Islam. Rasulullah s.a.w telah meminjamkan seratus pasang baju besi dengan kelengkapannya sekali, buat memikul tanggungjawab Makkah, Baginda telah meletak Utab bin Usaiyed sebagai amirnya.
Di sebelah petang seorang askar berkuda telah datang menemui Rasulullah s.a.w dengan berkata: Ku telah naik ke bukit itu dan bukit ini, dan ku telah dapati qabilah Hawazin telah keluar seisi rumah mereka, wanita-wanitanya, unta-unta dan harta-hartanya. Rasulullah s.a.w senyu.m mendengar laporan berkenaannya sambil berkata: "Itu adalah harta rampasan kaum muslimin besok". Insya Allah, di malam itu secara sukarela Anas bin Abi Mirthad al-Ghanuwi telah menawar dirinya untuk mengawal Rasulullah s.a.w.
Semasa di dalam perjalanan mereka ke "Hunain" tentera Islam telah melihat sepohon kayu besar menghijau dikenali sebagai "Zat Anwat". Sudah menjadi adat orang Arab untuk menyangkut peralatan senjata mereka di situ. Maka kata sesetengah tentera kepada Rasulullah s.a.w: "Wahai Rasulullah s.a.w, buatkan untuk kita Zat Anwat juga seperti mereka mempunyai Zat Anwat mereka. Jawab Rasulullah s.a.w: "Allahu Akbar, Maha Besar Allah, kamu sanggup berkata demikian. Demi Tuhan yang nyawa Muhammad di tanganNya, kata-kata kamu ini serupa dengan kata-kata kaum Musa kepadanya. Jadikanlah untuk kami Tuhan, seperti mana mereka itu mempunyai Tuhan mereka dan kata Musa: Sesungguhnya kamu ini satu kaum yang jahil, dan sebenarnya inilah ikutan, dan sebenarnya kamu akan mengikuti jalan- jalan orang yang terdahulu dari kamu ". Terdapat juga di antara mereka yang berkata setelah melihat bilangan tentera yang ramai: Di hari ini kita tidak boleh dikalahkan lagi. Kata-kata ini dianggap dan dipandang berat oleh Rasulullah s.a.w.
TENTERA ISLAM DISERANG HENDAP DAN PENDIRIAN KAUM MUHAJIRIN
Tentera Islam telah sampai ke Hunain pada malam Selasa sepuluh hari terakhir bulan Syawal. Malik bin Auf telah sampai ke situ terlebih dahulu, beliau telah menyusun tenteranya di lembah Hunain, dengan meletakkan kelompok penyerang di sepanjang jalan dan pintu masuk malah di seluruh lereng-lereng bukit Hunain dan lorong-lorongnya, beliau memberi arahan supaya mereka memanah tentera Islam apabila mereka muncul di situ, kemudian menyerang serentak ke atas tentera Islam.
Di hujung malam Rasulullah s.a.w menyusun tenteranya, Baginda membahagikan tenteranya kepada pasukan-pasukan dan unit-unit, di awal subuh mereka berjalan menuju ke lembah Hunain, semasa tentera Islam turun ke lembah berkenaan, tiba-tiba mereka dihujani dengan serang hendap oleh tentera Malik yang telah lama menunggu di situ, tentera Islam dihujani dengan panahan yang bertubi-tubi, serentak dengan itu unit-unit tentera musuh mengasak mereka, apa lagi tentera Islam pun berpatah balik ke belakang dalam keadaan berkecamuk dan huruhara. lanya adalah satu kekalahan yang parah, hinggakan Abu Sufian yang masih baru lagi dengan Islam pun berkata; "Kekalahan mereka ini tidak akan berhenti kecuali setelah mereka berundur hingga sampai Laut (yakni Laut Merah). Dalam keadaan kelam Kabul Jibillah atau Kildah bin Al-Junaid meneriak dengan katanya: "Hari ini sihir sudah tidak menjadi lagi". Rasulullah s.a.w mengelak sebelah kanan sambil melaung: "Wahai kalian ayuh ke sini, aku adalah Rasulullah s.a.w, aku Muhammad Ibni Abdullah". Yang kekal bersama Baginda dalam keadaan yang gawat ini hanya beberapa orang dari kaum Muhajirin dan keluarga Baginda. Di dalam situasi ini terserlah keberanian Rasulullah s.a.wyang tiada bandingannya. Rasulullah s.a.w tampil ke hadapan kaum kafirin dengan memecut keldainya sambil melaung:
Aku adalah nabi sebenar tiada mendusta
Akulah putera Abdul Al-Muttalib
Di masa itu Abu Sufian bin Al-Harith terus memegang tali keldainya dan Al-'Abbas pun dengan tunggangannya kedua-dua mereka membantu Rasulullah s.a.w supaya keldai tidak memecut laju. Kemudian Rasulullah s.a.w turun dengan tangan memohon kepada Allah dengan katanya: Ya Allah Ya Tuhanku turunkanlah pertolongan Mu itu.
TENTERA ISLAM BERSATU SEMULA DAN MENERUSKAN PEPERANGAN
Rasulullah s.a.w mengarah bapa saudaranya Al-'Abbas yang bersuara lantang untuk melaung kepada semua para sahabat. Kata Al-'Abbas: Aku melaung sehabis lantang suaraku: "Mana dia para sahabat setia?" Kata Al-'Abbas seterusnya: Demi Allah, semasa mereka mendengar laungan itu segera mereka berpatah balik bagaikan kembalinya seekor lembu ke hadapan anak kesayangannya. Jawab mereka semua: "Ya Rasulullah s.a.w, Ya Rasulullah s.a.w ada orang cuba hendak berpatah balik kepada Rasulullah s.a.w dengan untanya, sudah tidak terdaya kerana kesesakan, maka ditinggalkannya sahaja tunggangan itu, dengan mengambil pedangnya, dan perisai, terus meluru ke arah suara yang melaung mereka". Setelah terkumpul seratus orang maka mulalah mereka menghadapi tentangan musuh dan terus berperang dengan lebih serius. Setelah itu laungan khusus ditujukan kepada golongan Al-Ansar, lebih khusus lagi kepada golongan Banu Al-Harith bin Al-Khazraj, dengan itu kelompck-kelompok Islam mula bercantum semula satu demi satu hingga pulih dan kembali keadaannya seperti sebelum berlakurya peperangan, dan kini kedua-dua belah pihak saling asak m.sngasak pihak lawannya. Apabila Rasulullah s.a.w melihat ke arah medan pertempuran, didapati begitu sengit dan setiap pihak bergelut, justeru itu Baginda bersabda: "Kini peperangan memuncak". Maka Baginda mengambil segenggam pasir dan melontarnya ke arah musuh sambil bersabda: "Buta mata kalian". Dengan izin Allah setiap mata musuh terkena pasir lontaran Rasulullah s.a.w menyebabkan daya saingan mereka luntur dan keadaan mereka kucar kacir.
KEKUATAN MUSUH BERPECAH DIIKUTI DENGAN KEKALAHAN TERUK
Tidak berapa lama selepas Rasul mencampak pasir ke muka musuh, ketaralah kekalahan mereka, dari Thaqif sahaja tujuh puluh (70) orang terbunuh, dengan itu kaum muslimin segera mengondol harta dan peralatan senjata musuh termasuk kaum wanita menjadi tawanan. Perkembangan akhir ini telah pun Allah (s.w.t) menyebut di dalam firmanNya:
"Dan ingatlah peperangan Hunain iaitu kamu menjadi bongkak kerana banyaknya jumlah kamu. Maka jumlah yang banyak tidak memberi faedah kepada kamu sedikit pun dan bumi yang luas terasa sempit olehmu kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan orang-orang yang beriman dan Allah menurunkan bala tentera yang kdmu tiada melihatnya dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir dan demikian penbalasan kepada orang-orang kafir ".
At-Taubah: 25 - 26
GERAKAN MEMBURU
Sebaik sahaja musuh merasai kekalahan mereka, maka sebahagian mereka segera melarikan diri ke Taif, sekumpulan yang lain lari ke Nakhlah, yang satu lagi ke Autas. Rasulullah s.a.w segera menghantar satu unit pemburu dipimpin oleh Abu Amir Al-Asya'ari, di sana berlaku satu pertempuran kecil di antara kem Islam dan kem musyrikin, berakhir dengan kekalahan puak musyrikin. dalam pertempuran ini Abu Amir Al-Asya'ari jatuh syahid. Sekumpulan yang lain memburu kelompok musyrikin yaiig lari ke Nakhlah dan sempat mereka menghancurkan kelompok berkenaan. Bersama mereka Duraid bin al- Sammah, juga dibunuh oleh Rabiah bin Rafi'e. Manakala kelompok yang lari ke Taif, Rasulullah s.a.w sendiri yang bertindak memburunya dan darinya terkumpul rampasan-rampasan perang yang banyak.
RAMPASAN-RAMPASAN
Rampasan yang dipungut oleh kaum muslimin terdiri dari: Enam ribu (6,000) orang tawanan, dua puluh empat ribu (24,000) ekor unta, lebih empat puluh ribu (40,000) ekor biri-biri dan empat ribu (4,000) awqiyah emas. Rasulullah s.a.w menyuruh dihimpunkan kesemuanya itu, dan ditempatkan di "Al-Ja'ranah", dengan melantik Mas'ud bin Amru al-Ghaffari sebagai penjaganya, tanpa membahagikannya, hinggalah selesai gerakan ghuzwah ke atas "al-Ta'if". Di antara orang yang menjadi tawanan perang ialah al- Syaima' binti Al-Harith As-Saadiah saudara sepenyusuan nabi, semasa beliau di bawa ke hadapan Rasulullah s.a.w serta memperkenalkan dirinya, lalu Rasulullah s.a.w pun membebaskannya setelah memastikannya dengan suatu tanda yang Baginda mengecaminya. Rasulullah s.a.w memuliakan beliau malah Rasulullah s.a.w menghamparkan kainnya untuk beliau dan dipersilakan beliau duduk di situ. Akhirnya Rasulullah s.a.w menganugerahkan kemerdekaannya dan memulangkannya ke pangkuan keluarganya.
GHAZWAH TABUK
(Bulan Rejab Tahun Kesembilan Hijrah)
Peperangan membuka kota Makkah merupakan peperangan yang menentukan di antara Al-Haq dan Al-Batil, kebenaran dan kepalsuan, hingga dengannya tiada ruang lagi untuk kesangsian dan keraguan tentang kebenaran risalah yang dibawa oleh Muhammad s.a.w di kalangan orang-orang Arab. Arus peristiwa berubah sama sekali, kini orang ramai memasuki agama Allah berduyun-duyun, hal ini dapat di jelaskan semasa pembicaraan dalam tajuk "Perwakilan" nanti dan juga bilangan peserta di dalam Hajjah Al-Wada'. Dengannya selesai sudah bebanan dalam semenanjung Arab dan kaum muslimin boleh berehat sedikit sementara menunggu tugas lain, iaitu mengajar orang ramai syariat-syariat Islam dan kerja menyebar luas dakwah.
PENCETUS PEPERANGAN
Walau pun penyebaran dakwah Islam dapat berjalan dengan licin, namun satu lagi kuasa iaitu Rom, yang dianggap sebesar-besar kuasa ketenteraan pernah muncul di muka bumi ketika itu, di mana permulaan tentangan mereka ialah pembunuhan yang mereka lakukan ke atas duta Rasulullah s.a.w Al-Harith bin Amir Al-Uzdi oleh Syurahbil bin Amru al-Ghassani. Trajedi tersebut berlaku semasa beliau membawa risalah Rasulullah s.a.w untuk diserahkan kepada penguasa Basra. Sebagai tindakan pengajaran Rasulullah s.a.w menghantar satu sariyah yang dipimpin oleh Zaid bin Harithah, di mana beriakunya satu pertempuran yang sengit di tempat bernama Mu'tah, tetapi sariyah ini tidak dapat menuntut bela terhadap penjenayah yang angkuh itu. Walau bagaimana pun ianya memberi kesan yang mendalam di jiwa bangsa Arab di sekitarnya mahu pun yang jauh.
Kaisar Rom tidak akan membiarkan peperangan Mu'tah yang memberi kesan mendalam itu begitu sahaja atau tidak menghirau tendensi qabilah-qabilah Arab yang ingin merdeka dari kekuasaan Rom di samping kemungkinan berlaku kerjasama di antara qabilah-qabilah ini dengan kaum muslimin. Kesemuanya ini menjadi satu ancaman yang besar terhadap Rom yang bersempadan dengan kuasa Islam. Mungkin di suatu ketika akan mengorak ke sempadan Rom selangkah demi selangkah, menggugat kestabilan di perbatasan negeri Syam yang bersempadan dengan wilayah-wilayah Arab. Oleh itu pihak Rom merasakan usaha melemahkan kekuatan Islam adalah satu tanggungjawab, sebelum kuasa Islam menjadi besar, kelak tidak terdaya untuk menghapusnya, dan sebelum kuasa Islam mencabar atau menimbulkan kekacauan dan pemberontakan di daerah Arab yang berhampiran Rom.
Memandangkan kepada kemaslahatan ini, maka tidak sampai setahun selepas peperangan Mu'tah, Kaisar Rom pun mempersiapkan satu angkatan bala tentera yang terdiri dari bangsa Rom dan Arab yang turut dibawah pemerintahannya, seperti suku Ghassan dan lain-lain untuk membuat serangan habis-habisan dalam satu peperangan yang berdarah.
INFOMASI UMUM MENGENAI PERSIAPAN ROM DAN GHASSAN
Bertali arus berita sampai ke Madinah mengenai persiapan Rom untuk membuat satu peperangan habis-habisan ke atas orang-orang Islam. Perasaan takut sentiasa menyelubungi kaum muslimin, terdengar sahaja suara ganjil maka di sangkanya bunyi tapak kaki kuda tentera Rom, keadaan ini dapat dipastikan dari apa yang diceritakan oleh Umar Ibni Al-Khattab mengenai keadaan di mana Rasulullah s.a.w menjauhkan diri dari isteri-isterinya selama sebulan dalam tahun kesembilan (9) Hijrah. Rasulullah s.a.w tinggalkan mereka dan tidak minum dengan mereka. Pada mulanya para sahabat tidak menyedari halnya, kerana menyangka Baginda menceraikan mereka semua sehingga seluruh kaum muslimin berdukacita dan gusar. Umar Ibni Al-Khattab mencerita kisah ini: "Aku mempunyai seorang sahabat dari kalangan orang-orang Ansar. Sekiranya ku tidak dapat menghadiri majlis Rasulullah s.a.w beliau bertanggungjawab membuat perkhabaran dan menyampaikan beritanya, dan kalau beliau tidak hadir aku pula melaporkan perkembangan semasa kepadanya. Mereka berdua ini tinggal dibahagian atas di Madinah, mereka bergilir-gilir menghadiri majlis Rasulullah s.a.w. Kami semua curiga dengan salah seorang raja Ghassan. Telah dimaklumkan kepada kami bahawa beliau ini berhasrat untuk menyerang kami. Dada kami sentiasa berdebar-debar, tiba-tiba di suatu hari saudaraku Al-Ansar itu mengetuk pintu, dengan seruannya: Ayuh buka! Ayuh buka. Terus ku bertanya, apakah orang-orang Ghassan menyerang? Jawab beliau; Tidak! tetapi lebih parah lagi dari itu! Rasulullah s.a.w telah mengasingkan diri dari isteri-isterinya" - Al-Hadith.
Di dalam satu lafaz yang lain menyebut seperti berikut: "Sebelum ini kami sudah bercakap-cakap di mana orang-orang Ghassan telahpun memakai kasut-kasut mereka sebagai persiapan untuk menyerang kita, sahabat ku itu telah keluar dari rumahnya di hari gilirannya dan beliau pulang di waktu Isya', sampai di hadapan rumahku beliau mengetuk pintu sekuat-kuatnya sambil bertanya: Awak tidurkah? Aku terkejut, dan terus keluar. Beliau berkata: Satu peristiwa besar berlaku. Tanyaku, Apa dia? Apakah golongan Ghassan telah melanggar? Kata beliau: Tidak! lanya lebih teruk dan lebih panjang lagi ceritanya. Rasulullah s.a.w telah menceraikan semua isterinya." - Al-Hadith.
Cerita ini mengambarkan kedahsyatan suasana yang sedang dihadapi oleh umat Islam, berhadapan dengan Rom, keadaan bertambah kritis lagi bila golongan munafiqin menghebohkan berita tentang persiapan Rom untuk melanggar Al-Madinah, meskipun golongan munafiqin ini telah menyaksi kejayaan demi kejayaan Rasulullah s.a.w di segenap lapangan. Tiada kuasa di bumi ini yang menggerunkan Rasulullah s.a.w, malah tiap yang menghalang Baginda semuanya tewas berderai. Meskipun demikian mereka terus menaruh harapan akan termakbul apa yang mereka idam-idamkan itu, sehingga di suatu hari pada niat mereka Islam akan musnah bersama penganutnya.
Berdasarkan pandangan mereka di mana hari yang mereka nanti-nanti itu hampir tiba, lantas mereka pelupori membina sebuah sarang dan markas konspirasi berlabel masjid, dalam sejarah dikenali sebagai "Masjid Ad-Dhirar" bermotifkan kekufuran dan memecah belah di antara kaum muslimin serta bermatlamat permusuhan terhadap Allah dan RasulNya. Tidak setakat itu sahaja, malah mereka telah mempelawa Rasulullah s.a.w untuk bersembahyang di situ, kesemuanya ini di dalam perkiraan mereka, iaitu mengelabui mata umat Islam, sehingga kaum muslimin tidak akan menyedari segala perancangan dan pakatan jahat yang dirancang di situ dan tidak akan memerhati siapa yang keluar masuk di masjid itu. Dengan itu ia akan jadi sebuah markas dan sarang yang selamat bagi kaum munafiqin dan kuncu-kuncu mereka dari luar untuk datang ke situ. Walau bagaimana pun Rasulullah s.a.w menangguhkan untuk bersembahyang di situ lantaran kesibukan Baginda dengan urusan-urusan persiapan hingga kesuatu ketika selepas Baginda pulang dari peperangan Tabuk. Dengan itu Allah (a.w.t) membongkar taktik dan perancangan jahat mereka, masjid itu berakhir dengan tindakan Rasulullah s.a.w merobohkannya sekembali dari peperangan Tabuk.
INFORMASI KHUSUS MENGENAI PERSIAPAN ROM DAN GHASSAN
Ini ialah berita dan laporan situasi yang diterima oleh kaum muslimin, orang Islam menerima berita ini dari kaum Al-Anbat yang datang ke Madinah dari Syam kerana berdagang minyak. Mereka mencerikan bahawa pihak Herkules telah pun mempersiapkan satu angkatan bala tentera yang besar seramai empat puluh ribu orang askar. Pimpinan ketenteraan diserahkan kepada salah seorang pembesar Rom, tokoh ini telah bertugas mengerakkan qabilah Lakham, Jazam dan kelompok-kelompok lain yang menganut agama Nasara untuk turut bersama beliau. Berita kemaraan mereka sudah pun sampai ke daerah Al-Balqa'. Beginilah lebih kurang mala petaka yang mengancam kaum muslimin.
SUASANA BAHAYA SEMAKIN MERUNCING
Faktor yang membawa suasana lebih merbahaya ialah masa, kerana ketika ini ialah musim kemarau yang teruk melanda Al-Madinah, semua orang mengalami kesusahan hidup, kawasan tanaman kekeringan air dan binatang tunganggan berkurangan, cuma buah-buahan sahaja yang nampak menjadi dan matang, apa lagi tuannya berasa segan untuk bergerak keluar meninggal dusun, tambahan pula jarak yang jauh dan jalan pun sukar dilalui.
RASULULLAH S.A.W MENGAMBIL KEPUTUSAN MUKTAMAD UNTUK MARA KE HADAPAN
Sebelum sesuatu tindakan yang diambil terlebih dahulu Rasulullah s.a.w membuat penelitian yang cermat terhadap suasana dan perkembangan, penuh hikmah dan perhitungan, justeru itu Baginda mendapati, kalaulah ditangguhkan atau diabaikan serangan terhadap Rom di dalam suasana yang meruncing ini, malah membiarkan pihak Rom menyerang Al-Madinah hingga tenteranya berani mencerobohi lawasan-kawasan di sekitar bumi Al-Madinah, maka ini satu mala petaka yang mengancam dakwah Islam dan populariti tentera Islam. Dan Al-Jahiliyyah yang sedang menghembus nafas terakhirnya akan kembali hidup, setelah ianya menerima pukulan maut di Hunain. Manakala kaum munafiqin pula akan mengambil peluang ini untuk membuat hubungan langsung dengan raja Rom, melalui Abu Amir Al-Fasiq dan mereka akan menikam kaum muslimin dari belakang, di masa itulah Rom akan menyerang barisan depan umat Islam, ini bererti hancurnya segala usaha, tenaga, pengorbanan dan perjuangan yang diharungi para sahabat selama ini. Strategi-strategi ketenteraan yang mereka perolehi selama ini akan pergi bersama angin yang lalu, sia-sia sahaja tanpa sebarang manfaat.
Rasulullah s.a.w menyedari kesemuanya mi, maka untuk itu Rasulullah s.a.w membuat keputusan untuk mengambil tindakan muktamad ini meskipun umat Islam di masa itu sedang diancam kesusahan dan kepahltan hidup. Keputusan menyerang Rom di tempat mereka adalah bijak dan penuh hikmah, hingga dengan itu pihak Rom tidak akan bemiat untuk menyerang Madinah.
PEMAKLUMAN KEPADA UMAT ISLAM SUPAYA MEMBUAT PERSIAPAN UNTUK MENYERANG ROM
Apabila Rasulullah s.a.w membuat keputusan muktamad itu, terus Baginda memaklumkan kepada kalian sahabat supaya membuat persiapan untuk berperang. Baginda (s.a.w) juga mengutus perutusan kepada qabilah-qabilah Arab dan penduduk Makkah supaya bersiap siaga dengan pergerahan ini. Biasanya, Rasulullah s.a.w merahsiakan pergerakan-pergerakan tenteranya, tetapi pada kali ini berlainan pula. Ini kerana Baginda berhadapan dengan suasana yang kritis ditambah pula dengan keadaan cuaca yang buruk melanda Madinah. Untuk itu maka Rasulullah s.a.w mengisytiharkan penyerangan ke atas Rom. Baginda menjelaskan keadaan sebenar kepada seluruh umat Islam supaya mereka membuat persiapan yang cukup dan perkiraan yang bijak. Rasulullah s.a.w menyeru mereka semua kepada Al-Jihad, malah Al-Quran telah turun dengan sebahagian ayatnya dari surah Al-Bara'ah yaang menggesa umat Islam berperang dan membekalkan mereka dengan semangat Al-Jihad. Rasulullah s.a.w mempelawa mereka supaya berkurban dengan harta benda dan menghulurkan infaq sebanyak yang terdaya untuk jalan Allah ini.
KAUM MUSLIMIN BERLUMBA-LUMBA MENLENGKAPKAN PERSIAPAN PERANG UNTUK MENYERANG
Apabila kaum muslimin mendengar suara seruan Rasulullah s.a.w mengajak kepada peperangan melawan Rom maka serta merta mereka berlumba-lumba mematuhi perintah Baginda itu. Mereka segera bangun mempersiapkan diri dan tentera Islam secepat mungkin, seluruh qabilah dan kelompok-kelompok Arab berduyun-duyun turut ke Madinah dari segenap pelusuk dan penjuru, tak seorang pun merelakan ianya tersisih dan tertinggal kecuali golongan yang sakit di dalam hatinya dan terkecuali tiga orang, malah hinggakan golongan fakir dan miskin pun datang mengadap Rasulullah s.a.w meminta supaya mereka pun dapat turut serta untuk melawan Rom, tetapi Rasulullah s.a.w menjawab: "Aku tidak ada sesuatu yang boleh membawa kamu semua". Maka mereka beredar dari situ dengan muka berlinangan air mata, berdukacita kerana tidak dapat turut serta dan ketiadaan sesuatu untuk membiayai peperangan".
"Tidak ada padaku kenderaan yang hendak ku berikan untuk membawa kamu, mereka kembali sedang mata mereka mengalirkan airmata yang bercucuran, kerana sedih mereka tidak mempunyai sesuatu pun yang hendak mereka belanjakan untuk pergi berjinad pada jalan Allah ".
At-Taubah: 92
Di dalam perlumbaan kaum muslim membiayai peperangan, Uthman bin Affan teleh tampil ke hadapan dengan pakej yang tersendiri, satu kafilah unta sebanyak dua ratus ekor sarat dengan muatannya, dua ratus auqiyah makanan diserahkan kepada Rasulullah s.a.w sebagai sedekah, malah beliau membawa seratus ekor unta yang lain, kemudian beliau membawa seribu dinar yang dicurahnya ke dalam riba Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w segera menerimanya sambil bersabda: "Uthman tidak akan binasa selepas ini, lantaran apa yang beliau lakukan itu". Selepas itu beliau memberi lagi sedekah dan bersedekah lagi, hingga sedekahnya sahaja menjadi sembilan ratus (900) ekor unta dan seratus (100) ekor kuda, selain dari wang.
Adapun Abdul Rahman bin Auf telah membawa dua ratus Auqiyah perak sementara Abu Bakr pula membawa kesemua harta miliknya tanpa meninggal apa-apa pun untuk keluarganya selain daripada Allah. Kesemua sekali hartanya empat ribu dirham dan beliaulah orang pertama sekali yang menyerah hartanya kepada Rasulullah s.a.w, manakala Umar membawa separuh dari hartanya, Al-'Abbas membawa banyak sekali dari hartanya, Talhah dan Saad Ibnu Ubbadah dan Muhammad bin Maslamah, semua mereka membawa harta masing-masing. Asim bin 'Adi membawa sembilan puluh ekor unta yang sarat dengan muatan buah tamar.
Selepas itu datanglah orang beramai-ramai, masing-masing membawa kadar sedekah, ada yang banyak, ada yang sedikit, yang terkurang dari mereka dan ada juga yang membawa seraub atau dua raub buah tamar. Itulah yang termampu bagi mereka. Kaum wanita pula dengan cara mereka yang tersendiri dan unik, ada yang memberi kasturi, gelang, subang, cincin, malah ada yang memberi uncang wang.
Tak seorang pun yang bakhil kecuali golongan munafiqin yang mempermainkan golongan yang berbakti di kalangan orang yang beriman dengan sedekah-sedekah mereka, dan terhadap golongan yang tidak berdaya selain dari tenaga usaha mereka, golongan munafiqin memperolok-olokkan golongan ini.
"(Orang-orang munafik) iaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperolehi (untuk disedekahkan)selain sekadar kesanggupan, maka orang Munafik itu menghina mereka "
At-Taubah: 79
TENTERA ISLAM BERGERAK KE TABUK
Beginilah tentera Islam membuat persiapan untuk memikul beban tanggungjawab Al-Madinah. Semasa ketiadaan Rasulullah s.a.w, Baginda melantik Muhammad bin Maslamah Al-Ansari, namun ada setengah ahli sirah mengatakan Siba' bin 'Arfatah, manakala Ali bin Abi Talib diberi beban menjaga keluarganya, Baginda memerintah supaya tinggal bersama-sama mereka. Semasa Rasulullah s.a.w keluar, kaum munafiqin mempersendakan Ali bin Abi Talib, justeru itu beliau segera keluar untuk ikut bersama-sama Rasulullah s.a.w, namun apabila beliau bertemu dengan Rasulullah s.a.w, Rasulullah s.a.w menolak dan memerintah beliau puiang semula ke Madinah dan bersabda: "Tidakkah kau rela untuk duduk di bawahku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, cuma selepas ku ini, tidak ada nabi".
Setelah itu Rasulullah s.a.w terus bergerak ke arah utara menuju Tabuk, oleh kerana angkatan tentera Islam terlalu besar jumlahnya seramai tiga puluh ribu (30,000) orang askar, kiranya belum pernah lagi angka seramai ini bergerak ke medan perang, maka kaum muslimin tidak dapat menyediakan tunganggan dan makanan. Justeru itu maka kadar lapan belas (18) orang askar bergilir-gilir menunggang seekor unta malah mereka terpaksa memakan daun-daun kayu yang mengakibatkan bibir mulut mereka bengkak, bukan itu sahaja malahan mereka terpaksa menyembelih beberapa ekor unta tunggangan mereka walaupun bilangannya memang sedikit, mereka berbuat demikian untuk membolehkan mereka minum air di dalam uncang perutnya, maka sebab itulah tentera ini dinama sebagai Jaisy al-'Usrah (tentera kesusahan).
Tentera Islam bergerak ke Tabuk melalui kawasan Al-Hijr perkampungan Thamud, suku kaum yang telah memotong batu-batu bukit, di lembah "Wadi Al-Qura", tentera Islam telah mengambil air di lembah berkenaan, oleh itu Rasulullah s.a.w telah mengarah supaya dicurah buang airnya, dan jangan ada sesiapa pun meminum atau berwudhu' dengannya, malah tepung yang diuli dengan airnya dijadikan makanan binatang sahaja, seterusnya Rasulullah s.a.w membenarkan mereka mengambil air dari telaga yang diberi minum kepada unta nabi Salih sahaja.
Sebuah hadis, muttafaq alaihi, dari kedua-dua kitab sahih, dari Ibn Umar berkata: Ketika Rasulullah s.a.w melalui kawasan Al-Hijr Baginda berpesan dengan sabdanya:
"Jangan sekali-kali kamu memasuki kediaman mereka yang telah melakukan penganiayaan terhadap din mereka, nanti akan terkena ke atas kamu bala yang pernah menimpa mereka, jangan kamu masuk kecuali dalam keadaan kamu menangis, kerana takut awb Allah, dengan itu Rasulullah s.a.w menutup kepalanya dan segera keluar dari lembah berkenaan"
Semasa di dalam perjalanan tentera Islam telah mengalami kekurangan bekalan air, lantas mereka mengadu hal ini kepada Rasulullah s.a.w, maka Baginda pun berdoa memohon dari Allah sesuatu kebaikan, doa Rasulullah s.a.w telah direstui, di mana Allah menghantar mendung yang sarat dengan bekalan air melintasi kawasan tentera Islam dan tidak berapa lama kemudian hujan yang lebat pun turun mencurah-curah. Dengan itu tentera Islam pun puas dengan hujan, malah masing-masing mengisi uncang air mereka dengan bekalan-bekalan dari langit itu.
Apabila tentera Islam menghampiri kawasan Tabuk, Rasulullah s.a.w sekali lagi berpesan kepada tenteranya: InsyaAllah pada esok hari kamu akan sampai di mata air Tabuk, kamu akan sampai hanya pada awal pagi hari selepas subuh, sesiapa yang sampai di situ sekali-kali jangan menyentuh airnya kecuali setelah Aku sampai ke situ. Kata Muaz: Apabila kami sampai di mata air itu, rupanya sudah ada dua orang telah mendahului ke tempat berkenaan. Jeram airnya sedang mengalir, sedikit airnya, Rasulullah s.a.w pun bertanya: Apakah kamu berdua sudah menyentuh sesuatu dari airnya? Jawab mereka berdua: Ya, justeru itu Rasulullah s.a.w pun menegur telatah mereka yang melanggar perintah Rasulullah s.a.w itu, kemudian Baginda meraub air dari kolam mata air sedikit demi sedikit, akhirnya air pun terkumpullah di kolam itu lebih banyak lagi, dan darinya Rasulullah s.a.w membasuh muka dan kedua-dua tangan yang mulia itu. Baginda melakukan cara ini beberapa kali, dengan itu mata air itu pun menerbitkan air yang banyak, justeru orang ramai pun mengambil air darinya. Semasa itu Rasulullah s.a.w pun berkata: Wahai Muaz sekiranya kau dipanjangkan usia, akan kau saksikan di kawasan ini akan penuh dengan kebun-kebun.
Semasa di dalam perjalanan ke Tabuk atau semasa berada di Tabuk, berdasarkan pada setengah riwayat, Rasulullah s.a.w telah berkata: Di malam ini angin bertiup kencang, jangan siapa pun dari kamu bangun dari tempatnya, dan sesiapa yang ada unta hendaklah beliau menambatnya dengan ikal. Memang di malam tersebut sejenis angin telah bertiup dengan kencang, namun demikian salah seorang di antara mereka yang ramai, telah bangun dari tempatnya. Dengan kehendak Allah beliau telah ditiup dan dibawa oleh angin hingga tercampak ke bukit qabilah Tay'i.
Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah s.a.w di mana Baginda semasa di dalam perjalanan, menunaikan solat secara jama' taqdim dan ta'khir pada sembahyang Zohor dengan Asar dan Maghrib dengan Isya'.
TENTERA ISLAM SEMASA DI TABUK
Sebaik sahaja tentera Islam sampai di Tabuk, terus mereka berkhemah di situ, dengan keadaan siap siaga untuk berhadapan dengan musuh. Di awAl-Awal lagi Rasulullah s.a.w telah bangun membuat satu ucapan sulungnya di situ, satu ucapan yang amat bernilai, lengkap dan padat (jawami'ul kalim). Baginda menggesa untuk kebaikan dunia dan akhirat, memberi nasihat dan peringatan, sekaligus menyemarakkan jiwa ketahanan di kalangan tentera Islam, kesemuanya dapat mengganti kekurangan makanan dan bekalan yang sememangnya dialami selama ini oleh tentera Islam.
Adapun Rom dan sekutunya bila mendapat tahu mengenai kemaraan tentera Islam, terasa takut untuk bertembung dengan tentera Islam. Oleh yang demikian mereka terpaksa mengelak dan berpecah kepada kelompok-kelompok di sepanjang perbatasan, hal ini memberi satu imej yang baik terhadap populariti kemiliterian Islam, di seluruh semenanjung tanah Arab. Hal ini juga menambah tokok nilai politik yang besar yang tidak mungkin tentera Islam memperolehi seandainya berlaku perlanggaran di antara dua kem itu.
Semasa di Tabuk pemerintah Ailah Yuhanna (John) telah datang menemui Rasulullah s.a.w, tujuannya untuk berdamai dengan Baginda. Rasulullah s.a.w pun menerima permintaannya itu. Sebagai tanda, beliau terus membayar jizyah, sama halnya dengan penduduk Jirba' dan Azruh, membawa jizyah kepada Baginda. Selaras dengan perjanjian perdamaian itu Rasulullah s.a.w mendokumenkan kepada mereka risalah-risalah dan watiqah. Kepada penguasa Ailah Rasulullah s.a.w menulis:
"Dengan nama Allah Yang Amat Pemurah lagi Amat Mengasihani, ini adalah kesejahteraan dari Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah untuk Yuhanna bin Raubah dan seluruh penduduk Ailah, di mana kapAl-Kapal dan kenderaan-kenderaan mereka di daratan dan di lautan, adalah menjadi tanggungjawab Allah dan Nabi Muhammad, dan orang-orang yang bersama mereka dari penduduk Syam dan penduduk Lautan. Sesiapa yang melanggar perjanjian ini, maka sesungguhnya harta yang banyak pun tidak dapat menyelamatkan dirinya dari tindakan yang wajar, tetapi dianggap baik sekiranya sesuatu diambil dari orang lain dengan kerelaan mereka. Sesungguhnya tidak harus mereka dihalang untuk mengambil air dari sumber yang pernah gunakan dahulu dan tidak harus mereka dihalang untuk melalui jalan-jalan yang mereka pernah gunakannya sebelum ini, samada jalan laut atau jalan darat."
Semasa di Sana Rasulullah s.a.w juga telah menghantar Khalid bin Al-Walid mengepalai satu angkatan tentera seramai empat ratus dua puluh (420) orang tentera berkuda, untuk menghadapi penguasa Dawmah Al-Jandal yang dikenali sebagai "Akidar". Sebelum bertolak Rasulullah s.a.w menyatakan kepada Khalid: "Semasa di sana kau akan mendapati Akidar sedang memburu lembu liar". Apabila Khalid sampai ke Dawmah Al-Jandal, kelihatan kotanya tidak jauh dari situ, tiba-tiba seekor lembu liar muncul di hadapan pintu kota menggesel-gesel tanduknya ke pintu kota. Apa lagi Akidar pun keluar untuk memanah lembu berkenaan sedang di masa itu bulan baru mengambang di ufuk langit. Secepat kilat khalid pun mendapatkan Akidar bersama kudanya dan terus di bawanya ke hadapan Rasulullah s.a.w. Semasa di hadapan Rasulullah s.a.w, Baginda menjamin keselamatannya dengan membuat perdamaian dengan beliau sebagai penguasa Dawmah Jandal. dengan pembayaran jizyah. Baginda menerima pakai perjanjian Akidar ini bersama Yuhanna berhubung dengan permasalahan Dawmah Al-Jandal, Tabuk, Allah dan Taima'.
Oleh itu semua qabilah yang dahulunya bertugas untuk kepentingan Rom, kini mendapati masanya sudah berlalu dan tidak ada faedahnya untuk bergantung dengan tuan lamanya. Justeru itu mereka mengalih dan mengubah sikap dengan memberi wala' dan kepatuhan kepada pemerintahan Islam. Beginilah caranya di mana sempadan dan daerah pemerintahan Islam semakin bertambah lebar hingga perbatasan Islam terus bertemu secara langsung dengan kerajaan Rom. Hal ini diperhati oleh talibarut Rom sebagai berakhirnya kerja-kerja mereka.
KEMBALI KE MADINAH
Dengan penuh kejayaan dan pertolongan Allah, tentera Islam bergerak pulang ke Madinah tanpa mengalami sebarang tentangan musuh. Demikianlah kehendak Allah untuk kaum mukmin, semasa di dalam perjalanan pulang, sekumpulan orang munafiqin seramai dua belas orang telah cuba membunuh Rasulullah s.a.w iaitu semasa Baginda sedang melalui satu segenting. Di masa itu Ammar sedang menuntun tali unta Rasulullah s.a.w dan Huzaifah bin Al-Yaman menghalau dari belakang sedang orang ramai melalui dataran lembah di kawasan berkenaan. Kumpulan munafiqin tadi mengambil kesempatan semasa Rasulullah s.a.w bersama-sama dua orang sahabatnya bergerak di situ. Tiba-tiba mereka bertiga terdengar sejenis bunyi menuju arah mereka, akhirnya dua belas orang munafiqin tadi telah melingkungi mereka bertiga dengan keadaan bertopeng, menutupi muka mereka. Rasulullah s.a.w memerintah Huzaifah bertindak, beliau pun terus melibas muka mereka dengan perisai yang di pegangnya, menyebabkan mereka ketakutan dan lari menyelamatkan diri serta masuk semula ke dalam tentera Islam. Huzaifah pun menceritakan kepada Rasulullah s.a.w nama-nama mereka yang diburunya serta niat buruk mereka, oleh itu maka Al-Huzaifah dikenali sebagai penyimpan rahsia Rasulullah s.a.w. Mengenai peristiwa ini Allah menyebut dengan firmannya;
"Dan mereka bercita-cita dengan sesuatu yang tak dapat mereka capai (iaitu membunuh Rasulullah s.a.w)".
At-Taubah: 9
Apabila ternampak sahaja tanda-tanda (maalim) Al-Madinah dari jauh Rasulullah s.a.w pun berkata: "Itu dia Tabah, dan yang itu bukit Uhud, bukit yang yang kita sayanginya dan ia menyayangi kita". Bila mana orang ramai yang berada di Madinah mendengar kepulangan Rasulullah s.a.w, seluruh wanita dan anak-anak kecil malah perempuan yang baru bersalin turut serta membawa anak-anak mereka menyambut kepulangan tentera Islam penuh gembira dan ceria, sambil mensyahdukan nasyid Islami:
Bulan purnama menyinari kita
Dari Thaniyat Al-Wida' menyua
Wajib bersyukur ke atas kita
Selagi Baginda berseru kepada Allah طلع البدر علينا
من ثانية الوداع
وجب الشكر علينا
ما دام لله داعي
Keberangkatan keluar Rasulullah s.a.w bulan Rejab dan kembali darinya pada bulan ramadhan yang memakan masa selama lima puluh hari,dua puluh hari Baginda tinggal di Tabuk, selebihnya adalah masa perjalanan pergi dan pulang. Tabuk merupakan peperangan terakhir yang Baginda turut serta.
AL-MUKHALLAFUN (Golongan Yang Tidak Turut Serta)
Peperangan ini menghadapi satu suasana yang istimewa yang merupakan ujian yang pahit dari Allah (s.w.t) hingga dengannya tertonjol perbezaan yang ketara di antara golongan mukminun dan yang lain. Sama seperti sunnah-sunnah Allah di beberapa tempat yang seumpamanya seperti firmanNya:
"Allah tidak sekali-kali akan membiarkan orang yang beriman dalam keadaan yang kamu ada sekarang (bercampur aduk mu 'min dan munafik, bahkan la tetap menguji kamu) sehingga la memisahkan yang buruk (munafik) daripada yang baik (beriman).
Ali-Imran: 179
Kesemua orang Islam yang benar-benar mengakui dirinya sebagai individu mukmin yang sejati, telah segera keluar menyertai saf tentera Islam, malah orang yang menarik diri telah dianggap sebagai tanda nifaq dan taqiyah. Sesiapa yang menarik diri kemudian dilaporkan kepada Rasulullah s.a.w maka Baginda berkata: Biarkan dia, sekiranya pada Beliau itu masih terdapat kebaikan insyaAllah beliau akan menyertai kita nanti, dan sekiranya tidak, maka Allah telah menjauhkan mereka dari kita, tidak akan menarik diri kecuali orang yang berkeuzuran, atau orang yang mendustai Allah dan RasulNya, mereka itu dari golongan munafiqin, mereka itu telah menarik diri setelah memberi alasan palsu untuk membolehkan mereka tidak turut serta, atau pun mereka itu ialah golongan yang menarik diri tanpa membuat sebarang permintaan pun". Memang terdapat tiga orang mukmin yang sejati telah menarik diri tanpa sebarang alasan, justeru itu mereka bertiga ini telah diuji oleh Allah dengan seberat-berat ujian, kemudian Allah mengampuni kesalahan mereka.
Sekembali Rasulullah s.a.w ke Madinah, Baginda terus memasuki masjid, Baginda berssmbahyang dua rakaat, setelah itu Baginda duduk menghadapi orang ramai. Adapun golongan Al-Munafiqin seramai lapan puluh (80) orang lebih, telah datang menemui Rasulullah s.a.w. Baginda pun menerima pengakuan .zahir mereka itu, menerima bai'ah mereka, memaafkan mereka dan seterusnya Baginda menyerah urusan hati dalaman mereka kepada Allah.
Manakala tiga orang mukmin yang sejati yang tidak menyertai peperangan, iaitu Ka'ab bin Malik, Mararah bin Ar-Rabi' dan Hilal bin Umaiyah bertegas menyatakan hakikat yang sebenarnya. Kepada mereka bertiga, Rasulullah s.a.w telah memerintah sekalian para sahabat supaya tidak menegur sapa . dengan mereka, maka berlakulah satu pemboikotan yang hebat terhadap tiga orang sahabat ini. Sekalian kaum muslimin menunjuk perubahan sikap yang mendadak, terasa bagi mereka bagaikan bumi ini menolak kehadiran mereka, bumi yang luas ini terasa sempit, nafas mereka pun terasa sesak, suasana memuncak lagi setelah berlalunya empat puluh hari. Mereka diperintah supaya mengasing diri dari isteri-isteri mereka, hingga apabila Allah pun menurunkan firmanNya:
"Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan penerimaan taubat. Hingga apabila bumi menjadi sempit bagi mereka, pada hal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit pula terasa oleh mereka. Dan mereka telah mengetahui bahawa tidak ada tempat lari dari siksaan Allah, melainkan kepadaNya sahaja, kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya, sesungguhnya Allahlah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang".
At-Taubah: 118
Dengan itu maka seluruh kaum muslimin bergembira dan yang paling bergembira ialah tiga orang yang dihukumkan oleh Allah dan RasulNya itu, kegembiraan yang tidak terperi, masing-masing mengucap tahniah dan mengucap selamat berbahagia, masing-masing memberi hadiah dan bersedekah, hari itu adalah saat yang paling berbahagia di dalam hayat mereka. Adapun golongan yang berkeuzuran yang terpaksa .duduk di Madinah telah disebut oleh Allah di dalam firmanNya:
"Tiada dosa ke atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan atas orang yang tidak memperolehi sesuatu yang akan mereka belanjakan, apabila mereka. berlaku ikhlas kepada Allah dan RasulNya."
At-Taubah: 91
Kepada mereka ini Rasulullah s.a.w menyifatkan mereka sebagai berkata: "Sesungguhnya terdapat di Madinah sebilangan lelaki yang tetap bersarrta kamu di mana-mana perjalanan dan di mana-mana lembah yang kamu rentasi, mereka di penjara oleh keuzuran namun mereka tetap dianggap bersama-sama kamu" Tanya para sahabat: "Wahai Rasulullah s.a.w, apakah mereka yang dimaksudkan sedang berada di Madinah?". Jawab Baginda: "Ya mereka berada di Madinah".
IMPLIKASI PEPERANGAN
Peperangan ini memberi kesan yang mendalam ke atas pengaruh dan kekuatan umat Islam dan implikasinya terhadap seluruh Semenanjung Tanah Arab secara am. Hingga kini semua orang mendapati bahawa tiada kuasa yang boleh meneruskan hidup selain dari Islam, kini saki baki cita-cita dan angan-angan yang bergolak dalam dada kaum Jahaliah dan munafiqin sudah hancur samasekali, kerana sebelum ini mereka sememangnya menunggu-nunggu kesempatan untuk membuat pukulan mengejut, terutamanya kaum Rom yang mereka rasakan sebagai kekuatan yang boleh mereka bergantung dan menambat harapan peperangan Tabuk, seluruh kaum musyrik kehabisan tempat pergantungan, mereka terpaksa menerima hakikat dan realiti ini.
Sebagai tindakan susulan kaum muslimin terhadai-kaum munafiqin, bermula di hari ini, di mana mereka tidak lagi di muamalahkan (membuat kira bicara) dengan mereka secara berlembut dan licin, sebaliknya Allah menyuruh bertindak tegas terhadap mereka, melarang kaum muslimin menerima sedekah-sedekah mereka, melarang bersembahyang ke atas mayat mereka, menegah beristighfar untuk mereka, melarang untuk berdiri di atas kubur mereka dan memerintah supaya dirobohkan markas perancangan komplot jahat mereka yang telah mereka dirikan atas nama masjid. Allah telah menurunkan ayat-ayat Al-Quran yang mendedahkan hakikat mereka, menbongkar konspirasi-konspirasi mereka dan tiada rahsia lagi mengenai pergerakan mereka, seolah-olah ayat Al-Quran menuding ke arah nama-nama mereka yang tinggal di Madinah.
Boleh dikenalpasti betapa jauhnya kesan peperangan ini ke atas bangsa Arab, di mana perwakilan-perwakilan dan perutusan-perutusan datang menemui Rasulullah s.a.w jauh lebih banyak dari masa-masa sebelumnya, meskipun perwakilan ini sudah pun berlaku sebelum ini, tetapi tidaklah sehebat pasca peperangan Tabuk.
AYAT-AYAT AL-QURAN MENGENAI PEPERANGAN TABUK
Ayat-ayat Al-Quran turun bertalu-talu dalam surah Al-Baqarah mengenai peperangan ini, ada ayat turun sebelum keluar, ada ayat selepas keluar, yakni semasa di dalam perjalanan dan sebahagian yang lain pula selepas pulang ke Madinah. Ada ayat-ayat membicara mengenai suasana peperangan, mendedahkan kejahatan kaum munafiqin, kelebihan golongan yang berjihad dan ikhlas, penerimaan taubah terhadap mereka yang beriman dan tulus, mengenai mereka yang menyertai peperangan dan yang menarik diri dan seterusnya berbagai-bagai sudut lagi diperkatakan di dalam ayat-ayat dari surah Al-Baqarah itu.
BEBERAPA PERISTIWA PENTING DALAM TAHUN BERKENAAN
Di dalam tahun berkenaan berlaku beberapa peristiwa yang mempunyai signifikan di dalam sejarah iaitu:
1. Selepas kepulangan Rasulullah s.a.w dari Tabuk berlaku sumpah menyumpah di antara Uwaimir Al-Ijlani dan isterinya.
2. Wanita Al-Ghamidiyah telah dihukum rejam setelah beliau menemui Rasulullah s.a.w dengan pengakuan bersalah ke atas dirinya sendiri. Walaubagaimanapun, dia hanya direjam selepas tamat tempoh penyusuan anak kandungnya.
3. Kewafatan Raja An-Najasyi Ashamah dan Baginda solat ghaib ke atas jenazahnya.
4. Kewafatan Ummi Kalthum, puteri Rasulullah s.a.w dan Baginda berdukacita yang amat sangat, hingga Baginda bersabda kepada Uthman Bin Affan: "Seandainya aku mempunyai puteri yang ketiga nescaya, ku kahwinkan kepada engkau wahai Uthman".
5. Kematian kepala golongan munafiqin, Abdullah bin Ubai sekembalinya Baginda dari Tabuk. Rasulullah s.a.w beristighfar kepada Allah dan Baginda bersolat ke atas mayatnya, tetapi Umar menghalang Rasulullah s.a.w berbuat demikian, akhirnya turun ayat Al-Quran menyetujui tindakan Umar.
HAJJAH AL-WIDA'
Haji Terakhir
Tugasan dakwah Rasulullah s.a.w kiranya sudah sampai ke garisan penamat, penyampaian risalah pun sudah dilaksanakan, penegakan sebuah masyarakat baru yang berasaskan pemangkinan konsep Al-Uluhiyah dan ketuhanan kepada Allah dan penafiannya dari yang lain-lain berdasarkan risalah Muhammad s.a.w menjadi kenyataan dan kini Rasulullah s.a.w seakan-akan terdengar suatu suara dari dalam hati kecilnya bagaikan memberitahu bahawa persinggahan Baginda di dunia ini sudah sampai kepada tempohnya yang ditetapkan itu. Malah hal ini dirasainya semasa Baginda mengutus Muaz bin Jabal ke negeri Al-Yaman sebagai Gabenor di tahun kesepuluh (10) Hijrah. Masa itu Baginda telah bersabda dengan katanya yang bermaksud: " Wahai Muaz! Sebenarnya engkau mungkin tidak akan bertemu lagi dengan aku selepas tahun ini dan semoga kau akan melalui di masjidku ini dan di kuburku ini ". Di sini Muaz menangis tersedu-sedu kerana berpisah dengan Rasulullah s.a.w.
Dengan izin Allah, Rasulullah s.a.w berkesempatan melihat hasil kerja dakwahnya setelah mengalami berbagai kepahitan dan kesusahan selama dua puluh tahun lebih. Di hujung bandar Makkah, Rasul berkumpul bersama-sama perwakilan-perwakilan qabilah Arab, menyampaikan kepada mereka syariat-syariat dan hukum hakam Islam. Baginda mengambil penyaksian mereka, sebagai memperakui bahawa Baginda telahpun menyampaikan amanah dan tugasan-tugasan, melaksanakan risalah yang dipertanggungjawab dan menasihati sekalian umat.
Di hari ini Rasulullah s.a.w mengisytiharkan azamnya untuk menunai haji mabrur yang bersejarah itu, Al-Madinah kini dibanjiri oleh berduyun-duyun manusia, kesemua mereka berhasrat menyertai dan mengikuti Rasulullah s.a.w di dalam peribadatan hajinya. Pada hari Sabtu empat hari terakhir bulan Zulkaedah, Baginda telah bersiap dengan tunggangannya, mengemas dirinya, memakai minyak rambut dan menyikatnya, mengenakan pakaian dan rida'nya dan menggalas senjatanya. Selepas sembahyang Zohor, Baginda terus bergerak hinggalah sampai Zul Hulaifah sebelum masuk waktu Asar. Di sana Baginda menunaikan solat sunat dua rakaat dan bermalam. Keesokkan harinya selepas solat Subuh, Baginda memberitahu kepada semua sahabat yang hadir: "Malam tadi aku telah didatangi pemberitahuan dari Tuhanku yang telah menyebut: Bersembahyanglah kamu di lembah yang penuh berkat ini dan katakanlah wahai Muhammad: Umrah dikerjakan bersama-sama Haji".
Sebelum Baginda menunaikan solat Zohor di hari itu, terlebih dahulu Baginda bersuci dan mengenakan pakaian ihram, kemudian Aisyah menyapukan minyak wangi dan kasturi pada diri Rasululah. Aisyah menyapukan di badannya dan kepalanya hingga ternampak kilauan minyak kasturi di rambut dan di janggutnya. Baginda membiarkan tanpa membasuhnya dan kemudian menunaikan solat Zohor dua rakaat. Setelah selesai solat, Baginda terus bertahlil di tempat sembahyangnya sebagai memulakan ibadat haji dan umrah, sebagai haji qiran. Setelah itu barulah Baginda bergerak dengan menunggangi untanya yang bernama Al-Qaswa', di situ Baginda bertahlil lagi sedang untanya terus bergerak.
Baginda meneruskan perjalanan suci ini hingga hampir memasuki Makkah, maka Baginda bermalam di Tawa. Keesokkan harinya Baginda memasuki Makkah selepas bersembahyang Subuh, di pagi hari Ahad tanggal empat hari terakhir bulan Zulhijjah tahun kesepuluh (10) Hijrah. Selama lapan malam Baginda mengambil masa untuk perjalanannya yang sederhana itu dan apabila Baginda memasuki Al-Masjid Al-Haram terus Baginda bertawaf di sekeliling Kaabah dan melakukan Saei di antara As-Safa dan Al-Maruah, tanpa merombak pakaian ihramnya, kerana Baginda mengerjakan hajinya di kali ini secara qiran berserta dengan binatang sembelihannya. Kemudian Baginda singgah di Al-Hajjun tanpa mengulangi tawaf melainkan tawaf rukun haji.
Baginda menyuruh para sahabat yang tidak mempunyai binatang sembelihan supaya menjadikan ihram mereka itu sebagai umrah, dengan bertawaf di sekeliling Kaabah, dan bersaie di Safa dan Maruah, kemudian menukar pakaian ihram kepada pakaian biasa, tetapi para sahabat teragak-agak untuk melakukan suruhan Baginda itu. Justeru itu Rasulullah s.a.w menegaskan dengan katanya: "Seandainya aku maju ke hadapan dengan suatu tindakan, tak akan pula ku berpatah balik atau menarik balik qurban ku ini. Dan kalaulah aku tidak mempunyai binatang qurban pasti aku merombak pakaian ihram ku ini. Ayuh! Kamu yang tidak memiliki binatang sembelihan, segeralah rombak pakaian ihram". Dengan itu semua mereka pun mematuhi arahan Rasulullah s.a.w.
Di hari kelapan Zulhijjah yang dikenali juga sebagai hari al-Tarwiyah, Baginda bergerak menuju ke Mina. Di Mina Baginda telah menunaikan solat Zohor, Asar, Maghrib, Isya' dan Subuh. Baginda berhenti di situ beberapa ketika hingga matahari naik barulah Baginda bergerak. Sampai di Arafah di kawasan Namirah, Baginda mendapati sebuah khemah sudah pun didirikan untuknya di situ. Baginda pun singgah sehingga apabila matahari terbenam di ufuk langit Baginda memerintah supaya di bawa kepadanya tunggangan Al-Qaswa', dari situ Baginda pun bergerak hingga sampai ke Batn Al-Wadi. Di sana orang ramai telahpun berkumpul sebanyak seratus ribu dan dua puloh empat orang atau seratus ribu empat puluh empat orang. Rasulullah s.a.w berdiri di hadapan mereka dan terus membuat satu ucapan yang lengkap, mafhumnya;
"Wahai sekalian manusia, dengarlah kata-kataku ini, sebenarnya aku tidak tahu berkemungkinan aku tidak akan menemui kamu kalian selama-lamanya selepas tahun ini. Sesungguhnya darah kamu dan harta kamu adalah haram ke atas kamu sama seperti haramnya hari kamu ini di bulan kamu ini dan bumi kamu ini.
Ketahuilah bahawa semua perkara mengenai urusan jahiliyyah tertanam di bawah kaki ku ini, darah-darah jahiliyyah adalah tertanam dan darah jahiliyyah yang mula-mula sekali yang ku hapuskan ialah darah Ibn Rabiah bin Al-Harith, kejadiannya terjadi di mana beliau ini dibunuh semasa sedang mengambil susuan dari ibu susuannya Banu Saad, dan riba jahiliyyah juga dihapuskan, dan riba pertama yang ku hapuskan ialah riba Abbas bin Abdul Mutalib malah kesemuanya dihapuskan sama sekali.
Bertaqwalah kamu kepada Allah demi melaksanakan hak kaum wanita, lantaran kamu telah mengambil mereka sebagai isteri dalam bentuk amanah Allah, kamu halal berseketiduran dengan mereka melalui sebutan nama Allah, dan kaum wanita pula berkewajipan menjaga supaya tidak seorang pun manusia yang kamu bend dibenarkan masuk ke bilik kamu. Sekiranya mereka berbuat demikian maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak parah, ke atas mereka, kamu kewajipan memberi rezeki dan pakaian dengan baik.
Dan sesungguhnya telah ku tinggalkan pada kamu sesuatu di mana kamu tidak akan sesat selepas ini seandainya kamu berpegang dengannya iaitu kitab Allah.
Wahai kalian manusia, sesungguhnya tiada nabi selepas ku ini, dan tiada umat lain selain dari kamu, beringatlah supaya kamu menyembah Tuhan kamu, tunaikanlah fardu sembahyang lima waktu, berpuasalah kamu di bulan Ramadhan, tunaikan wkat harta kamu dengan penuh kerelaan hati, tunaikan haji ke rumah Tuhan kamu, dan taatilah pemerintah-pemeritah kamu nescaya masuklah kamu ke dalam syurga Tuhan kamu.
Kamu semua akan ditanya esok mengenai perihal diriku, maka apa yang nak kamu jawab? Maka kata mereka semua: Kami menyaksikan bahawa engkau telahpun menyampaikan, menunaikan dan menasihati kami".
Dengan mengangkat jari telunjuknya ke arah langit dan berkata ke hadapan orang ramai: Ya Allah Ya Tuhanku, Persaksikanlah. (sebanyak tiga kali.)
Adapun yang bertanggungjawab melaung dan menyampaikan ucapan Rasulullah s.a.w kepada orang ramai di padang Arafah ialah Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf. Sebaik sahaja selesai Rasulullah s.a.w menyampaikan ucapannya itu turunlah firman Allah yang yang bermaksud:
Di hari ini telah Ku sempurnakan hagi kamu agama kamu dan Kita lengkapkan ke atas kamu nikmatKu, dan Ku meredhai bagi kamu Islam sebagai Deen "
Al-Maaidah: 3
Semasa Umar mendengar firman Allah itu beliau terus menangis dan setelah ditanya, mengapa beliau menangis? Jawab beliau: "Kerana selepas kesempurnaan akan menyusul pula kekurangan".
Selepas ucapan Rasulullah s.a.w itu Bilal pun melaungkan azan dan iqamah untuk bersembahyang Zohor. Kemudian beliau iqamah pula untuk bersolat Asar tanpa melakukan sebarang solat lain di antara kedua-duanya. Sesudah itu Baginda menaiki kenderaannya dan bergerak hingga sampai ke suatu tempat perhentian dengan membiarkan perut untanya Al-Qaswa' menyentuh ketulan-ketulan batu di situ, manakala saf pejalan-pejalan kaki berjalan tidak melebihi setakat hadapannya sahaja. Di situ Rasulullah s.a.w mengadap ke arah qiblat, Baginda terus berdiri hinggalah matahari terbenam di ufuk langit dan sinaran kuning beransur-ansur hilang. Usamah pun menghalau unta Rasulullah s.a.w hinggalah sampai ke Muzdalifah, di sana Rasulullah s.a.w menunaikan Maghrib dan Al-Isya' dengan satu azan dan dua iqamah tanpa membaca apa-apa tasbih pun di atara kedua-dua solat itu. Di situ Rasulullah s.a.w beristirehat, dan tidur hingga ke Subuh. Baginda pun menunaikan solat Subuh setelah diazan dan diiqamah, sesudah itu Baginda menaiki unta Al-Qaswa' dan berjalan hingga sampai ke kawasan Al-Haram (masyh'ar Al-Haram), menghadapkan muka Baginda ke arah kiblat sambil berdoa, bertakbir, bertahlil dan bertahmid. Baginda berdiri di situ hinggalah habis waktu pagi.
Rasulullah s.a.w bergerak lagi dari Al-Muzdalifah ke Mina sebelum matahari naik. Di sini Al-Fadhil bin Abbas mengikuti dari belakang tunggangan Rasulullah s.a.w hinggalah sampai ke Batn Mahsar, dengan melalui jalan tengah yang menuju ke Jamrah Al-Kubra. Apabila Baginda sampai di sana terdapat sepohon kayu yang dikenali sebagai Jamrah Al-Aqabah. Baginda terus melontar tujuh anak batu sambil bertakbir disetiap lontarannya dari Batan Al-Wadi. Sesudah itu Baginda menuju ke tempat sembelihan. Sebanyak enam puluh tiga (63) ekor unta Rasulullah s.a.w sembelihkan kemudian diserahkannya kepada Ali bin Abi Talib untuk menyembelih yang bakinya, iaitu tiga puluh tujuh (37) ekor unta menjadi bilangan kesemuanya seratus ekor unta. Termasuk di antaranya sembelihan tadi ialah unta qurbannya. Sesudah selesai penyembelihan Baginda menyuruh supaya diambil serba sedikit daging dari setiap sembelihan dan dimasaknya dalam sebuah periuk. Setelah masak Baginda dan Ali memakan sedikit dari masakan dan mencuba kuahnya.
Kemudian Rasululah (s.a.w) menunggang untanya dan bergerak hingga sampai ke Kaabah, di sana Baginda bersembahyang Zohor, sesudah itu menziarahi orang-orang Banu Abdul Al-Muttalib yang menjaga air zam-zam dan memberi minum kepada penziarah sekalian. Apabila melihat keadaan itu lantas Baginda berkata: "Ayuh! Rebutkan Banu Abdul Al-Muttalib, kalau tidak ditakuti orang ramai mengatasi kamu pasti aku turut merebutnya bersama-sama kamu, justeru itu maka hadirin pun menghulurkan kepada Baginda setimba air dan Rasulullah s.a.w pun bersenang hati meminum darinya.
Di hari penyembelihan iaitu hari kesepuluh Zulhijjah, selepas waktu Dhuha Baginda membuat satu ucapan dari atas belakang baghalnya, "Syahba" manakala Ali bin Abi Talib menyampaikannya kepada orang ramai. Sidang hadirin ada yang duduk dan ada yang berdiri. Di dalam khutbahnya ini Baginda telah mengulangi beberapa perkara yang telah Baginda ungkapkannya kelmarin.
Asy-Syaikhan (dua orang Syeikh Al-Hadith: Al-Bukhary dan Muslim) telah meriwayatkan dari Abi Bakarah dengan katanya: Bahawa Rasulullah s.a.w telah menyampaikan kepada kami di hari An-Nahr - (penyembelihan) dengan sabdanya yang bermaksud:
"Sesungguhnya masa sudah pun beredar ke paksinya yang asal menepati dengan putaran di hari penciptaan langit dan bumi: Setahun dua belas bulan, empat darinya bulan haram, tiga bulan berturut-turut iaitu Zulkaedah, Zulhijjah dan Muharam. manakala sebulan lagi ialah bulan Rejab Mudhar. yang berida di antara Jamadilakhir dan Syaaban "
Sabdanyanya lagi: Ini bulan apa ? Jawab kami: "Allah dan RasulNya lebih mengetahui, Rasulullah s.a.w pun berdiam seketika, hinggalah kami menyangka Baginda akan menamakannya dengan satu nama lain. Tidaklah, ini bulan Zulhijjah? Jawab kami: Bahkan. Tanya Baginda lagi: Negeri ini, negeri apa? Jawab kami: Allah dan RasulNya lebih mengetahui. Sabda Baginda: Tidakkah, negeri ini dikenali sebagai "Al-Baldah" ? Kata kami semua: Bahkan. Tanya Baginda lagi. Kita ini di hari apa? Kata kami; Allah dan RasulNya lebih mengetahui. Baginda berdiam sejurus hingga kami menyangka Baginda akan menukar kepada nama baru. Kemudian sabda Baginda: Tidakkah hari ini hari An-Nahr hari sembelihan qurban? Jawab kami: Bahkan. Seterusnya Baginda bersabda: Sesungguhnya darah kamu, harta kamu dan maruah kamu adalah haram di atas kamu sekalian, sama seperti haramnya hari kamu ini, di bumi kamu ini dan di bulan kamu ini. "Dan kamu akan menemui Tuhan kamu di mana Tuhan kamu akan menyoal kamu mengenai kerja-kerja kamu, beringatlah supaya jangan sekali-kali kamu menjadi sesat selepas pemergian ku nanti di mana sebahagian kamu berbunuhan sesama sendiri"
Tidakkah telah ku sampaikan? Jawab mereka: Ya!. Kata Rasululah (s.a.w): Ya Allah Ya Tuhanku persaksikanlah, hendaklah yang hadir di antara kamu ini menyampaikan kepada yang tidak hadir. Kerana boleh jadi yang menyampaikan itu lebih menyedari dari si pendengar"
Dalam satu riwayat yang lain bahawa Baginda bersabda di dalam ucapannya yang bermaksud:
Beringatlah, tiada siapa pun melakukan kesalahan kecuali kesalahan itu mengena ke atas dirinya. dan beringatlah tiada siapa pun melakukan kesalahan ke atas anaknya, dan tiada siapa pun di kalangan anak-anak melakukan kesalahan ke atas bapanya. Ingatlah bahawa Syaitan telah berputus asa dari ianya disembah di negeri kamu ini, tetapi ia akan memperolehi ketaatan dari kamu melalui kerja-kerja kamu yang kamu memperkecil-kecilkannya. Dengan itu syaitan akan bersenang hati dengannya "
Rasulullah s.a.w tinggal di Mina sepanjang hari-hari tasyrik, mengerjakan ibadat dan mengajar hukum-hukam syariat, membuat tazkirah, membetulkan ajaran-ajaran hidayat dari ajaran Ibrahim, menghapuskan syirik dan kesan-kesannya. Rasulullah s.a.w juga membuat penyampaiap di sesetengah hari-hari tasyrik, di mana Abu Daud dengan. sanad hadith hasan, riwayat Sarra' binti Nubhan telah berkata: Rasulullah s.a.w telah memberi ucapannya di hari tasyrik itu dengan katanya: Tidakkah hari ini, hari tengah di antara hari-hari tasyrik. Ucapan Rasulullah s.a.w itu seperti ucapannya di hari "An-Nahr" ucapan Baginda itu adalah selepas pcnurunan surah An-Nasr.
Di hari An-Nafar al-Thani iaitu hari ketiga belas Zulhijjah, Rasulullah s.a.w keluar dari Mina bergerak hingga ke tanah tinggi Banu Kinanah di suatu kawasan lapang. Baginda menghabiskan baki hari di situ hingga ke malamnya di mana Rasulullah s.a.w telah menunaikan solat Zohor, Asar, Maghrib dan Isya'. Setelah itu Rasulullah s.a.w berbaring seketika, kemudian bangun dan bergerak menuju ke Kaabah, di sana Baginda melakukan tawafAl-Wida'.
Setelah selesai mengerjakan ibadat hajinya, Rasulullah s.a.w menggesa penunggang-penunggang pulang ke Madinah Al-Mutahharah. Gesaan ini dibuat bukanlah kerana hendak memberi kesempatan untuk mereka mengambil peluang beristirehat tetapi adalah untuk menyambung dan meneruskan kembali perjuangan dan pertarungan untuk Allah dan ke jalan Allah.
UNIT TERAKHIR PENGHANTARAN
Sikap keangkuhan kerajaan Rom sukar untuk menerima kehadiran Islam di arena penghidupan inilah yang membawa Rom membunuh pengikut-pengikutnya yang memeluk agama Islam, sebagaimana tindakannya ke atas Farwah bin Al-Juzami Gabenor perlantikan Rom untuk daerah Maan, dibunuh kerana memeluk Islam.
Baginda melihat serius sikap Rom yang menyombong dan keras kepala tidak menentu, lantaran itu Rasulullah s.a.w segera menyediakan satu angkatan yang besar pada bulan Safar tahun kesebelas (11) Hijrah, di mana Usamah bin Zaid telah diberi tanggungjawab untuk mengepalai angkatan ini. Baginda memerintah supaya Usamah memasuki perbatasan Al-Balqa' dan Ad-Darom di bumi Palestin bertujuan mengugut Rom dan mengembalikan kepercayaan bangsa Arab yang bersempadan dengan Rom, supaya mereka mengetahui bahawa kebiadapan dan keterlanjuran Rom itu tidak dibiar berlaku begitu sahaja disamping mengikis sindrom kononnya memeluk Islam hanya membawa kepada kematian semata-mata.
Orang ramai menyebut-nyebut tentang Usamah bin Zaid kerana beliau merupakan pemimpin tentera Islam yang masih muda, malah mereka mengharapkan supaya diperlewatkan sedikit penghantarannya. Di sini Rasulullah s.a.w mengulas dengan sabdanya yang bermaksud:
"Sekiranya kamu mempersoalkan kepimpinannya bererti kamu mempersoalkan kepimpinan bapanya yang terdahulu, demi Allah, meskipun kepimpinan dipertikaikan namun beliau adalah layak untuk tugas berkenaan, bapanya yang terdahulu adalah orang kesayangan ku, dan beliau ini juga adalah di antara orang kesayangan ku selepas bapanya yang terdahulu".
Dengan itu orang ramai pun mula berhimpun di sekeliling Usamah menyertai perbarisan tenteranya, akhirnya mereka semua bergerak hingga sampai dan singgah di "Al-Jaraf' satu Farsakh jaraknya ke Madinah. Semasa tentera Islam di sana, mereka mendapat berita mengenai kesakitan yang dialami oleh Rasulullah s.a.w, berita ini memaksa mereka teragak-agak untuk meneruskan pergerakan ini, supaya mereka dapat mengetahui ketetapan Allah itu. Dengan izinNya, Allah mentakdirkan tentera pimpinan Usamah ini merupakan penghantaran pertama yang dilakukan semasa pemerintahan Abu Bakr As-Siddiq.
MENEMUI ALLAH
Setelah Dakwah Al-Islamiyyah sempurna dan Islam menguasai suasana maka tanda-tanda dan bahasa-bahasa pengucapan selamat tinggal kepada dunia dan manusia mula tertera di dalam ungkapan-ungkapan dan ucapan-ucapan Rasulullah s.a.w melalui perbualan dan perbuatan Baginda.
Di dalam bulan Ramadhan tahun ke sepuluh Hijrah Baginda beriktikaf di masjid selama dua puluh hari, sedang sebelum ini hanya sepuluh hari sahaja, di dalam tempoh ini Jibrail (a.s) mendatangi Baginda untuk membuat ulangan dan tadarus Al-Quran sebanyak dua kali. Di dalam Hajjah Al-Wada' Baginda telah menyebut: "Sebenarnya berkemungkinan aku tidak akan menemui kamu lagi selepas pertemuan kita di tahun ini". Semasa di Jamrah Al-Aqabah Baginda berkata : "Ambillah peribadatan haji ini dariku, boleh jadi aku tidak akan mengerjakan haji lagi selepas tahun ini". Surah An-Nasr turun di pertengahan hari-hari tasyrik, darinya Baginda mengetahui bahawa itu adalah ucapan selamat tinggal dan pemberitahuan tentang kematiannya.
Dipermulaan Safar tahun sebelas (11) Hijrah Rasulullah s.a.w telah keluar ke Uhud, Baginda bersembahyang untuk para syuhada' sebagai mengucap selamat tinggal kepada sekalian yang hidup dan yang mati, dari situ Rasulullah s.a.w kembali ke masjid menaiki mimbar dan berucap dengan sabdanya yang bermaksud: "Sesungguhnya aku telah berkeras dengan kamu, sesungguhnya daku adalah penyaksi ke atas kamu semua, demi Allah di masa ini daku sedang menyaksikan kolam airku (kurniaan kepada Rasulullah s.a.w di hari perkiraan), daku ini telah diberi kunci khazanah kekayaan bumi atau kunci-kunci bumi, dan sesungguhnya daku tidak takut kamu menyekutui Allah selepas kematian ku ini, tetapi yang ku takut ialah kamu lumba-lumba kerana dunia".
Di suatu malam Rasulullah s.a.w keluar ke kawasan perkuburan Al-Baqi', di sana Rasulullah s.a.w memohon keampunan untuk penghuni di kubur berkenaan dengan doanya yang bermaksud: "Assalamulaikum wahai penghuni kubur, bermudahlah kamu ke atas apa yang berlaku pada kamu, dengan apa yang berlaku ke atas orang lain, kini fitnah telah mula tiba, bak sebidang malam yang gelap pekat, hujungnnya terus menyusul selepas permulaannya, hujungnya lebih buruk dari permulaannya". Di sini Rasulullah s.a.w menyampaikan berita gembira kepada mereka, dengan sabdanya yang bermaksud: "Sesungguhnya kami menyusul datang selepas kamu"
PERMULAAN SAKIT
Di hari kedua puluh sembilan (29) bulan Safar tahun kesebelas (11) hijrah, pada han Isnin, Rasulullah s.a.w berkesempatan menghadiri pengkebumian jenazah di Al-Baqi'. Dipertengahan jalan sekembalinya Baginda dari Al-Baqi', Baginda terasa sakit kepala, panasnya terlalu menjadi-jadi, orang yang disekeliling Baginda turut merasai kepanasannya terutama di atas kain balutan di kepala Baginda yang mulia itu.
Namun demikian Rasulullah s.a.w terus bersolat dengan sekalian kaum muslimin dalam keadaan Baginda mengalami kesakitan untuk selama sebelas hari, sedang keseluruhan hari sakit Baginda tiga belas atau empat belas (13 atau 14) hari.
MINGGU TERAKHIR
Sakit semakin memberat, membawa Rasulullah s.a.w bertanya isteri-isterinya; "Di mana giliran ku besok? Di mana giliranku besok?". Semua mereka memahami tujuan Rasulullah s.a.w itu, justeru itu Baginda dibenarkan untuk duduk di mana-mana sahaja, dengan itu Baginda berpindah ke rumah Aisyah, Baginda berjalan di antara Al-Fadlu bin Al-'Abbas dan Ali bin Abi Talib, sedang kepala Baginda berbungkus dengan kain, meletak kakinya selangkah demi selangkah hinggalah Baginda memasuki rumahnya, di situ Baginda menghabiskan baki umurnya yang seminggu itu.
Aisyah (r.a) terus membaca surah-surah Al-Muawwizah, dan doa-doa yang lain yang beliau terima dari Rasulullah s.a.w. Beliau meniup ke atas badan Rasulullah s.a.w dan menyapu dengan tangan Baginda untuk memperolehi keberkatan.
LIMA HARI SEBELUM KEWAFATAN
Pada hari Rabu iaitu lima hari sebelum kewafatan, kepanasan badan Rasulullah s.a.w semakin meningkat, di mana Rasulullah s.a.w semakin bertambah sakit dan pening-pening menyebabkan Baginda menyuruh dengan sabdanya yang bermaksud: "Curahkan ke atas ku tujuh uncang air dari berbagai telaga supaya dapat ku keluar menemui orang ramai dan aku boleh bertemu dengan mereka". Dengan itu maka yang hadir di situ membiarkan Rasuiullah duduk di atas tilam kemudian mereka mencucuri air ke atas seluruh badan Rasuiullah, hingga Rasuiullah (s.a.w) berkata: "cukup, cukup".
Di ketika itu Rasuiullah terasa sakitnya berkurangan, dengan itu Baginda memasuki Masjid sedang kepalanya masih berbalut dengan kain, terus Rasulullah duduk di atas minbar dan memberi ucapan kepada orang ramai. Di masa itu khalayak ramai pun melingkunginya, lantas Baginda bersabda yang bermaksud: "Laknat Allah ke atas kaum Yahudi dan Nasrani kerana mereka menjadikan kubur-kubur nabi-nabi mereka sebagai masjid."
Dalam riwayat yang lain "Allah mengutuk bangsa Yahudi dan Nasrani yang telah menjadikan kubur-kubur nabi-nabi mereka masjid" dan sabdanya: "Jangan sekali-kali kamu menjadikan kubur ku sebagai berhala yang disembah "
Tidak lupa Rasulullah s.a.w menawar untuk orang ramai menuntut bela ke atas dirinya dengan berkata: "Siapa di antara kamu yang telah ku sebat belakangnya nah ini dia belakang ku untuk beliau menyebatnya sebagai menuntut bela, dan sesiapa yang telah ku hamun maruahnya, nah ini dia maruahku untuk beliau menuntut bela".
Kemudian Rasulullah s.a.w turun dari minbar dan menunaikan solat Zohor dan kembali duduk di atas mimbar semula dengan mengulangi soal perbalahan dan yang lain-lain hingga salah seorang yang hadir berkata: "Rasulullah s.a.w telah berhutang dari ku sebanyak tiga dirham yang belum jelas" Maka kata Rasulullah s.a.w: "Fadhl! Jelaskan kepadanya". Kemudian Baginda mewasiatkan dan berpesan terhadap orang-orang Ansar dengan sabdanya yang bermaksud: "Daku berpesan kepada kamu sekalian, bersikap baiklah terhadap Al-Ansar, mereka itu perut dan bekalan bagiku, mereka telah pun melaksanakan kewajipan mereka yang belum terlaksana ialah hak mereka. Untuk itu terimalah kebaikan mereka dan beri maaflah kesalahan mereka"
Katanya pula: "Sesungguhnya aku ini seorang hamba Allah yang telah diberi pilihan untuk menerima kemewahan dunia secukupnya atau memilih kedudukan di sampingNya, di sini ku telah memilih kedudukan di sisiNya" Kata Abu Said Al-Khudri: Di masa itu Abu Bakr menangis, dan katanya demi bapa kami dan ibu kami, kami korbankan. Kami yang hadir di ketika itu kehairanan dengan keadaan orang tua ini (yakni Abu Bakr), apa ceritanya?. Rasulullah s.a.w menceritakan tawaran Allah (s.w.t) kepada RasulNya dua pilihan samada dunia atau pun kematian, tiba-tiba beliau menjawab "Kami korbankan bapa kami dan ibu kami", Rasulullah s.a.w yang ditawarkan, bukan beliau, walau macam mana pun Abu Bakr adalah orang yang terlebih mengetahui di kalangan kami.
Kemudian Rasulullah s.a.w pun berkata pula: Sesungguhnya orang yang paling selamat untuk ku bersahabat dan juga hartaku ialah Abu Bakr, seandainya harus ku mengambil teman selain dari Allah nescaya ku pilih Abu Bakr tetapi beliau adalah saudara, dan perhubungan mesra dalam Islam, mana-mana pintu dari rumah ke masjid semua harus ditutup kecuali pintu rumah Abu Bakr sahaja.
EMPAT HARI SEBELUM KEWAFATAN
Di hari Khamis iaitu empat hari sebelum kewafatan, sakit Baginda semakin berat, Baginda telah meminta dengan katanya: "Tolong bawa ke mari untuk ku tulis buat kamu semua bingkisan, di mana kamu tidak akan sesat lepas itu". Di dalam rumah di masa itu terdapat beberapa orang di antara mereka ialah Umar Ibn Al-Khattab, dan beliau berkata: "Kini Rasulullah s.a.w mengalami kesakitan yang teruk, kan kami sudah ada Al-Quran, sudah cukup untuk kamu kitab Allah itu". Ahli keluarga Rasulullah s.a.w berselisih pendapat dan berbalah, di antara mereka mengatakan: "Ayuh berikan sesuatu untuk Baginda tulis". Dan di antara mereka juga mengatakan seperti pendapat Umar tadi. Hingga dengan itu berlaku kesibukan dan percanggahan, menyebabkan Rasulullah s.a.w berkata: "Ayuh! Kamu semua beredar dari sini".
Di hari itu Baginda membuat tiga wasiat iaitu Baginda berpesan supaya di halau keluar kaum Yahudi, Nasrani dan Musyrikin dari Semenanjung Tanah Arab, seterusnya Baginda berpesan supaya membenarkan kedatangan para perwakilan sebagaimana yang pernah Baginda lakukan. Adapun wasiat yang ketiga perawi hadith terlupa, boleh jadi pesanan supaya berpegang dengan kitab Allah dan sunnah Rasulullah s.a.w atau meneruskan penghantaran tentera Islam pimpinan Usamah,'atau ianya perintah untuk bersembahyang dan membuat hubungan baik dengan hamba-hamba yang dimiliki.
Walau pun nabi dalam keadaan sakit namun Baginda terus bersembahyang mengimami sidang jemaah sekalian, hingga ke hari Khamis empat hari sebelum Baginda wafat. Di hari itu Baginda bersembahyang maghrib dengan membaca surah "Al-Mursalaat ".
Semasa sembahyang Isya' sakit Baginda bertambah berat, menyebabkan Baginda tidak terdaya untuk keluar ke masjid, kata Aisyah: Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: "Apakah orang ramai sudah sembahyang?". Kata kami: "Tidak wahai Rasulullah s.a.w, mereka semua sedang menunggu tuan hamba". Kata Baginda lagi: Sediakan air di dalam talam itu". Kami pun berbuat mengikut seperti suruhan Baginda, dengan itu Baginda pun bersuci, dan bangun namun Baginda telah pitam di situ kemudian sedai bertanya pula: "Apakah orang ramai sudah bersembahyang. Kejadian pitam ini berulang kali berlaku seperti yang pertama iaitu selepas Baginda bersuci, akhirnya Baginda suruh Abu Bakr bersembahyang mengimami orang ramai. Abu Bakr pun melaksanakan perintah Baginda mengimami orang ramai untuk hari-hari itu sebanyak tujuh belas (17) waktu semasa hayat Rasulullah s.a.w.
Dalam hal ini Aisyah telah meminta Rasulullah s.a.w mengubah arahannya itu, bertujuan memberi orang lain menjadi imam, supaya orang ramai tidak beranggapan tak elok, namun Rasulullah s.a.w tetap menolak dan berkata: "Kamu semua adalah wanita-wanita pencinta Yusof, banyak berdalih, ayuh suruh Abu Bakr bersembahyang mengimami orang.
SEHARI ATAU DUA HARI SEBELUM WAFAT
Di hari Sabtu atau Ahad nabi (s.a.w) merasa dirinya ringan sedikit, justeru itu Baginda keluar dengan dibantu oleh dua orang untuk bersembahyang Zohor, sedang Abu Bakr mengimami orang ramai. Sebaik sahaja Abu Bakr terlihat Baginda beliau pun berundur ke belakang, tetapi Rasulullah s.a.w memberi isyarat supaya jangan beliau berundur, Rasulullah s.a.w menyuruh dua orang yang membantu Baginda supaya mendudukkan Baginda sebelah Abu Bakr, mereka berdua pun mendudukkan Rasulullah s.a.w di sebelah kiri Abu Bakr, dan Abu Bakr mengikuti (beriqtida') dengan Rasulullah s.a.w di dalam sembahyangnya, di samping memperdengarkan takbir-takbir kepada sekalian jemaah.
SEHARI SEBELUM WAFAT
Pada hari Ahad iaitu sehari sebelum wafat, Rasulullah s.a.w memerdekakan kesemua hamba sahaya, bersedekah dengan tujuh dinar yang Baginda miliki pada ketika itu, semua senjata-senjatanya diberikan kepada kaum muslimin. Di malam berkenaan Aisyah meminjam minyak untuk menghidupkan lampu dari jirannya, baju besi Rasulullah s.a.w tergadai pada seorang Yahudi dengan tiga puluh (30) cupak beras bali.
HARI TERAKHIR DALAM HAYAT BAGINDA
Anas bin Malik meriwayatkan katanya: Sekalian kaum muslimin yang sedang bersolat Subuh di belakang Abu Bakr di hari Isnin itu dikejut oleh kemunculan Rasulullah s.a.w dari sebelah tabir bilik Aisyah sedang jemaah bersembahyang. Baginda melihat dan memberi senyumannya, Abu Bakr pun berundur ke belakang untuk menyertai saf di belakang, kerana beliau menyangka Rasulullah s.a.w hendak keluar bersembahyang. Kata Anas lagi: Hampir-hampir sidang jemaah terpesona dengan solat mereka kerana gembira melihat Rasulullah s.a.w namun Baginda memberi isyarat kepada mereka supaya meneruskan sembahyang. Lepas itu Baginda melepaskan tabir dan masuk ke dalam. Selepas itu Rasulullah s.a.w tidak berkesempatan lagi untuk bersembahyang lima waktu yang lain.
Semasa siang semakin cerah Rasulullah s.a.w menjemput Fatimah dan membisik kepadanya sesuatu, menyebabkan beliau menangis, lepas itu Baginda memanggil Fatimah dan membisik kepadanya sesuatu menyebabkan Fatimah tersenyum, kemudian Aisyah berkata: Kami pun bertanya apa ceritanya?. Jawab Fatimah: "Baginda membisik bahawa Allah akan menjemputnya melalui sakit yang Baginda alami ini, itulah yang membawa aku menangis, pada kali kedua Rasulullah s.a.w membisikkan bahawa daku ahli keluarganya yang diwafatkan Allah selepas Baginda, itulah yang menyebabkan daku tersenyum".
Selain dari itu Rasulullah s.a.w juga memberi khabar gembira (tabsyir) kepada Fatimah bahawa beliau adalah Syayyidah Nisa' al-'Alamin (Penghulu Wanita Dunia). Fatimah melihat beban kesakitan terlalu berat dialami oleh Rasulullah s.a.w. Beliau berkata: "Alangkah berat siksa bapa". Jawab Rasulullah s.a.w: "Tiada siksa lagi bagi bapamu selepas hari ini".
Di saat ini Rasulullah s.a.w memanggil Al-Hasan dan Al-Husain dan Baginda mencium kedua-duanya sambil berwasiat kepada mereka berdua dengan kebaikan, kemudian Rasulullah s.a.w menjemput isteri-isterinya, menasihati dan memperingatkan mereka.
Kesakitan semakin bertambah, dan kesan racun yang Baginda termakan di hari Khaibar boleh dilihat, menyebabkan Rasulullah s.a.w berkata: "Wahai Aisyah kini aku masih terasa sakit kesan makanan di hari Khaibar dahulu, inilah masanya aku mendapati nafas ku sesak terputus-putus kerana kesan racun itu". Rasulullah s.a.w mewasiatkan orang ramai dengan sabdanya: "Solat, solat dan berbuat baiklah kepada hamba sahaya milik kamu". Baginda mengulangi ungkapan ini berkali-kali.
NAZAK
Saat nazak mendatangi Rasulullah s.a.w, dan Aisyah bertindak membiarkan Rasulullah s.a.w bersandar kepadanya. Hal ini beliau ceritakan dengan katanya: "Sebenarnya di antara nikmat anugerah Allah ke atas ku di mana Rasulullah s.a.w meninggal di rumahku, di hari giliran ku di antara dada dan leherku, dan mencantumkan di antara liur ku dan liur Baginda semasa kewafatan Baginda. Sebelum itu Abdur-Rahman bin Abu Bakr telah masuk ke bilik beliau dengan memegang kayu suginya, dan aku membiarkan Rasulullah s.a.w bersandar, kulihat Rasulullah s.a.w memerhati ke arahnya, ku sedar bahawa Rasulullah s.a.w suka dan hendakkan siwak (sugi) tersebut. Justeru aku bertanya: Mahukah ku ambil untukmu Rasulullah s.a.w? Rasulullah s.a.w pun mengangguk kepalanya, kemudian ku berikan siwak kepada Baginda, tetapi ianya keras sedikit dan ku berkata: Biarkan ku lembutkannya? Baginda menganguk kepalanya, dengan itu ku pun melembutkannya, maka Rasulullah s.a.w pun bersugi dengannya". Dalam satu riwayat lain bahawa Baginda bersugi dengan sepuas-puasnya, pada masa itu terdapat sebuah bijana di hadapan Rasulullah s.a.w berisi air di mana Baginda memasukkan tangannya untuk menyapukan air ke mukanya sambil berkata yang bermaksud: "Sebenar kematian ini ada sakarahnya" - Al-Hadith.
Tidak berapa lama selepas Baginda selesai menyugi giginya, Rasulullah s.a.w pun mengangkat tangannya ke langit atau jarinya diikuti dengan renungan matanya ke atas, disusuli dengan gerakan bibirnya. Aisyah telah mendengar ungkapan terakhir yang dilafazkan oleh Rasulullah s.a.w seperti berikut :
Bersama-sama dengan mereka yang telah Engkau kurniakan dan golongan para nabi, siddiqin, syuhada' dan salihin, Ya Allah Ya Tuhanku ampunilah daku dan kasihanilah daku, letakkanlah daku dengan Kekasih yang Tertinggi, Ya Allah Ya Tuhanku Kekasih yang Tertinggi.
Baginda mengulangi lafaz yang terakhir sebanyak tiga kali dan tangan Baginda pun layu turun ke bawah, maka Baginda pun terus bersama Kekasih Yang Tertinggi. "Sesungguhnya kita ini bagi Allah dan sesungguhnya kepadaNya kita semua kembali".
Peristiwa kewafatan Rasulullah s.a.w ini berlaku ketika pagi sudah meningkat di hari Isnin dua belas (12) Rabiulawwal tahun kesebelas (11) Hijrah di waktu usia Rasulullah s.a.w genap enam puluh tiga (63) tahun dan empat (4) hari.
KEPILUAN MENYELUBUNGI PARA SAHABAT
Kini berita kewafatan Rasulullah s.a.w yang memilukan itu tersebar luas, suasana muram menyelubungi persada Madinah dan cerok daerahnya, kata Anas: "Tidak pernah ku melihat satu hari lebih ceria dan bercahaya dari hari kedatangan Rasulullah s.a.w ke Madinah dan tidak pernah pula ku lihat satu hari yang lebih buruk dan muram dari hari kewafatan Rasulullah s.a.w".
Selepas wafatnya Rasulullah s.a.w puteri Baginda, Fatimah (r.a) telah mengucapkan suatu ungkapan: "Duhai ayahku, kau menyahut seruan Tuhamu, duhai ayahku, syurga Al-Firdaus kesudahanmu, duhai ayahku, kepada Jibril jua kami bertakziah mengenai kewafatanmu"
SIKAP UMAR
Di hari itu Umar telah berdiri di hadapan khalayak ramai dan mengikut riwayat menceritakan bahawa beliau telah terkeluar dari kewarasannya dengan berkata: "Sebenarnya terdapat beberapa orang munafiqin telah menyebut bahawa Rasulullah s.a.w telah wafat, sesungguhnya Rasulullah s.a.w tidak wafat, cuma beliau pergi menemui Tuhannya seperti Musa bin Amran pergi menemui Tuhannya, Musa menghilang diri untuk selama empat puloh malam, kemudian Baginda pulang semula setelah orang berkata, yang Musa telah mati. Demi Allah, Rasulullah s.a.w pasti akan pulang semula, sesiapa yang menyangka bahawa Rasulullah s.a.w telah wafat mesti dipotong tangan dan kaki-kaki mereka.
PENDIRIAN ABU BAKR
Abu Bakr memecut kudanya, berlari dari rumahnya di As-Sanh, sesampainya ke perkarangan masjid beliau terus masuk ke dalam masjid. Tanpa bercakap sepatah pun dengan orang ramai beliau memasuki bilik Aisyah menuju ke tempat Rasulullah s.a.w yang sedang berbaring ditutupi dengan kain. Beliau membuka tutupan muka Rasulullah s.a.w (s.a.w, terus memeluk dan mencium muka Rasulullah s.a.w sambil menangis dan berkata: "Demi dikaulah ibu ayahku, Allah tidak akan mengenakan kau dua kematian, adapun kematian yang ditulis ke atas mu ini sudah kau hadapinya".
Setelah itu Abu Bakr dan Umar keluar menemui orang ramai, di mana Abu Bakr berkata: "Wahai Umar sila duduk" Namun Umar enggan untuk duduk. Orang ramai pun melingkungi Abu Bakr dan membiarkan Umar di situ. Abu Bakr berucap kepada sidang hadirin dengan katanya: "Adapun selepas tahmid dan syukur maka ingin ku menyebut di sini, sesiapa di antara kamu yang menyembah Muhammad sesungguhnya Muhammad telah mati dan sesiapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah itu hidup dan tidak akan mati ".
Kemudian beliau membaca ayat Allah:
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (yakni murtad). Maka sesiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur".
Ali-Imran : 144
Kata Ibn Abas: Demi Allah, di masa itu manusia ramai bagaikan tidak mengetahui bahawa Allah telahpun menurunkan ayat ini kecuali setelah Abu Bakr membacanya, dengan itu orang ramai pun menerima dan membacanya.
Kata Ibn Al-Musaiyab: Umar telah menyebut: "Demi Allah, sebaik sahaja aku terdengar apa yang diunggapkan oleh Abu Bakr itu aku terasa kakiku sudah tidak berdaya lagi untuk berdiri, memanglah aku terus terhumban ke tanah sebaik sahaja mendengar apa yang dibaca oleh Abu Bakr itu, kerana aku sudah dipastikan dengan kewafatan Rasulullah s.a.w".
KAFAN DAN PERSEMADIAN JASAD MULIA BAGINDA KE PEMBARINGAN TERAKHIR
Telah timbul perselisihan pendapat di antara para sahabat sebelum urusan perkafanan mengenai persoalan khalifah. Berlakulah perbahasan dan perdebatan di antara kaum Muhajirin dan Al-Ansar di halaman rumah Banu Sa'adah yang mana akhirnya mereka semua bersetuju melantik Abu Bakr sebagai khalifah Rasulullah s.a.w. Perbahasan ini memakan masa hingga ke akhir hari Isnin, malah hingga masuk ke malam berikut menyebabkan orang ramai turut sibuk. Pengkembumian jasad Baginda tertangguh hingga ke malam Selasa malah hingga menjelang subuh hari berikut, di mana jasad Rasulullah s.a.w yang penuh berkat itu terletak di tempat tidurnya, tertutup dengan kain menyebabkan ahli keluarga Baginda menutup pintu rumah.
Di hari Selasa barulah diuruskan mandi jasad Rasulullah s.a.w tanpa membuka bajunya, mereka yang bertugas memandikan Baginda ialah Al-'Abbas, Ali, Al-Fadhl dan Qatham (kedua-dua anak Al-'Abbas), Syaqran (hamba Rasulullah s.a.w), Usamah bin Zaid dan Aws bin Khawli. Abbas, Al-Fadhl dan Qatham membalikkan badan Rasulullah s.a.w, Usamah dan Syaqran menjiruskan air, Ali menggosoknya sedang Aws pula menyandarkan Rasulullah s.a.w ke dadanya. Kemudian mereka semua mengkafankan jasad Rasulullah s.a.w di dalam tiga lapis kain kafan berwarna putih tenunan dari Al-Yaman, tidak berbaju atau berserban. Dikafannya jasad Rasulullah s.a.w ke dalam ketiga-tiga lapisan kain kafan tadi dengan cermat dan penuh hemat.
Di saat pekebumian sekali lagi kaum muslimin berikhtilaf tempat persemadiannya, namun kesudahannya Abu Bakr bangun dan berkata: "Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah s.a.w pernah berkata: Tidak dimatikan mana-mana nabi kecuali di tempat itulah ia disemadikan". Justeru itu maka Abu Talhah pun mengangkat tempat tidur Rasulullah s.a.w dan digalinya lubang sebagai kubur berliang lahad.
Sebelum itu kaum muslimin masuk membanjiri bilik Rasulullah s.a.w dengan bertali arus sepuluh selepas sepuluh, menunaikan solat jenazah, masing-masing tanpa imam. Mula-mula sekali Baginda disembahyangi oleh keluarga Baginda, kemudian Muhajirin diikuti oleh Al-Ansar. Kaum wanita bersembahyang selepas kaum lelaki diakhiri oleh lapisan kanak-kanak.
Kesemuanya ini diselenggarakan pada hari selasa sehari suntuk, malah hingga ke malam Rabu. Kata Aisyah: "Kami bagaikan tidak menyedari pengkebumian kecuali setelah kami terdengar suara cangkul menggali tanah di tengah malam yakni malam Rabu.
MUHAMMAD SALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM NABI YANG TERAKHIR
Nabi Muhammad 'Alaihi Wasallam ialah Nabi yang ter-akhir dan tidak ada Nabi selepasnya. Ini adalah kata sebulat suara umatIslam (ijma'). Di dalam agama pula dikenal dengan suatu perkara yang mesti dipercayai ('Aqidah). Sepotong Hadith Nabi yang bermaksud:
"Aku dan Para Anbiya' sebelumku 'ibarat satu bangunan yang dibina oleh seorang laki-laki. Lalu ia membinanya dengan baik dan dipercantikkannya kecuali pada tempat sekeping batu-bata pada suatu sudut. Maka orang ramai datang mengelilinginya dan kagum melihat dan berkata mengapa tidak diletakkan seketul batu-bata di tempa yang kosong itu, maka akulah batu-bata itu dan akulah penyudah segala Nabi".
Pertautan dan hubung-kait da'wah Nabi Muhammad 'Alaihi Wasallam dengan da'wah para Anbiya' terdahulu adalah bertujuan memperkuat dan memperkemas atau sebagai kesimpulan dan penutupan, sepertimana yang dapat difahamkan dari Hadith yang tersebut di atas. Ini tegas sekali bila melihat di mana da'wah para Anbiya' seluruhnya bersendarkan dua asas yang penting:
1. 'Aqidah kepercayaan.
2. Perundangan dan akhlaq.
Dari segi 'aqidah kepercayaan langsung tidak berubah sejak Nabi Adam 'Alaihi Sallam hinggalah ke zaman Nabi Muhammad SallaLlahu 'Alaihi Wasallam, Nabi yang terakhir, iaitu kepercayaan kepada Allah Yang Esa. Mensucikan Allah dari sifat- sifat kekurangan dan percayakan hari akhirat, hisab amalan manusia, syurga dan neraka. Tiap Nabi menyeru kaumnya kepada kepercayaan tersebut dan tiap Nabi juga menyokong dan menegaskan apa yang dibawa oleh Nabi yang terdahulu darinya.
Rangkaian pengutusan para Anbiya' sekeliannya menunjukkan kepada kita yang nabi-nabi semuanya di utus supaya menyeru manusia ke arah keimanan dengan Allah 'Azza wa jalla Yang Esa, seperti yang dinyatakan dalam kitabNya: Yang bermaksud:
"Diturunkan kepada kamu sekelian agama sepertimana yang diutuskan kepada Nuh dan yang diwahyu kepada seperti juga yang diutuskan kepada Ibrahim, Musa dan Harun agar kamu menegakkan agama dan jangan berpecah-belah kerananya."
Asy-Syuura 42 : 13
Malah langsung tidak tergambar kepada kita yang seruan para Anbiya' itu akan berlainan di antara satu dengan yang lain mengenai soal 'aqidah, sebab soal 'aqidah adalah soal berita dan perkhabaran dan tidak akan berlainan perkhabaran dan berita dari seseorang itu sekiranya perkara itu benar. Tidak diterima oleh 'aqal manusia bahawa Allah telah mengutus seorang Nabi mengatakan Allah itu tiga-Maha Suci Allah, kemudian diutuskan seorang Nabi lain mengatakan bahawa Allah itu Esa dan kedua-dua perkhabaran itu kemudian dianggap benar belaka. Ini tidak mungkin berlaku. Ini bersangkut dengan 'aqidah, bersangkut dengan tasyri' (perundangan). Perundangan (ahkam) ini pula bertujuan mengatur penghidupan sesebuah masyarakat. Peribadi manusia adalah berbeda kualiti dan kuantitinya sesuai dengan pengutusan seseorang nabi itu, sebab tasyri' itu bukanlah untuk menyampaikan perkhabaran dan berita semata-mata tetapi bertujuan untuk mengadakan dan mewujudkan masyarakat yang sempurna. Sudah barang pasti di mana masa dan keadaan sesuatu kaum itu memberi kesan dan pengaruh-pengaruh terhadap perkembangan perundangan sebab timbulnya undang-undang itu adalah demi muslihat dan kepentingan serta faedah manusia. untuk dunia dan akhirat. Pengutusan nabi-nabi yang terdahulu adalah semata-mata untuk kaum itu sahaja tidak merupakan pengutusan yang menyeluruh. Justeru itu maka implikasinya terhadap perundangan tasyri' adalah nyata sekali. Umpamanya pengutusan Musa 'Alaihi Sallam kepada Bani Israel adalah untuk bangsa dan zaman itu sahaja. Dikatakanundang-undang yang diturunkan untuk Bani Israel itu sesuai untuknya kerana undang- undang itu nyata keras dan memangsesuai dengan bangsa yang bersifat keras kepala. Apa yang dibawa oleh Nabi 'Isa pula adalah sederhana sedikit dari apa yang dibawa oleh Nabi Musa tadi. Perkara ini nyata sekali kalau diperhatikan apa yang ditegaskan oleh Allah dalam kitab Al-Qur'an Yang bermaksud:
"Membenarkan apa yang dihadapanKu iaitu Kitab Al- Taurat dan menghalalkan separuh dari apa yang diharamkan ke atas kamu dahulu. "
Ali-Imran 3 : 50
Apa yang dibawa oleh Nabi 'Isa adalah membenarkan dan menegaskan apa yang dibawa oleh Al-Taurah mengenai soal 'aqidah dan kepercayaan, dan yang bersangkut dengan hukum tasyri' ada sedikit perubahan iaitu kelonggaran dari yang dahulu. Kesimpulan yang dapat kita ambil dari sini ialah, tiap pengutusan itu mengandungi 'aqidah dan tasyri'. Kepercayaan dan 'aqidah yang dibawa oleh seseorang Nabi itu fungsinya menguat dan menyokong 'aqidah Anbiya' yang terdahulu. Sedangkan syari'at pula fungsinya membatal dan memansuhkan syari'at para Anbiya' dahulu dan kadangka lanya menyokong yang lama. Justeru itu maka tidak ada agama dan 'aqidah Ilahi berbilang-bilang dan beranika corak tetapi sebaliknya terdapat berbagai syari'at Ilahi yang kemudian memansuhkan yang dahulu dan yang baharu membatalkan yang lama, hinggalah sampai kepada syari'at yang terakhir disudahi dengan Nabi yang terakhir. 'Aqidah dan agama yang benar itu satu. Tiap Nabi dan Rasul yang diutuskan mulai dari Adam 'Alaihi sallam hingga ke Nabi Muhammad semuanya menyeru manusia kepada agama yang satu iaitu agama Islam. Lantaran Islam maka diutuskan Ibrahim, Isma'il dan Ya'qub 'Alaihi sallam seperti firman Allah: Yang bermaksud:
"Sesiapa yang enggan dengan agama Ibrahim kecuali manusia yang memperbodohlcan diri sendiri, Kami telah pilihnya di dunia dan sesungguhnya di akhirat dia adalah dari golongan salih. Ketika Allah menyerunya supaya beriman (menyerah diri kepada Allah) jawabnya; telahpun aku serahkan dinku kepada Allah Tuhan sekelian 'alam dan Ibrahim telah berwasiat kepadaanak-anaknya, demikian pula Ya'qub dengan katanya: Hai anakku, sesungguhnya Allah telah memberi untukmu agama dan jangan sekali-kali kamu mati kecuali kamu adalah orang Islam."
Al-Baqarah 2:130 - 132
Dengan 'aqidah inilah juga Allah mengutus Nabi Musa kepada keturunan Israel di rnana Allah telah menceritakan tentang ahli sihir Fir'aun yang telah beriman dengan Nabi Musa.
Firman Allah Yang bermaksud:
"Ahli-ahli sihir itu menjawab: sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali. Dan Kamu tidak membalas dendam dengan menyiksa kami, melainkan kerana kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami. Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan kami menyerah din kepadaMu."
Al-A'raaf 7:125 - 126
Dengan 'aqidah ini jugalah Tuhan mengutus 'Isa 'Alaihi sallam, di mana Tuhan telah menceritakan tentang kaumnya yang telah beriman dengan ajaran yang dibawanya. Firman Tuhan Yang bermaksud:
"Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menyerahkan din."
Ali-'Imran 3 : 52
Mungkin ditimbulkan pertanyaan. Kenapakah rnereka yang mengaku sebagai pengikut-pengikut Nabi Musa mempunyai'aqidah tersendiri ddak kena mengena dengan 'aqidah keesaan yang dibawa oleh para Anbiya'? Dan mengapakah mereka yang mengaku sebagai pengikut Nabi 'Isa menganuti suatu 'aqidah yang tersendiri? Sebagai jawapannya kita sarankan dalil Al-Qur'an: Yang bermaksud:
"Sesungguhnya agama di sisi ALlah hanyalah Islam. Tidak berselisih orang-orang yang diberi Al Kitab kecuali setelah datangpengetahuan kepada mereka, kerana berdengkian di antara mereka."
Ali-'Imran: Ayat 19
Dan tegas Tuhan lagi dalam surah ASy-Syura Yang bermaksud:
"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang tehh diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu. "
Asy-Syura 42:13
"Dan mereka (abli kitab) tidak berpecah-belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka kerana kedengkian antara mereka. Kalau tidak kerana suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu nya (untuk menangguhkan 'azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka benar-benar berada dalam keraguan yang mengejutkan tentang kitab itu."
Asy-Syura 42:14
Para Anbiya' diutuskan bersama-sarna mereka yang Islam, agama yang diakui oleh Allah. Ahli Kitab mengetahui bahawa agama itu satu dan diutuskan nabi-nabi untuk memberi sokongan kepada nabi-nabi yang terdahulu.
Apabila Yahudi Taima', menerima berita penyerahan diri oleh Yahudi Khaibar diikuti oleh penduduk Fadak dan Wadi Al-Qura maka mereka tidak membuat sebarang penentangan terhadap tentera Islam. Malah terlebih dahulu mereka menghantar wakil untuk mengadakan perundingan perdamaian, Rasulullah s.a.w bersenang hati menerima hasrat mereka, sehingga dengan itu mereka dapat meneruskan pemilikannya ke atas harta benda mereka. Justeru Rasulullah s.a.w menulis surat perjanjian untuk msndokumenkan kepada mereka risalah jaminan, berikut nasnya: "Ini adalah risalah dari Muhammad Rasulullah s.a.w untuk Banu 'Adiya, sesungguhnya untuk mereka tanggungjawab, sebagaimana mereka berkewajipan mengeluar ufti (jizyah), tiada penentangan maka tiada perpindahan". Risalah ini ditulis oleh Khalid bin Said.
KEMBALI KE MADINAH
Sesudah itu Rasulullah s.a.w pun mula bergerak menuju ke Madinah. Di dalam perjalanan pulang itu Baginda berjalan sepenuh malam dan tidur di akhir malam di suatu tempat, dengan berkata kepada Bilal: Malam telah melindungi kita, beliau pun tertidur dengan bersandar pada binatang tunggangannya tak seorang pun sedar kecuali setelah cahaya matahari menikam mereka, orang pertama terjaga ialah Rasulullah s.a.w dengan itu Baginda pun keluar dari lembah itu mendahului tenteranya kemudian Baginda menunaikan solat subuh bersama kalian hadirin. Ada pendapat mengatakan kisah ini berlaku di dalam peristiwa lain.
Setelah meneliti huraian peperangan Khaibar, jelaslah kepulangan Rasulullah s.a.w dari Khaibar ialah dipenghujung bulan Safar atau di bulan Rabiul Awwal tahun ke tujuh (7) Hijrah.
UMRAH AL-QADA'
Al-Hakim menyebut dengan katanya: Di dalam beberapa hadith yang mutawatir, meriwayatkan bahawa sebaik sahaja menjelangnya bulan Zulkaedah, Baginda memerintah para sahabat menunaikan umrah yang tertangguh dahulu, sesiapa yang menyertai di dalam perjanjian Al-Hudaibiyyah dahulu tidak boleh mengecualikan diri, dengan itu mereka semua pun keluar menuju ke Makkah terkecuali mereka yang mati syahid. Turut serta ialah sahabat-sahabat yang lain yang ingin mengerjakan umrah pada tahun ini, jumlah semua peserta ialah dua ribu selain kaum wanita dan kanak-kanak.
Rasulullah s.a.w melantik 'Uwaif Abu Rahm al-Ghiffari sebagai Amir Madinah semasa ketiadaan Baginda. Di dalam perjalanan umrah dituntun bersama unta-unta yang gemuk. Najiyah bin Jundub Al-Aslami diberi tugas untuk mengurus ternakan ini. Baginda memulakan ihram umrah dari miqat zul Hulaifah. Dari situ Baginda memulakan talbiah yang diikuti oleh sekalian kaum muslimm yang bersamanya. Baginda keluar dengan persiapan senjata dan persediaan berperang, takut-takut Quraisy melakukan pengkhianatan. Setibanya di "Ya'jaj" Baginda melucutkan semua senjata-senjata tadi seperti perisai kulit, pelontar peluru, tombak dan anak panah. Untuk mengawalnya Rasulullah s.a.w melantik Aws bin Khawli Al-Ansar dengan dua ratus (200) orang yang lain bersama beliau. Baginda memasuki Kaabah dengan senjata-senjata dan pedang tersarung. Di dalam perjalanan ke Kaabah Baginda menunggang unta "Al-Qaswa". Semua kaum muslimin membawa pedang yang tersarung dengsn keadaan merenung ke arah Rasulullah s.a.w dan mereka bertalbiah.
Kaum musyrikin telah beredar dari Kaabah pergi ke Bukit "Qaiyqu'an" bukit di sebelah utara Kaabah bertujuan untuk melihat kaum muslimin dari sana, mereka telahpun berkata-kata sesama mereka: Tengok tu, mereka keletihan dengan demam panas Yathrib. Rasulullah s.a.w memerintah supaya berlari anak di ketiga-tiga pusingan. Manakala semasa berada di antara dua rukun Baginda memerintah supaya berjalan sahaja pada kesemua pusingan, kerana itu adalah sunat, Sebab Rasulullah s.a.w menyuruh demikian adalah bertujuan memperlihatkan kepada kaum musyrikin kekuatan dan kelasakan mereka, Rasulullah s.a.w juga memerintah supaya mereka mendedah kepala bahu kanan mereka serta meletakkan hujung kain ihram di atas kepala bahu kiri.
Rasulullah s.a.w memasuki Kaabah melalui lorong yang boleh di lihat "Al-Hajjun" kerana kaum musyrikin sedang memerhati kaum muslimin dari situ, Rasulullah s.a.w bertawaf dengan laungan talbiah sehingga apabila mendekati penjuru Hajarul Aswad Baginda menyentuhnya dengan tongkat, kemudian menyambung tawaf seterusnya, upacara ini di ikuti oleh kalian kaum muslimin, semasa bertawaf Abdullah bin Rawahah yang berada di hadapan Rasulullah s.a.w mendendangkan madahnya sambil menghunus pedangnya:
Elakkan keluarga kafir kerjakan
Biar kebaikan hanya pada Rasul utusan
Tuhan Rahman memberi anugerah
Pada Al-Quran terbaca ke atas Nabi hantaran
Membunuh di jalan Allah sebaik-baik tindakan
Pukulan menepati suruhan Al-Quran
Tetakan mencerai kepala dari badan
Membingungkan kawan dari taulan
Di dalam satu hadith riwayat Anas, Umar telah menyebut dengan katanya: Wahai Ibnu Rawahah! Di hadapan Rasulullah s.a.w dan di dalam Baitullah Al-Haram boleh kau berdendang madah syairmu? Jawab Rasulullah s.a.w: Biarkan dia Wahai Umar, hiburan semacam itu lebih menusuk hati-hati mereka dari tikaman anak panah.
Rasulullah s.a.w bersama kaum muslimin berlari tiga pusingan, maka apabila kaum musyrikin melihat cara mereka bertawaf ini, lantas mereka berkata: Eh, mereka yang kita sangka demam, keletihan dan tidak bermaya, nampaknya lebih gagah dari apa yang kita sangka.
Setelah selesai bertawaf Rasulullah s.a.w terus bersaie' di antara As-Safa' dan Al-Marwah, sesudahnya Rasulullah s.a.w berdiri di Marwah lantas berkata: Inilah tempat penyembelihan malah setiap penjuru Makkah ini adalah tapak penyembelihan, justeru itu Rasulullah s.a.w pun menyembelih di Al-Marwah dan bercukur. Dengan itu semua kaum muslimin yang berumrah itu mencontohi apa yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. Setelah semua mereka berbaris barulah Rasulullah s.a.w mengutus sekumpulan para sahabat ke Ya'jaj untuk mengambil tempat mereka yang menjaga senjata, supaya memberi kesempatan kepada mereka mengerjakan peribadatan umrah, dengannya maka sempurna sudah semua jemaah menunaikan peribadatan mereka.
Rasulullah s.a.w bermukim di Makkah selama tiga hari, di subuh pagi hari keempat sekumpulan orang-orang Quraisy menemui Ali bin Abi Talib dan berkata kepadanya: Beritahukan kepada teman mu itu supaya keluar dari sini kerana tempohnya sudah tamat. Dengan penuh kerelaan hati Rasulullah s.a.w pun bergerak keluar dari Kaabah dan singgah di "Saraf".
Semasa Rasulullah s.a.w hendak beredar keluar dari Makkah anak perempuan Hamzah mengikuti perjalanan Rasulullah s.a.w dan melaung dengan katanya: Pak cik, Pak cik, Rasulullah s.a.w segera mendapatinya. Jaafar, Ali dan Zaid bertelingkah untuk mendapat hak penjagaan puteri Hamzah Syed Asy-Syuhada'', Rasulullah s.a.w membuat keputusan dengan menyerah anak tadi kepada Jaafar kerana emak saudaranya bersama Jaafar.
Di dalam perjalanan umrah ini Baginda (s.a.w) berkahwin dengan Maimunah binti Al-Harith Al-Amiriyah, di mana Rasulullah s.a.w sebelum memasuki Makkah telah mengutus Jaafar bin Abi Talib yang sedang berada di hadapannya untuk menemui Maimunah. Maimunah telah menyerahkan urusannya kepada Al-'Abbas, kerana kakaknya Ummu Al-Fadhl bersama Al-'Abbas dengan itu Al-'Abbas pun mengahwinkannya kepada Rasulullah s.a.w sewaktu Rasulullah s.a.w bergerak keluar dari Makkah dan melantik Abu Rafi'e sebagai pemegang amanah di Makkah untuk membawa Maimunah keluar dari Makkah. Semasa di Makkah, Rasulullah s.a.w menidurinya sewaktu Baginda berada di Saraf.
Umrah ini dinamakan umrah Al-Qada', boleh jadi kerana mengganti umrah yang tertangguh semasa perjanjian Al-Hudaibiyyah, atau kerana penunaian umrah ini merupakan pelaksanaan kepada salah satu syarat perjanjian Al-Hudaibiyyah yang dipersetujui dahulu. Pendapat yang kedua adalah pendapat yang ditarjehkan (ditekankan) oleh parapengkaji (Al-Muhaqqiq). Umrah ini dikenali dengan empat namanya iaitu: Umrah Al-Qada', Umrah Al-Qadiah, Umrah Al-Qisas, dan Umrah As-Solh.
PEPERANGAN MU'TAH
Peperangan Mu'tah ini merupakan peperangan terbesar, padanya berlaku pertempuran yang sengit dan berat, peperangan yang berdarah, yang pernah diharungi oleh tentera Islam khusus semasa hayat Rasulullah s.a.w. lanya merupakan sebagai muqadimah dan persiapan kepada pembukaan-pembukaan Islam ke atas bumi-bumi Nasara, peristiwa berlaku di bulan Jamadilawal di tahun kelapan (8) Hijrah, bersamaan bulan Ogos atau September tahun 629 Masihi.
Mu'tah sebuah kampung terletak di bahagian bawah daerah Balqa' di negeri Syam di antara Balqa' dait Baitui Muqaddis, dua marhalah.
Faktor kejadian:
Kes terjadinya peperangan ini ialah di mana Rasulullah s.a.w menghantar utusannya Al-Harith bin Umar Al-Uzdi dengan sebuah risalah kepada pembesar di daerah Basra, tetapi Syurahbil bin Umar al-Ghassani, Gabenor Bandar Balqa' negeri Syam bagi pihak Qaisar Rom telah menangkap Al-Harith dan memberkasnya kemudian diserahkannya kepada Qaisar dan Qaisar pula bertindak memancung lehernya.
Pembunuhan mana-mana utusan dan perwakilan merupakan di antara sebesar-besar jenayah, tindakannya menyamai dengan pengisytiharan perang, malah lebih berat lagi dari itu. Tindakan itu suatu perkara yang amat berat bagi Rasulullah s.a.w, sebaik sahaja berita mengenainya sampai ke pengetahuan Rasulullah s.a.w, Baginda terus mengerakkan satu kontijen tentera dengan kekuatan seramai tiga ribu (3,000) orang askar, ianya adalah tentera Islam yang terbanyak, yang belum pernah dikerahkan oleh Rasulullah s.a.w selain daripada peperangan Al-Ahzab.
PEMIMPIN-PEMIMPIN TENTERA DAN PESANAN RASULULLAH S.A.W KEPADA MEREKA
Pimpinan kontinjen tentera Islam ini diserahkan kepada Zaid bin Harithah, seterusnya Rasulullah s.a.w berpesan: Sekiranya Zaid gugur maka Jaafar mengambil tempatnya dan seandainya Jaafar turut gugur syahid, maka Abdullah bin Rawahah pula tampil mengambil teraju kepimpinan tentera Islam, di sini Rasulullah s.a.w menyerahkan mereka sebuah bendera putih yang diberinya ke tangan Zaid bin Al-Harithah.
Rasulullah s.a.w memesan mereka supaya mereka melalui kawasan di mana Al-Harith bin Amir dibunuh, dan supaya mengajak orang-orang di sana kepada Islam, sekiranya mereka berdegil maka hendaklah setelah memohon pertolongan dari Allah memerangi mereka dengan ungkapan sabdanya yang bermaksud: Ayuh! dengan Nama Allah seranglah mereka yang kufur dengan Allah, janganlah kamu khianati atau menyamun, jangan bunuh anak-anak kecil atau perempuan, atau tua lara, atau orang bertapa di biara, jangan kamu tebang kurma-kurma atau pokok-pokok dan jangan roboh bangunan-bangunan.
UCAPAN SELAMAT JALAN KEPADA TENTERA ISLAM DAN TANGISAN ABDULLAH BIN RAWAHAH
Di saat tentera Islam bersedia untuk bergerak keluar meninggalkan Madinah seluruh kaum muslimin di Madinah keluar untuk mengucap selamat jalan kepada tenteranya itu, ucap selamat jalan khusus kepada pemirnpin-pemimpin tentera Islam, ucapan selamat sejahtera kepada mereka sekalian, di saat yang penuh hiba dan gembira itu salah seorang pemimpin tentera Abdullah bin Rawahah, menangis, bila ditanya kenapa beliau menangis, jawab beliau: Demi sesungguhnya ku menangis ini bukan kerana cintakan dunia, atau pilu meninggalkan kamu, tetapi daku telah mendengar Rasulullah s.a.w membaca sepotong ayat Allah yang memperingatkan daku mengenai api neraka:
"Tidak ada seorang pun di antara kamu, melainkan mendatangi neraka, demikian itu suatu ketetapan yang diputuskan oleh Tuhanmu"
Maryam : 71
Daku tidak tahu bagaimana daku boleh melepasinya selepas mendatanginya? Maka jawab kalian kaum muslimin: Semoga Allah iringi kamu dengan kesejahteraan, mempertahankan kamu, dan dikembalikan kamu ke dalam kalangan kami sebagai golongan solihin dan memperolehi rampasan-rampasan, justeru itu Abdullah bin Rawahah menjawab mereka dengan madah syairnya:
Dari Rahman ku pohon keampunan
Pukulan pedangku, ketangkasan terbukti
Tanganku menusuk tikaman
Dengan sekali, menembus perut dan hati
Kubu di tanya: "Siapa pahlawan ini?"
Dialah pejuang berani
Mendapat bimbingan Ilahi
Kemudian orang ramai keluar bersama-sama Rasulullah s.a.w untuk memberi ucap selamat jalan kepada mereka, pahlawan-pahlawan Islam yang akan mara ke medan perang yang amat jauh. Baginda berjalan hingga sampai Thaniyat Al-Wada' di situ Baginda berhenti dan melambai tangan mengucap selamat jalan.
PERGERAKAN TENTERA ISLAM DAN TENTANGAN YANG MENGEJUT LAGI MENGGERUNKAN
Tentera Islam terus mara ke utara hingga sampai ke kawasan bernama Ma'an dalam jajahan negeri Syam ianya terletak di utara bumi Hijaz, di situ mereka telah mendapati berita, bahawa Hercules sudah pun bergerak dengan tenteranya ke tempat bernama Ma'ab di daerah Al-Balqa' dengan seratus ribu tentera Rom, kemudian turut bergabung dengannya qabilah-qabilah Arab: Lakham, Juzam, Balqin, Bahra'a dan Bila dengan kekuatan mereka seramai seratus ribu orang.
MAJLIS PERMESYUARATAN DI MAAN
Sebenarnya tentera Islam sedikit pun tidak menyangka bahawa mereka akan berhadapan dengan bilangan tentera yang sebegini ramai, yang mengejutkan itu, di suatu bumi yang jauh dari Al-Madinah, tempat mereka datang, apakah wajar tentera yang kecil bilangannya bertindak menyerang tentera yang besar bak lautan yang tidak bertepi itu, yang seramai dua ratus ribu itu? Tentera Islam menjadi serba salah, dua malam berturut-turut mereka memikirkan tindakan selanjutnya, selepas itu kata mereka: kita tulis surat kepada Rasulullah s.a.w, menceritakan kepada Baginda bilangan musuh kita, lepas itu mungkin Rasulullah s.a.w menghantar bantuan atau menyuruh kita dengan sesuatu arahan yang akan kita patuhinya.
Tetapi Abdullah bin Rawahah membangkang pendapat tersebut dengan katanya: Wahai kalian, demi Allah sesungguhnya yang kamu tidak suka, itulah sebenarnya yang kamu semua keluar kerananya, mati syahid, kita tidak memerangi manusia dengan bilangan kita yang banyak atau dengan kekuatan dan persenjataan, kita tidak memerangi mereka kecuali dengan agama ini yang dikurniakan oleh Allah kepada kita sehingga kita menjadi mulia, ayuh marilah kamu ke hadapan ambillah salah satu kebaikan: Kemenangan mengatasi seteru atau mati syahid. Akhirnya sekalian mereka pun bersetuju dan berpuas hati dengan pendapat Abdullah bin Rawahah.
TENTERA ISLAM BERGERAK KE ARAH MUSUH
Setelah dua malam berturut-turut tentera Islam bermesyuarat, di mana berakhir dengan persetujuan menerima pendapat Abdullah bin Rawahah, justeru itu seluruh tentera Islam pun bergerak ke arah musuh. Di salah sebuah kampung Balqa' mereka bertembung dengan sekumpulan tentera Hercules di tempat bernama Masyarif. Tentera musuh cuba menghampiri mereka, tetapi tentera Islam membelok ke suatu kawasan dikenali sebagai Mu'tah di sana mereka mengambil tempat dan menyusun strategi, unit kanan diletak dibawah pimpinan Qutbah bin Qutadah Al-Uzri manakala unit kiri di bawah pimpinan Ubadah bin Malik Al-Ansari.
PERMULAAN PEPERANGAN DAN PIMPINAN SILIH BERGANTI
Di bumi Mu'tah kedua-dua kumpulan bertemu, peperangan sengit pun bermula, tiga ribu (3,000) tentera menghadapi serangan dua ratus ribu (200,000) tentera. Satu peperangan luar biasa yang pernah dunia menyaksikannya dengan kehairanan dan keajaiban, tetapi inilah yang dikatakan: Apabila iman menyemarak dijiwa, maka beriakulah perkara-perkara luar biasa".
Panji peperangan pun dipegang oleh Zaid bin Harithah orang kesayangan Rasulullah s.a.w, beliau merempuh serangan musuh penuh keberanian tiada tara, terus beliau mengasak hinggalah beliau terkena tikaman musuh, membawa beliau terkorban sebagai seorang syahid.
Dengan itu panji Islam terus diambil oleh Jaafar bin Abi Talib, beliau pun tidak kurang dari Zaid bin Harithah, hingga apabila beliau terasa berat berperang dengan kuda, beliau melompat dari kudanya yang berwarna perang itu lantas disembelihnya, kini beliau bertempur di bawah, hingga apabila tangan kanannya terputus maka panji Islam itu dipegang dengan tangan kirinya, dan setelah tangan kirinya terpotong pula, lalu diapit bendera itu dengan dua belah lengannya. Dengan keadaan begini beliau terus menjulang bendera Islam hinggalah beliau gugur syahid, ada pula pendapat mengatakan yang beliau telah ditetak oleh seorang Roman hingga terputus dua, dan kemudian Allah menggantikannya dengan dua sayap yang memboleh beliau berterbangan di dalam syurga Allah, ke mana sahaja yang beliau mahu, kerana itu beliau dikenali sebagai Jaafar al-Tayyar dan Jaafar Zul Al-Janahain.
Al-Bukhary meriwayatkan dari Nafi' bahawa Ibnu Umar telah menceritakan kepadanya semasa beliau mendapati Jaafar telah syahid, dibadannya terdapat kesan-kesan pukulan dan tikaman sebanyak lima puluh liang, tidak ada satu pun di sebelah belakangnya.
Di dalam satu riwayat yang lain kata Ibnu Umar: Ku bersama mereka di dalam peperangan berkenaan, kami mencari Jaafar, kami dapati beliau di antara yang terbunuh syahid, kami melihat pada jasadnya lebih sembilan puluh liang tikaman dan tetakan yang telah disebut dalam riwayat Al-Umri dari Nafi'. Dan kami telah mendapati kesemuanya itu dari sebelah hadapan jasadnya.
Di ketika Jaafar gugur selepas pertarungan yang sengit itu maka bendera Islam dicapai oleh Abdullah bin Rawahah, dengan itu beliau pun terus memecut kudanya mara ke hadapan, beliau teragak-agak untuk turun dari kudanya, hinggalah keadaan memaksa beliau, di sini beliau bermadah:
Duhai jiwa ku! ku bersumpah
kau pasti menghadapi kerelaan cabaran
kiranya sudah orang mencapainya
kenapa kau berlengah
membenci syurga Allah ?.
Beliau melompat turun, kemudian anak saudaranya menghadiahkan seketul daging dengan berkata: Makanlah buat menguat badanmu, hari ini kau menghadapi keadaan yang sama yang pernah kau alaminya. Beliau mengambilnya dan mengigit secebis kemudian beliau membuangnya. Lantas beliau menghunus pedangnya sambil mara ke hadapan dan terus bertarung hingga gugur sebagai syahid.
BENDERA BERPINDAH KE TANGAN PAHLAWAN PEDANG ALLAH
Serta merta seorang askar dari Banu 'Ijlan dikenali sebagai Thabit bin Arqam memegang bendera Islam sambil melaung: Wahai kalian tentera Islam, pilihlah seorang di antara kamu untuk tugas ini. Jawab kalian: Kamulah orangnya, kata Thabit: Aku tak bolehlah, akhirnya orang ramai bersetuju dengan Khalid bin Al-Walid. Apabila beliau memegang bendera terus beliau mengharungi kancah pertempuran yang sedang sengit. Al-Bukhary meriwayatkan dari Khalid Al-Walid katanya: Di hari Mu'tah itu sembilan bilah pedang telah terpatah di tanganku, yang kekal dan dapat bertahan hingga ke akhir peperangan hanya pedang Yamaniah. Dalam lafaz yang lain katanya: Di hari Mu'tah sahaja sembilan bilah pedang terpatah di dalam tangan ku, yang tahan hanya pedang Yamaniah ku.
Di hari peristiwa Mu'tah itu Rasulullah s.a.w telah menceritakan kepada sahabat melalui wahyu yang terturun kepada Baginda, sebelum beritanya dibawa orang dari medan perang. Sabdanya yang bermaksud: Bendera dibawa oleh Zaid, beliau jatuh kemudian ianya diambil oleh Jaafar dan beliau jatuh lantas diambil oleh Ibni Rawahah, Ibnu Rawahah pun gugur, di masa itu Rasulullah s.a.w berlenang air mata hinggalah bendera Islam dicapai oleh Pedang Allah maka dengannya pembukaan pun selamat terlaksana.
KESUDAHAN PEPERANGAN
Meskipun keberanian yang luar biasa dan kepahlawanan yang tiada tara bandingannya, namun ianya adalah suatu hal yang luar biasa juga, bagi sekumpulan tentera yang bilangannya kecil berbanding dengan tentera musuh yang ramai hingga menutupi bumi Mu'tah, memang luar biasa baginya untuk memenangi tentera Roman. Di dalam kegawatan suasana itu, Khalid bin Al-Walid telah memperlihatkan kecekapannya malah kebijaksanaannya untuk keluar dari keadaan yang cemas di mana mereka tersepit di dalam kancah pertempuran yang tidak diduga.
Beberapa riwayat yang berbagai, telah menceritakan khusus mengenai kesudahan peperangan ini. Setelah kita meneliti kesemua riwayat ini, nampaknya Khalid bin Al-Walid berjaya berhadapan dengan tentera Roman sepanjang hari. Sepanjang pengendalian, beliau merasakan amat perlu kepada satu taktik dan tipu helah peperangan guna untuk menimbulkan kegerunan di kalangan tentera Roman, supaya dengannya dapat beliau melepaskan dan membawa keluar tentera Islam dari kancah peperangan. Di masa yang sama tidak membiarkan tentera Roman memburu mereka. Sebenarnya beliau amat arif bahawa peluang untuk melepaskan tentera Islam dari suasana yang dihadapinya itu amat tipis, terutamanya dalam keadaan umat Islam berkecamuk malah pihak Roman pasti akan memburu mereka dari belakang.
Sebagai tindakan kepada rancangannya itu, sebaik sahaja subuh menjelang beliau menukar posisi tentera, dan menyusun semula kedudukan tentera Islam, dengan mengubah barisan hadapan ke belakang yang kiri ke kanan dan sebaliknya. Apabila tentera Roman melihat penyusunan baru mereka menyangka suatu keadaan lain, mereka menyangka bahawa tentera Islam mendapat bantuan, mereka mula merasa takut dan gerun, setelah mana kedua-dua .tentera berhadapan, pertempuran pun bermula, di sini Khalid bertindak berundur perlahan-perlahan ke belakang di samping mengekalkan sistem dan struktur tentera semasa mereka berundur, tentera Roman tidak pula memburu mereka kerana pada sangkaan mereka bahawa tentera Islam mengunakan taktik untuk memerangkap mereka di gurun padang pasir luas saujana mata memandang itu.
Beginilah caranya hingga pihak musuh pulang ke negaranya tanpa memikir untuk memburu kaum muslimin, dengan itu berjayalah Khalid untuk melepaskan tentera Islam dari ancaman, cengkaman dan buruan tentera Roman, akhirnya selamat pula mereka pulang kc Madinah.
KORBAN KEDUA-DUA BELAH PIHAK
Seramai dua belas (12) orang tentera Islam gugur syahid manakala bilangan tentera Roman tidak diketahui dengan sebenarnya, Walau macam mana pun dianggarkan angka kematian adalah tinggi.
KESAN PEPERANGAN
Meskipun tentera Islam tidak dapat menuntut bela, namun pergerakan ini telah menatijahkan kesan yang besar, dengannya kemasyhuran tentera Islam menjadi gah, membawa orang Arab secara menyeluiuh menjadi panik dan taajub, kerana Roman adalah kuasa besar dan gergasi bumi di masa itu. Pada mulanya orang Arab menyangka keberanian tentera Islam untuk berhadapan dengan tentera Roman itu adalah tindakan membunuh diri sendiri. Namun setelah tentera Islam dengan bilangannya yang kecil seramai tiga ribu (3,000) orang itu mencabar tentera Roman yang besar lagi gagah gerkasa seramai dua ratus ribu (200,000) orang itu, kemudian tentera Islam pulang ke Madinah tanpa mengalami kerugian yang berat, semuanya menjadi macam satu legenda, malah peristiwa ini, membuktikan bahawa tentera Islam adalah unik belum pernah bangsa Arab mengenali contoh umpama ini. Sesungguhnya mereka telah dibantu dan disokung oleh Allah (s.w.t), teladan mereka itu adalah Rasulullah s.a.w yang sebenar, maka justeru itulah kita dapati qabilah-qabilah Arab yang menjadi musuh ketat Islam, yang memusuhi Islam hinggalah ke saat sebelum peristiwa bersejarah itu, telah mengubah pendiriannya, di mana Banu Salim, Asyja', Ghatafan, Zibyan, Fazarah dan lain-lain telah memeluk Islam.
Peperangan ini merupakan permulaan kepada pertarungan berdarah dengan Roman di masa-masa hadapan, malah ianya juga sebagai landasan dan pendahuluan kepada pembukaan-pembukaan Islam ke atas-atas negeri-negeri Roman seterusnya penaklukan Islam ke atas negeri-negeri di belakangnya yang terletak jauh di sebaliknya.
PEPERANGAN ZAT AS-SALASIL
Setelah Rasulullah s.a.w mengenalpasti sikap qabilah-qabilah Arab yang mendiami perbatasan negeri Syam itu semasa peperangan Mu'tah, di mana mereka telah bersekutu dengan Roman melawan umat Islam, maka Rasulullah s.a.w merasa amat perlu sangat untuk bertindak penuh kebijaksanaan untuk memecahkan perpaduan di antara mereka dan Roman, dan seterusnya boleh membawa kepada perubahan sikap mereka untuk bersekutu dengan umat Islam supaya perpaduan mereka tidak berulang sekali lagi.
Bagi menjayakan perancangan Rasulullah s.a.w itu dan untuk menarik mereka kepada Islam, Baginda memilih Amru bin Al-Aas orang yang akan melaksanakan tindakan itu, kerana neneknya adalah dari qabilah Bila, Baginda mengutusnya di bulan Jamadilakhir tahun kelapail (8) Hijrah, selepas peperangan Mu'tah. Malah ada juga pendapat yang mengatakan bahawa: Telah sampai berita dari risikan Islam di mana sekumpulan banu Qudhaah telah berkumpul untuk menuju ke Madinah, justeru itulah maka Rasulullah s.a.w mengutus Amru bin Al-Aas, berkemungkinan dua sebab inilah yang mendorong Rasulullah s.a.w menghantar unit ini.
Rasulullah s.a.w menyerah bendera putih kepada Amru bin Al-Aas, dan bersama-samanya panji berwarna hijau, dengan kekuatan tiga ratus (300) orang dari kalangan Muhajirin dan Al-Ansar, bersama mereka tiga puluh ekor kuda, Baginda ntenyuruh beliau meminta bantuan dengan mana-mana qabilah Arab yang beliau lewati Bila, Uzrah dan Balqin. Beliau bergerak di malam hari dan berselindung di siang hari, apabila beliau mendekati kediaman qabilah berkenaan, didapati mereka dalam ketumbukan yang besar jumlahnya. Justeru itu beliau mengutus permohonan tambahan bantuan kepada Rasulullah s.a.w, dibawa oleh Rafie' bin Makith Al-Juhani. Dengan itu Rasulullah s.a.w pun mengirim satu unit tentera Islam di bawa pimpinan Abu Ubaidah Ibni Al-Jarrah dengan kekuatan seramai dua ratus (200) orang tentera keseluruhannya adalah kaum Muhajirin dan Al-Ansar turut bersama Abu Bakar dan Umar Ibni Al-Khattab.
Rasulullah s.a.w menyerah panji pimpinan kepada Amru Ibni Al-Aas, Baginda mengarah mereka supaya menemui Amru, kedua unit harus bergabung dan sekali-kali jangan berpecah. Setibanya Abu Ubaidah di tempat Amru maka beliau hendak mengimami sembahyang jemaah, lantas Amru membantah tindakannya itu dengan katanya: Sebenarnya kau sampai di sini sebagai bantuan dan aku tetap scbagai Amir, dengan itu Abu Ubaidah pun mematuhi Amru bin Al-Aas, di mana Amru mengimami sekalian yang hadir.
Sariyah Amru pun bergerak hingga memasuki negeri kediaman Qudhaah dan menawannya hingga kehujung perbatasan, di sana tentera Islam menemui himpunan musuh, dan terus mereka menyerang himpunan itu, kesudahannya mereka lari bertempiaran ke merata tempat.
Dari sana Amru mengutus Auf bin Malik Al-Asyja'i untuk menyampaikan berita kepada Rasulullah s.a.w tentang kepulangan dan keselamatan mereka serta laporan mengenai peperangan yang mereka harungi.
Zat As-Salasil adalah satu kawasan selepas Wadi Al-Qura di antaranya dan Madinah sepuluh hari perjalanan. Ibnu Ishak menyebut bahawa tentera Islam singgah di perairan kawasan Banu Juzam dikenali sebagai As-Salasil, maka tempat itu dinamakan Zat As-Salasil.
PENGUTUSAN ABU QUTADAH KE KHUDRAH
Penghantaan sariyah ini pada bulan Syaaban tahun kelapan (8) Hijrah, kerana Banu Ghatafan sedang berkumpul di Khudrah, ianya kediaman Banu Maharib di Najd, Rasulullah s.a.w mengutus Abu Qutadah bersama lima belas (15) orang tentera, di sana tentera Islam berjaya menghapus sebahagian dari tentera musuh di samping menawan dan merampas biri-biri musuh, Abu Qutadah berada di sana selama lima belas (15) malam.
PEPERANGAN PEMBUKAAN KOTA MEKAH (FUTUHAL MAKKAH)
Ibn Al-Qaiyim telah menyebut: "lanya satu pembukaan teragung yang dengannya Allah memuliakan agamanya, RasulNya, tenteraNya dan partiNya yang beramanah, dengannya juga Allah telah menyelamatkan negeri-negeriNya dan rumahNya yang telahpun ditetapkan sebagai tempat hidayah untuk seluruh alam, menyelamatkan dari tangan-tangan kafir dan musyrikin, ianya pembukaan yang turut bergembira olehnya penghuni-penghuni langit, lanjutan kemuliaannya melimpah ke angkasa cakerawala hingga dengannya maka berduyun-duyunlah manusia menganut agamaNya, hingga denganNya wajah bumi terukir seribu senyuman mekar".
SEBAB TERCETUSNYA PEPERANGAN
Telah kita sebutkan semasa memperkatakan mengenai peristiwa Al-Hudaibiyyah, di antara syarat perjanjian ialah:
Sesiapa yang ingin menyertai Muhammad dan bersekutu dengannya, beliau berhak berbuat denikian dan sesiapa yang ingin berpihak dengan Quraisy dan bersekutu dengannya beliau berhak berbuat demikian. Mana-mana qabilah yang bersekutu dengan mana-mana kem maka ianya dianggap sebagai sebahagian dari kem itu, mana-mana pelanggaran ke atas qabilah yang menyertai kem-kem tadi adalah dianggap sebagai pelanggaran ke atas kem secara langsung.
Berdasarkan syarat ini maka Khuza'ah telah bersekutu dengan Rasulullah s.a.w, manakala Banu Bakar pula menyertai Quraisy, dengan itu kedua-dua qabilah ini menikmati keamanan dan kesejahteraan, sedang sebelum ini kedua-duanya saling bermusuhan dan saling menuntut bela dan membalas dendam yang diwarisi sejak zaman jahiliyyah lagi. Dengan kedatangan Islam dan termeterainya perjanjian keamanan Al-Hudaibiyyah maka tertebarlah benih keamanan di antara semua pihak, namun Banu Bakar masih tetap hendak membalas dendam kesumat lamanya, di mana Naufal bin Muawiyah Ad-Daily bersama jemaahnya banu Bakar telah keluar di Bulan Syaaban tahun kelapan (8) Hijrah, lantas menyerang Khuza'ah di malam hari, sedang di masa itu mereka sedang berada di kawasan berair yang dikenali sebagai "Al-Watir" dalam kejadian berkenaan Banu Bakar telah berjaya membunuh orang-orang Khuza'ah dan sebagai lanjutan terjadilah pertarungan dan peperangan di antara keduanya dan seterusnya Quraisy menghulur bantuan senjata kepada sekutunya banu Bakar, malah beberapa tokoh Quraisy telah turut serta di dalam peperangan berkenaan berselindung di sebalik kegelapan malam, hingga mereka dapat membawa Khuza'ah ke dalam kawasan Al-Haram Makkah. Oleh yang demikian maka berkatalah Banu Bakar: "Wahai Naufal! sekarang kita telah memasuki kawasan Al-Haram ingatlah, Tuhan kau, Tuhan kau, lantas Al-Khuza'ah menjawab: Wahai Bakar tiada Tuhan di hari ini, kamu sudah pun membalas dendam kesumat kamu itu, ku bersumpah, sebenarnya kamu telah melakukan pencabulan di kawasan Al-Haram ini, tidakkah di sini sudah terbayar dendam kamu itu?
Setelah Khuzaah melangkah masuk ke kawasan Makkah mereka terus mendapat perlindungan di rumah Budail bin Warqa' Al-Khuza'i dan rumah kawan setia mereka yang dikenali sebagai Rafie'. Amru bin Salim Al-Khuza'i terus meluru ke Madinah menemui Rasulullah s.a.w. Sesampainya beliau di sana, beliau pun mempersembahkan kepada Rasul hasratnya melalui madahnya, sedang pada masa itu Rasulullah s.a.w sedang duduk berbual di dalam masjid bersama-sama kaum muslimin. Amru pun bermadah:
Duhai Tuhan ku merayu Muhammad
Sekutu kita dan bapanya yang tertua
Semasa kamu kanak-kanak dan kami bcpa
Tangan erat bergenggaman
Bantulah sepenuh pertolongan
Serulah penyembah Allah menghulur bantuan
Pada mereka Rasul mulia
Semulia bulan purnama mengambang
Pabila marah mukanya bergelora
Dibelakangnya tentera seramai samudera
Mengajar Quraisy mengkhianati setia
Mengucap janji merubah kata
Di Kada' kami dibelasah
Kerana menyangka tiada pembela
Mereka terhina, terkecil angka
Namun dendam mereka menuntut
Kami bersembahyang kami di bunuh
Rasulullah s.a.w terus menjawab: Kau dibela wahai Amru, kemudian Baginda diperlihatkan mendung merintangi langit, maka katanya lagi: Awan berarak itu, pembuka pertolongan kepada Banu Kaab.
Tidak berapa lama kemudian tiba pula Budail bin Warqa' Al-Khuza'i bersama beberapa orang dari Khuza'ah, di mana mereka menemui Rasulullah s.a.w melaporkan bilangan qurban peristiwa yang nahas itu dan penyertaan langsung oleh Quraisy membantu Banu Bakar, kemudian mereka pun pulang semula ke Makkah.
ABU SUFIAN KE MADINAH UNTUK MEMPERBAHARUI PERJANJIAN
Tidak syak lagi Quraisy dengan tindakannya bersama-sama dengan sekutunya itu merupakan pencerobohan kepada perjanjian dan pengkhianatan terang-terangan kepada perdamaian yang dimeterai bersama itu, tanpa alasan yang boleh dimaafkan, kini Quraisy sudah pun menyedari kesalahan yang mereka lakukan itu, sekaligus merasai buruk padah dari tindakannya di luar batasan, dengan itu mereka memanggil permesyuaratan untuk sidang tergempar. Keputusannya menghantar pimpinan mereka Abu Sufian pada masa itu, untuk ke Madinah buat memperbaharui perdamaian.
Rasulullah s.a.w memberitahu kepada sekalian sahabatnya apa yang akan dilakukan oleh Quraisy dalam usaha mengatasi pengkhianatan mereka itu dengan sabdanya: Kamu akan didatangi Abu Sufian untuk mengemaskan perjanjian Al-Hudaibiyyah itu, malah memohon untuk dilanjutkan lagi tempohnya. Abu Sufian terus bergerak ke Madinah sebagaimana keputusan yang mereka persetujui, beliau bertemu dengan Budail bin Warqa' dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Makkah. Abu Sufian terus bertanya Budail: Kamu ini dari mana? Abu Sufian mengesyaki yang beliau ini datang menemui Rasulullah s.a.w. Jawab Budail: Aku bersiar-siar dengan Khuza'ah di sekitar pantai tadi dan di sekeliling lembah-lembah ini. Tanya Abu Sufian yang penuh meragui: Bukankah kamu datang menemui Muhammad ? Kata beliau: Tidaklah. Setelah Budail berlepas ke Makkah, Abu Sufian berkata kepada teman yang mengiringiriya: Kalaulah Budail ini datang dari Madinah pasti tunggangannya memakan makanannya ('alaf) yang mengandungi biji-biji Al-Madinah, dengan itu beliau terus ke tempat najis unta dipecahkannya, memang beliau dapati bijian Al-Madinah di dalam kandungan najis, maka kata Abu Sufian: Aku bersumpah demi Allah, Budail telah menemui Muhammad.
Walau macam mana pun Abu Sufian terus ke Madinah, pertama beliau datang menemui anak perempuannya, Ummu Habibah, setibanya di hadapan Ummu Habibah beliau pun mengayakan diri untuk duduk di atas hamparan Rasulullah s.a.w, apa lagi Ummu Habibah pun menggulung hamparan tadi, maka kata Abu Sufian: "Kenapa wahai anakku apakah kau membencikan daku?" Maka jawab Ummu Al-Mukminin: "Itu adalah hamparan Rasulullah s.a.w, kau ini musyrik najis." Jawab Abu Sufian: "Selepas kau berpisah dari ku, kau telah terkena sihir".
Dengan itu beliau keluar dari situ, dan terus menemui Rasulullah s.a.w, Abu Sufian menegur Baginda, tetapi Rasulullah s.a.w tidak menjawab sepatah apa bun, kemudian beliau menemui Abu Ba-kar, meminta jasa baik beliau untuk menyampai hasratnya kepada Rasulullah s.a.w tapi jawab Abu Bakar: "Aku tidak boleh berbuat apa pun", lantas beliau pergi menemui Umar dan beliau meminta Umar menolongnya dalam hal ini, maka jawab Umar: "Apakah aku ini yang akan menjadi orang tengah untuk kamu? Demi Allah, kalaulah aku tidak mempunyai apa pun selain debu-debu, namun dengannya pun cukup untuk ku tentangi kamu, pasti aku lakukan", kemudian beliau datang menemui Ali bin Abi Talib di masa itu Fatimah sedang duduk di sampingnya, manakala anaknya Hasan sedang merangkak di hadapannya, kata Abu Sufian: "Wahai Ali, sebenarnya kaulah orang paling mengasihi daku, di hari ini aku datang memerlukan pertolonganmu, janganlah membiarkan daku pulang dengan hampa sahaja, daku memerlukan kau menjadi orang tengah, untuk menyampaikan hasrat ku kepada Muhammad", kata Ali pula: "Bangsat kau Abu Sufian, sebenarnya Rasulullah s.a.w sudah berazam hendak melakukan sesuatu di mana kami tidak berhak untuk berbicara dengannya" lalu beliau berpaling ke arah Fatimah dengan berkata: "Boleh tak engkau menyuruh anak engkau ini melindungi manusia ramai, maka dengan itu beliau akan menjadi penghulu seluruh bangsa Arab hingga ke akhir zaman?" Jawab Fatimah: "Demi Allah mana boleh anak ku ini berbuat demikian, malah tiada siapa yang boleh menghalang Rasulullah s.a.w dari bertindak".
Di masa itu Abu Sufian terasa dunia menjadi gelap dan berkata kepada Ali bin Abi Talib dalam keadaan serba kebingungan dan putus asa: "Wahai Abu Al-Hasan, aku mendapati keadaan semakin meruncing, cuba kau nasihatkan daku". Jawab Ali: "Demi Allah, aku tak tahulah apa nasihat yang baik untuk kau, kerana kau sendiri adalah pemimpin Banu Kinanah, ayuh pergilah pinta perlindungan dari orang ramai, kemudian pulanglah ke tanah airmu". Tanya Abu Sufian: "Apakah itu boleh memberi sesuatu yang baik untuk ku?" Jawab Ali: "Demi Allah, aku tidak menyangka demikian, cuma aku tidak ada nasihat selain dari itu". Lantas Abu Sufian pun beredar dari situ menuju ke masjid, di sana beliau melaung: "Wahai kalian, daku memohon perlindungan kalian, kemudian dia terus memecut untanya dan beredar.
Setibanya di pangkuan Quraisy, beliau terus disoal dengan kata mereka: "Apa yang kau capai". Jawab beliau: "Ku menemui Muhammad untuk berbicara dengannya, demi Allah tak sepatah yang dijawabnya, setelah itu aku menemui Ibnu Abi Quhafah, beliau pun sama, tidak suatu pun yang ku perolehi, kemudian terus kepada Umar Ibni Al-Khattab: Ku dapati beliau musuh yang rendah profail, kemudian ku temui Ali Ibni Abi Talib, beliau adalah yang terlembut di antara kesemua, beliau telah menasihati ku melakukan sesuatu, namun demikian aku pun tak pasti apakah pendapatnya itu boleh memberi sesuatu kebaikan?" Tanya mereka: "Apakah nasihat beliau kepada kamu?" Kata Abu Sufian: "Beliau menyuruh aku meminta perlindungan dari orang ramai, maka aku pun buatlah seperti yang beliau syorkan itu". Tanya hadirin: "Apakah Muhammad telah mempersetujuinya?" Jawab Abu Sufian: "Tidak". Kata hadirin: "Celaka kau, penasihat kau itu tak lebih dari menambahkan cemuhan orang terhadap kau". Jawab Abu Sufian: "Tidak! Demi Allah sebenarnya aku tak ada pilihan kecuali itu sahaja".
PERSIAPAN UNTUK PEPERANGAN DAN IKHTIAR MERAHSIAKANNYA
Satu petikan dari riwayat al-Tabrani mengatakan bahawa Rasulullah s.a.w telah mengarah Aisyah (r.a) mempersiapkan kelengkapan dan pera(atan, iaitu tiga hari lebih awal, sebelum Rasulullah s.a.w menerima berita pelanggaran terhadap perjanjian perdamaian. Persiapan Rasulullah s.a.w ini tak siapa pun mengetahuinya, cuma di suatu hari Abu Bakar telah datang menemui anaknya dengan bertanya: "Anakku! Apa semua persiapan ini?" Jawab Aisyah: "Demi Allah! Saya pun tidak tahu". Kata Abu Bakar: "Demi Allah, sebenarnya ini bukan masa untuk memerangi bangsa kulit kuning itu (yakni Roman), ke mana Rasulullah s.a.w hendak tuju agaknya?" Jawab Aisyah: "Entahlah, demi Allah saya kurang pasti". Di subuh hari selepas persiapan itu, tibalah Amru bin Salim Al-Khuza'i bersama dengan empat puluh (40) penunggang kenderaan, Amru terus berbicara dengan Rasulullah s.a.w melalui madahnya, seperti yang kita sebutkan sebelum ini. Sekalian yang mendengarnya pun mengetahui peristiwa pelanggaran perjanjian. Selepas itu disusuli pula dengan kedatangan Abu Sufian, dengan itu sahihiah peristiwa berkenaan, Rasulullah s.a.w mengarah mereka supaya bersiap sedia tanpa berahsia lagi, Rasulullah s.a.w memberitahu mengenai pergerakannya ke Makkah, namun beritanya tetap dirahsiakan dan ditutup rapat dengan sabdanya: Rahsiakan berita ini agar tidak sampai ke pengetahuan Quraisy supaya dapat kita gempur dan kejutkan mereka dengan kedatangan kita ke sana secara mendadak.
Sebagai usaha menutup dan mengaburkan tindakan Baginda, Rasulullah s.a.w mengutus satu unit sariyah yang terdiri lapan orang di bawah pimpinan Abu Qutadah bin Rabie' ke daerah kediaman Adham yang terletak di antara Zi Al-Khasyab dan Zi Al-Maruah, kira-kira sejauh tiga "Barad" dari Al-Madinah. Kira-kira di awal bulan Ramadhan tahun kelapan (8) Hijrah, supaya disangka orang bahawa Rasulullah s.a.w akan menuju ke sana, dan sebagai cara buat merahsiakan pergerakan yang sebenar, sariyah ini terus berjalan hinggalah sampai berita kemaraan Rasulullah s.a.w ke Makkah, maka sariyah ini mengalih arahannya hingga bertemu dengan Rasulullah s.a.w.
Di dalam suasana yang kritikal itu, seorang sahabat bernama Hatib bin Abi Baltaah telah mengutus risalah ke Makkah buat menceritakan pergerakan Rasulullah s.a.w ke sana, beliau mengupah seorang perempuan untuk membawa risalah berkenaan. Beliau bertindak menyorok risalah berkenaan di dalam sanggulnya. Di masa itu Allah memberi tahu Rasulullah s.a.wNya tentang tindakan Hatib itu lantas Rasulullah s.a.w mengutus Ali dan Miqdad dengan sabdanya: Ayuh kamu berdua ke sana hingga ke tempat bernama "Raudhah Khakh" kerana di sana ada seorang perempuan yang membawa risalah untuk Quraisy. Mereka berdua terus bergerak ke sana, hingga sampai ke tempat seperti yang disebut oleh Rasulullah s.a.w, setelah berhadapan dengan perempuan yang disebutkan itu, mereka meminta perempuan berkenaan turun dari kenderaannya dengan berkata: "Kamu membawa risalah?" Jawab perempuan itu: "Aku tidak ada sebarang risalah pun". Ali dan Miqdad pun memeriksa kenderaannya dan tidak didapati sebarang apa pun; kemudian kata Ali: "Aku bersumpah dengan nama Allah, masakan Rasulullah s.a.w berdusta dan membohongi kita, demi Allah kau mesti serahkan surat itu atau kalau tidak kami telanjangkan kau".
Setelah beliau melihat kesungguhan Ali maka katanya: "Ayuh berpaling dari sini", setelah beliau berpaling, perempuan itu pun merungkai sanggulnya dan dikeluarkan risalah berkenaan, serta diserahkan kepada Ali, dengan itu mereka berdua kembali membawanya kepada Rasulullah s.a.w. Baginda mendapati surat berkenaan, bunyinya: (Dari Hatib bin Abi Baltaah ke hadapan Quraisy) memaklumkan mereka mengenai pergerakan Rasulullah s.a.w, maka Rasulullah s.a.w pun menjemput Hatib dengan bertanya: "Apakah motifnya yang membawa kamu menulis risalah kepada Quraisy?" Jawab Hatib: "Wahai Rasulullah s.a.w janganlah segera menghukum ke atasku. Demi Allah daku ini tetap beiiman dengan Allah dan RasulNya, tidak sekali pun aku murtad atau menukar agama, tetapi daku ini seorang lelaki yang terikat dengan Quraisy namun bukanlah sebahagian dari mereka, cuma anak dan keluargaku sahaja berada di sana, malahan daku tidak ada sebarang ikatan kekeluargaan di sana yang boleh menjaga keselamatan di antara satu sama lain, maka di sini ku sukalah sebagai mengganti kekurangan ku tadi dengan menjadikan mereka sebagai pihak yang boleh menjaga keselamatan anak-anakku di sana.
Kata Umar: "Wahai Rasulullah s.a.w serahkan sahaja si munafiq ini untuk ku penggal lehernya, orang ini sudahpun mengkhianati Allah dan RasulNya. Dia sudah menjadi munafiq." Jawab Rasulullah s.a.w: "Beliau ini adalah peserta peperangan Badar, mana tahu, boleh jadi Allah telah membuka sesuatu kepada tentera Badar. Kemudian Rasulullah s.a.w bersabda: Lakukanlah apa yang hendak kamu lakukan, sebenarnya aku mengampuni kamu. Di masa itu air mata beliau mengalir dipipinya dan berkata: Sesungguhnya Allah lebih mengetahui.
Demikian kehendak Allah untuk menjaga supaya tidak ada sebarang berita mengenai persiapan dan pergerakan kaum muslimin yang sampai ke pengetahuan Quraisy.
PERGERAKAN TENTERA ISLAM KE ARAH MAKKAH
Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan tahun lapan (8) Hijrah Rasulullah s.a.w pun bergerak keluar dari Al-Madinah menuju ke Makkah dengan bala tentera seramai sepuluh ribu orang yang kesemuanya dari kalangan para sahabat. Baginda melantik Abu Rahm al-Ghaffari sebagai Amir di Madinah.
Semasa Baginda di Al-Juhfah atau selepasnya, Baginda telah bertemu dengan bapa saudaranya Al-'Abbas bin Abdul Al-Mutalib yang telah keluar bersama-sama dengan anak keluarganya sebagai seorang muslim untuk berhijrah, dan semasa Baginda di "Al-Abwa"' Rasulullah s.a.w bertemu dengan anak bapa saudaranya Abu Sufian bin Al-Harith dan anak emak saudaranya Abdullah bin Abi Umaiyah, tetapi Rasulullah s.a.w berpaling dari mereka berdua kerana sebelum ini mereka berdua merupakan di antara orang yang banyak menyakiti dan mencela Baginda, justeru itu maka kata Ummu Salamah kepadanya: "Kedua-dua anak saudara mu itu tidakkah lebih jahat dari orang lain". Manakala Ali pula menasihati Abu Sufian bin Al-Harith dengan katanya: "Ayuh kamu datang sahaja ke hadapan Rasulullah s.a.w dan katakanlah seperti mana katanya saudara-saudaraYusof kepada adik mereka:
"Kata mereka: Demi Allah sebenarnya Allah telah mengutamakan engkau dari kami, dan kendatipun kami ini sesungguhnya bersalah".
Yusuf: 91
Sesungguhnya Baginda tidak akan membiarkan seseorang yang lebih baik percakapannya. Abu Sufian pun mematuhi nasihat Ali, hingga membawa Rasulullah s.a.w menjawab dengan katanya:
"Kamu di hari ini tidak akan ditempelak lagi, semoga Allah mengampunkan dosa kamu dan dialah Maha mengasihani dari segala pengasih.
Yusuf: 92
Dengan itu Abu Sufian mendendang beberapa rangkap syairnya:
Demi jiwa ketikaku membawa panji
Mengatasi kuda Al-Lata melawan Muhammad
Bagaikan musafir kebingungan di malam nan gelap
Masa hidayat dah tiba
Kini ku ditunjuk Bukan diri ku yang menunjuk
Malah orang yang ku buru dahulu Membawa daku ke penjuru hidayah.
Kemudian Rasulullah s.a.w menepuk dadaku dengan sabdanya:
"Oh! Rupanya kau yang memburukku dahulu"
TENTERA ISLAM SINGGAH DI MAR AL-ZAHRAN
Rasulullah s.a.w meneruskan perjalanannya dalam keadaan berpuasa. Orang ramai pun turut berpuasa, hinggalah apabila Baginda sampai ke Al-Kadid, kawasan air yang terletak di antara Asafan dan Al-Kadid, Baginda membuka puasanya, maka sekalian tentera pun turut berbuka. Dari situ Baginda terus bergerak hingga sampai ke "Mar al-Zahran" dikenali juga sebagai Wadi Fatimah. Semasa Rasulullah s.a.w singgah di situ, waktu sudah hampir isya', di situ Rasulullah s.a.w memerintah tentera berkhemah, mereka menyalakan api, kira-kira ribuan api yang dinyalakan. Rasulullah s.a.w melantik Umar sebagai orang yang bertanggungjawab.
ABU SUFIAN DI HADAPAN RASULULLAH S.A.W
Sewaktu Rasulullah s.a.w singgah di Mar al-Zahran, Al-'Abbas pun mengambil baghal Rasulullah s.a.w yang bernama "Al-Baydha" dan keluar mencari-cari kalau-kalau ada orang yang mencari kayu api atau siapa sahaja yang boleh memberitahu kepada Quraisy, supaya mereka keluar meminta perl.indungan dari Rasulullah s.a.w sebelum Baginda masuk ke Makkah.
Sebenarnya Allah telah pun menggelapkan sebarang berita dari sampai ke pengetahuan Quraisy, namun dengan tindakan mereka itu menjadikan mereka ternanti-nanti dan keluh kesah. Abu Sufian sering keluar ke pinggiran Makkah memerhati kalau-kalau dapat memperolehi khabar selanjutnya, di suatu masa beliau keluar bersama Hakim bin Hazim dan Budail bin Warqa' untuk mendapat berita mengenai Al-Madinah.
Kata Al-'Abbas: "Demi Allah sesungguhnya semasa ku berjalan-jalan dengan menunggangi bighal Rasulullah s.a.w itu, aku dengar suara Abu Sufian yang sedang berbuAl-Bual dengan Budail dan berbincang-bincang, di mana Abu Sufian berkata kepada Budail: Aku tidak perhah melihat api yang dinyalakan dan khemah yang tertegak seperti malam ini. Maka jawab Budail: "Demi Allah ini adalah kerja Khuza'ah, yang telah dirangsangkan oleh peperangan dahulu". Kata Abu Sufian pula: "Takkanlah ini 'Khuza'ah, bilangan mereka kecil yang boleh diperlekeh, takkanlah semua itu api dan tenteranya."
Kata Al-'Abbas: "Aku kenali suaranya itu, laluku berkata: Wahai Abu Hanzalah? Beliau pun segera mengenali suaraku, jawab beliau: Kamu Abu Al-Fadhl? Jawab ku: Ya. Tanya beliau: Apa hal kamu? Ibu bapaku menjadi qurban demi kepentingan kau, kata ku: Itu dia Rasulullah s.a.w bersama-sama orangnya, dibumi Allah esok pagi Baginda berhadapan dengan Quraisy."
Kata Abu Sufian: "Demi Ibu-bapaku, apakah jalan penyelesaiannya?" Kata ku, Demi Allah! Kalau Baginda sempat menangkap kau, pasti Baginda pancung leher kau, Ayuh ikut belakang baghal ini supaya kita menemui Baginda untuk meminta perlindungan dan keamanan." Dengan itu beliau pun ikut Al-'Abbas, sedang dua orang kawannya tadi beredar pulang ke Makkah.
Kata Al-'Abbas: "Ku pun bawa Abu Sufian, bila sahaja kami melalui salah satu unggunan api tentera-tentera Islam mereka bertanya: Siapa ini? Tapi bila mereka melihat baghal Rasulullah s.a.w yang ku tunggangi itu mereka berkata: Ayuh bapa saudara Rasulullah s.a.w dengan baghal Baginda, tapi bila sahaja ku sampai keunggunan api Umar bin Al-Khattab, beliau menyapa, katanya: "Siapa ini", beliau segera bangun menuju ke arah ku, bila sahaja beliau ternampak Abu Sufian di belakang ku terus beliau berkata: "Abu Sufian, musuh Allah?" Al-Hamdulillah yang membolehkan kau memegangnya tanpa janji dan ikatan. Kemudian terus beliau pergi untuk menemui Rasulullah s.a.w, Daku pun terus bergegas juga hingga dapat ku dahuluinya, ku pun segera menemui Rasulullah s.a.w, dan Umar pun mengikut masuk dengan berkata: "Wahai Rasulullah s.a.w ini dia Abu Sufian, biar ku pancung kepalanya", kemudian sampuk ku: "Wahai Rasulullah s.a.w aku telah lindungi beliau ini, dengan itu aku pun duduk berhampiran Rasulullah s.a.w sambil ku memegang kepalanya, dengan kata ku: Demi Allah, di malam ini tidak ada orang yang akan berbicara dengannya selain dari ku sendiri." Oleh kerana Umar terlalu banyak sangat mempersoal Abu Sufian maka kata ku: "Bertenanglah wahai Umar! Demi Allah, kalaulah yang dipersoalkan ini salah seorang tokoh banu Adi bin Kaab takkan ku berkata demikian." Dan jawab beliau: "Bertenanglah wahai Abbas, demi Allah! Islam mu ini lebih suka kepada ku dari Islam Al-Khattab, kalau beliau Islam, bagi .ku tidak ada apa-apa perasaan, kerana memang ku tahu bahawa keislaman mu itu lebih sayang bagi Rasulullah s.a.w dari keislaman Al-Khattab."
Akhirnya, kata Rasulullah s.a.w: "Abbas! Ayuh pergilah ke tempat haiwan tunggangan mu itu, tapi bila subuh menjelang nanti bawa beliau ini ke hadapan ku". Ku pun beredar dari situ. Di pagi hari itu ku pun terus bawa Abu Sufian menemui Rasulullah s.a.w. Sebaik sahaja Rasulullah s.a.w melihat Abu Sufian terus Baginda berkata: "Bedebah kau Abu Sufian, masih belum sampaikah masanya lagi untuk kau kenali bahawa tiada Tuhan melainkan Allah?". Jawab Abu Sufian: "Demi kaulah ibu ayahku, betapa mulianya kau ini, betapa berlapang hati kau dan betapa cinta perhubungan kau ini? kalaulah ku mempercayai bersamanya ada sekutu yang lain pasti ku restui manfaat darinya".
Sabda Rasulullah s.a.w lagi: "Bedebah kau Abu Sufian, masih belum sampai masanya lagi untuk kau kenali yang daku ini Rasul utusan Allah?". Kata Abu Sufian: "Demi kaulah ibu bapaku! Betapa mulianya kau, betapa berlapang hati kau dan betapa cinta perhubungan kau ini! Adapun disaat ini, hatiku masih belum boleh minerima sepenuhnya. Maka kata Al-'Abbas: "Bedebah sungguhnya kau ini, ayuh segera Islam, dan ucaplah bahawa Tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu Pesuruh Allah, sebelum leher kau dipancung". Dengan itu beliau pun memeluk Islam dan mengucap ucapan kebenaran itu.
Kemudian kata Al-'Abbas pula: "Wahai Rasulullah s.a.w, Abu Sufian ini jenis manusia suka berbangga, buatlah sesuatu untuk beliau". Kata Rasulullah s.a.w: "Ya, sesiapa yang berlindung di dalam rumah Abu Sufian beliau adalah selamat dan sesiapa masuk ke dalam rumahnya dan mengunci dari dalam maka beliau pun selamat dan sesiapa memasuki Baitullah Al-Haram maka beliau ini pun selamat juga".
TENTERA ISLAM MENINGGALKAN MAR AL-ZAHRAN MENUJU KE MAKKAH
Di pagi hari itu, iaitu pagi hari Rabu tanggal tujuh (7) Hijrah Rasulullah s.a.w bergerak meninggalkan Mar al- Zahran menuju ke Makkah dengan memerintah Al-'Abbas supaya membawa Abu Sufian ke segenting suatu lembah untuk memerhati pergerakan tentera Islam dari atas tebing cerun bukit. Al-'Abbas pun membawa Abu Sufian ke sana. Bila tiba di situ, terdapat satu qabilah dengan panji-panjinya lantas beliau bertanya: "Wahai Abbas itu siapa?" Maka jawab Abbas seperti katanya: "Itu Sulaim", maka sampuk beliau: "Apa peduli aku dengan Sulaim". Lepas itu berlalu pula qabilah yang lain, maka tanya Abu Sufian: "Siapa mereka itu?" Jawab Al-'Abbas: "Itu Muzainah". Kata Abu Sufian: "Apa peduli aku dengan Muzainah". Hingga selesai semua Qabilah berlalu di situ, maka semuanya disoal, kata Abu Sufian, kesemuanya beliau menjawab: Apa peduli aku dengan yang itu dan yang ini, hinggalah diakhirnya Rasulullah s.a.w memintas dari situ dalam satu kontinjen yang serba hijau, padanya Al-Muhajirin dan Al-Ansar, pandangan tajam ke hadapan. Kata Abu Sufian: "Subhanallah, siapa mereka ini wahai Al-'Abbas?". Jawab Al-'Abbas: "Yang itu Rasulullah s.a.w bersama kaum Muhajirin dan Ansarnya. Maka kata Abu Sufian: "Tak seorang pun berdaya berhadapan dengan mereka ini. Dan sambungnya lagi: Demi Allah wahai Abu Al-Fadhl, "kerajaan" anak saudara mu ini sudah menjadi besar di hari ini". Kata Al-'Abbas: "Wahai Abu Sufian, itu adalah "kenabian". Jawab beliau; Ya, itulah satu anugerah.
Panji Al-Ansar dibawa oleh Saad bin Ubbadah, sebaik sahaja beliau melintasi di hadapan Abu Sufian maka kata beliau: "Hari ini hari pertarungan, hari dihalalkan di bumi haram ini, malah di hari Allah menghinakan Quraisy. Apabila Rasulullah s.a.w tiba bertentangan dengan Abu Sufian, beliau bertanya: "Wahai Rasulullah s.a.w tidakkah kau dengar apa yang telah dituturkan oleh Saad tadi?". Kata Rasulullah s.a.w: "Apa katanya?" Jawab Abu Sufian: "Beliau kata begini-begini". Maka kata Uthman dan Abd Ar-Rahman bin Auf: "Wahai Rasulullah s.a.w, kita tak boleh harap, nanti berlaku pertarungan terhadap Quraisy. Maka jawab Rasulullah s.a.w: "Malahan di hari inilah Kaabah diagungkan dan dengannya Allah memuliakan Quraisy", Kemudian Rasulullah s.a.w mengutus seorang sahabat kepada Saad untuk memindahkan panji yang di bawanya tadi ke tangan anaknya Qais, dengan itu bererti panji masih tidak terlepas dari Saad lagi, namun ada pendapat mengatakan berpindah ke tangan Az-Zubair.
QURAISY MENCABAR KEMARAAN TENTERA ISLAM
Sewaktu Rasulullah s.a.w melalui di hadapan Abu Sufian, Al-'Abbas berkata kepadanya; "Ayuh selamatkan kaum kau". Abu Sufian pun bergegas pulang ke Makkah, sesampainya beliau ke Makkah, terus beliau melaung sehabis suaranya: "Wahai kalian Quraisy, itu dia Muhammad telah datang dengan tenteranya yang belum pernah ku saksi sebelum ini, maka sesiapa yang berlindung di rumah Abu Sufian beliau adalah selamat", lalu isterinya Hindun binti Utbah menuju ke arahnya lantas menarik misainya dan berkata: "Bunuh si gemuk yang tak berguna ini, hodoh sungguh pengawal peninjau ini".
Kata Abu Sufian pula: "Binasalah kamu, di hari ini jangan kamu bersombong diri, kerana hari ini Baginda telah datang dengan bala tentera yang belum pernah dilihat seramai ini, Ayuh cepat, siapa yang berlindung di rumah Abu Sufian beliau adalah selamat". Jawab orang-orang Quraisy: "Celaka engkau, apa yang boleh menyelamatkan kami sekiranya kami berada di dalam rumah mu ini?". Sambung Abu Sufian: "Siapa yang masuk ke dalam rumahnya dan mengunci dari dalam, beliau juga terselamat dan sesiapa memasuki Al-Masjid (Masjidil-Haram) beliau juga selamat". Dengan itu, orang ramai pun segera berpecah dan memasuki rumahnya dan Al-Masjid, di samping mengumpulkan askar-askar biasa mereka dengan berkata: "Kita kedepankan mereka ini, tapi sekiranya berlaku sesuatu ke atas Quraisy maka kita akan bersama dengan mereka ini, sekiranya mereka terbunuh maka kita bayar sahaja apa yang mereka pinta dari kita". Di suatu tempat segolongan Quraisy yang singkat pemikiran berkumpul dengan Ikrimah bin Abi Jahal, Sufwan bin Umaiyah dan Suhail bin Amru. Tempat itu dikenali sebagai Al-Khandamah bertujuan memerangi kaum muslimin. Di antara mereka ada seorang dari qabilah Banu Bakar bernama Hamas bin Qais, beliau sebelum ini bertugas mengumpul senjata, di suatu hari pernah ditanya oleh isterinya: "Kenapa kamu menyediakan apa yang ku lihat ini?". Jawab beliau: "Kesemua ini untuk Muhammad dan sahabat-sahabatnya". Jawab isterinya: "Tak ada suatu pun yang boleh menghalang Muhammad dan sahabat-sahabatnya". Maka kata Hamas: "Demi Allah, sebenarnya aku hendak membuat sesuatu yang baik untuk kau, lantas beliau bermadah:
Sekira mereka mara, tiada bagiku alasan
Ini dia senjata nan lengkap peralatan
Serampang ku pun bermata dua
Tangkas pula pukulannya
Beliau ini salah seorang yang berkumpul di Al-Khandamah.
TENTERA ISLAM DI ZI TAWA
Rasulullah s.a.w telahpun bergerak hingga sampai ke "'Zi Tawa", semasa berjalan Rasulullah s.a.w sentiasa menunduk kepalanya merendah diri kepada Allah. Setelah melihat pemberian Allah kepadanya dengan kemenangan dan pembukaan Kota Makkah, terasa seakan janggutnya mencecah belakang tunggangannya. Semasa di "Zi Tawa" Rasulullah s.a.w menyusun tenteranya, Baginda meletakkan Khalid bin Al-Walid di sebelah kanan bersama-sama dengan beliau ialah Aslam, Salim, Ghaffar, Muzainah, Juhainah dan beberapa qabilah-qabilah Arab yang lain. Diarahnya Khalid supaya memasuki Makkah dari sebelah bawah, dengan pesanannya: "Kalau kamu dapati ada orang-orang Quraisy yang menghalang kamu, kamu boleh bunuh mereka, hinggalah kamu menemui daku di As-Safa".
Az-Zubair bin Al-Awwam diletakkan di sebelah kiri, bersama-sama beliau ialah Panji Rasulullah s.a.w, beliau diarah supaya memasuki Makkah dari sebelah atas iaitu dari arah "Kada9", panji itu dipacakkan di Al-Hajjun, beliau menunggu di situ hinggalah Rasulullah s.a.w sampai.
Adapun Abu Ubaidah bin Al-Jarrah memimpin tentera pejalan kaki yang tidak membawa peralatan perang, beliau di arah supaya mengambil jalan "Baton Al-Wadi", bergerak hingga bertemu dan berdepan dengan Rasulullah s.a.w di Makkah.
TENTERA ISLAM MEMASUKI MAKKAH
Setiap pasukan tentera Islam yang dibahagikan itu mengambil laluan masing-masing yang telah diarah kepada mereka. Adapun Khalid dan sahabat-sahabatnya tetap menundukkan sesiapa sahaja yang menghalang, namun dua orang dari sahabatnya iaitu Kurz bin Jabir Al-Fihri dan Khanis bin Khalid bin Rabi'ah telah terkeluar dari kumpulannya, di mana mereka telah mengambil jalan lain menyebabkan mereka dibunuh. Golongan Quraisy yang singkat pemikiran (As-Sufaha') telali bertembung dengan Khalid bin Al-Walid dan sahabat-sahabatnya di Al-Khandamah. Justeru itu maka berlakulah satu pertarungan kecil hingga terbunuh dua belas (12) orang musyrikin dan berakhir dengan kekalahan Quraisy. Hamas bin Qais yang dahulunya menyediakan peralatan senjata buat melawan Rasulullah s.a.w telah melarikan diri ke dalam rumahnya dan meminta isterinya mengunci dari dalam. Hal ini menyebabkan isterinya kehairanan dan berkata: "Di mana kau ini? kan dahulu kamu telah berkata-kata dan bermadah". Jawab Hamas:
Kiranya kau menyaksi medan Khandamah
Ketika larinya Safwan dan Ikrimah
Pedang muslim telah menyambut kami semua
memenggal setiap lengan dan kepala
Tidak kedengaran selain pukulan
di belakang kami masih terdengar tetakan
Pasti kau membisu tanpa celaan.
Khalid terus mara mengeledah penjuru Makkah, akhirnya beliau sampai ke hadapan Rasulullah s.a.w di As-Safa. Manakala Az-Zubair maju ke hadapan hingga sampai ke Al-Hajjun di tepi masjid Al-Fatah beliau memacak panji Rasulullah s.a.w, beliau tidak ke mana-mana hinggalah Rasulullah s.a.w datang.
RASULULLAH S.A.W MEMASUKI AL-MASJID AL-HARAM DAN MEMBERSIHKANNYA DARI BERHALA-BERHALA
Setelah itu Rasulullah s.a.w pun bangun sedang kaum Muhajirin dan Al-Ansar mengelilingi Baginda dan memasuki Al-Masjid, terus Baginda ke Hajar Al-Aswad dan menyentuhnya dengan tangan Baginda, kemudian terus bertawaf mengelilingi Kaabah, Baginda menjatuhkan berhala-hala sebanyak tiga ratus enam puluh (360) .itu dari atas Kaabah, dengan busar panah yang di tangannya sambil berkata:
"Kebenaran telah datang dan kebatilan menghilang, sesungguhnya kebatilan itu telah terpadam"
Al-Isra': 81
"Kebenaran telah datang dan kebatilan tiada lagi menjelang dan tiada pula ia berulang "
Saba': 49
Di masa yang sama berhala-hala pun jatuh dan tumbang, hancur berderai-derai. Rasulullah s.a.w melakukan tawaf di sekeliling Kaabah dengan menunggang kenderaannya, di masa itu bertawaf dengan menunggang kenderaan belum diharamkan lagi di dalam syarak. Baginda hanya melakukan tawaf sahaja, apabila Baginda menyempurnakan bilangan tawaf, Rasulullah s.a.w terus memanggil Uthman bin Talhah, Baginda mengambil anak kunci Kaabah darinya dan disuruh membuka pintu Kaabah. Apabila Baginda melangkah masuk Baginda mendapati di dalamnya gambar-gambar, di antaranya gambar Saidina Ibrahim dan Ismail (a.s) yang sedang bersumpah dengan berhala. Kata Rasulullah s.a.w: "Allah memusnahkan mereka yang mengada-adakan semuanya ini? Demi Allah mereka tidak pun pernah bersumpah dengan berhala". Kemudian Baginda terlihat ukiran kayu seekor burung merpati, terus Baginda memecahkannya, manakala gambar-gambar di dalam Kaabah diperintah supaya dipadamkannya.
RASULULLAH S.A.W BERSOLAT DI DALAM KAABAH KEMUDIAN MEMBERI UCAPAN DI KHALAYAK QURAISY
Selepas itu Baginda Rasulullah s.a.w menutup pintu Kaabah sedang Baginda di dalam Kaabah bersama Usamah dan Bilal, di situ Baginda berdiri dengan membelakang pintu Kaabah, apabila Baginda melangkah ke depan dengan jarak tiga hasta Baginda berhenti di situ, jadi dua tiang sebelah kirinya dan satu tiang berada di sebelah kanan Baginda. Di belakang Baginda tiga tiang, kerana Al-Haram di masa itu didirikan atas enam batang tiang. Baginda bersembahyang di situ, setelah Baginda berjalan-jalan di dalam Kaabah, bertakbir di setiap penjurunya, menyebut kalimah Tauhid, kemudian barulah Baginda membuka pintunya, di masa itu Quraisy sedang memenuhi ruang masjid secara bersaf menunggu apa yang hendak dilakukan oleh Rasulullah s.a.w ke atas mereka.
Rasulullah s.a.w memegang lawang pintu Kaabah, sedang khalayak Quraisy menunggu di bawah, dengan sabdanya: "Tiada Tuhan melainkan Allah, tiada sekutu bagiNya, benar janjiNya, membantu hambaNya, mengalahkan golongan Ahzab sendiriNya, ingatlah setiap warisan lama, setiap warisan Jahiliyyah samada harta benda atau darah kesemuanya di bawah kakiku ini, kecuali penjaga Baitullah dan pemberi minum kepada Jemaah Haji. Ingatlah, pembunuhan secara tersalah adalah hampir seperti dengan tindakan secara sengaja dengan menggunakan cemeti dan rotan dendanya terlalu berat, iaitu seratus ekor unta, empat puluh darinya sedang sarat mengandung. Wahai kalian Quraisy, sesungguhnya Allah telah pun melenyapkan dari kamu kesombongan jahiliyyah, sikap bermegahan dengan baka keturunan, sebenarnya manusia adalah dari Adam sedang Adam adalah dari tanah."
Kemudian Baginda membaca ayat Al-Quran:
"Wahai manusia sesungguhnya Kami ciptakan kamu sebagai lelaki dan perempuan, dan Kami ciptakan kamu berbangsa-bangsa berqabilah-qabilah untuk kamu berkenalan, sesungguhnya yang termulia dari kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Bijaksana "
Al-Hujuraat: 13
HARI INI KAMU TIDAK DITEMPELAK LAGI
Kemudian sambung Baginda dengan sabdanya:
"Wahai kalian Quraisy, apakah yang kamu fikirkan akan ku lakukan terhadap kamu semua?" Jawab mereka: "Tentulah baik, kerana saudara seorang yang mulia anak kepada saudara yang mulia". Maka jawab Rasulullah s.a.w: "Sesungguhnya aku berkata kepada kalian seperti Yusof telah berkata kepada saudara-saudaranya: Tiada tempelak ke atas kamu di hari ini, Ayuh beredarlah, kamu semua bebas.
KUNCI KAABAH DIKEMBALIKAN SEMULA KEPADA PENJAGANYA
Selepas semuanya itu, Rasulullah s.a.w duduk semula di dalam Al-Masjid, di mana Ali bin Abi Talib (r.a) bangun dan menemui Rasulullah s.a.w sambil memegang kunci pintu Kaabah, dengan berkata: "Wahai Rasulullah s.a.w, berilah tugas menjaga Kaabah dan tugas memberi minum kepada kami, semuga Allah memberi selawat ke atas engkau". Tetapi di dalam riwayat yang lain yang mengemukakan permohonan itu ialah Al-'Abbas. Di sini Rasulullah s.a.w bersabda: "Di mana Uthman bin Talhah?" Dengan itu dijemput Uthman bin Talhal ke hadapan Rasulullah s.a.w dan Rasulullah s.a.w berkata: "Ini dia kunci untuk engkau, hari ini adalah hari kebaikan dan tunai janji". Mengikut riwayat Ibn Sa'd di dalam kitab bernama al-Tabaqat bahawa Baginda telah berkata kepada Uthman semasa penyerahan kunci itu dengan sabdanya: "Ambillah kunci ini untuk selama-lamanya, ianya tidak akan dirampas kecuali yang zaiim, sesungguhnya Allah telah meletakkan amanatnya ke atas kamu, dan makanlah segala sesuatu yang tersampai kepada kamu dari rumah Allah ini dengan ma' ruf".
BILAL MENGALUNKAN AZAN DI ATAS KAABAH
Bila masuk sahaja waktu solat Rasulullah s.a.w pun menyuruh Bilal (r.a) memanjat ke atas Kaabah untuk melaung azan dari atas sana, sedang di masa itu Abu Sufian bin Harab, Utab bin Usaiyed dan Al-Harith bin Hisyam duduk di laman Kaabah, maka kata Utab: "Sesungguhnya Allah telah membiarkan Usaiyed untuk tidak mendengar laungan ini, kerana ianya boleh memberangkan beliau", maka jawab Al-Harith: "Demi Allah seandainya ku mengetahui ianya satu kebenaran dari dahulu lagi ku ikutinya", sampuk Abu Sufian: "Demi Allah, aku tidak akan.membuat sebarang ulasan, kalaulah aku bercakap nescaya anak-anak batu ini akan menceritakan segalanya". Di masa itu Rasulullah s.a.w pun muncul di khalayak mereka dengan berkata: "Aku tahu apa yang kamu semua bercakap-cakap tadi", maka terus Baginda menceritakan apa yang mereka perkatakan tadi. Kata Al-Harith dan Utab: "Kami bersaksi tuan hamba adalah Pesuruh Allah. Demi Allah tiada siapa pun di sini yang boleh menuduh bahawa si pulan telah menceritakan kepada tuan hamba.
SOLAT PEMBUKAAN KAABAH ATAU SOLAT SYUKUR
Di hari itu Rasulullah s.a.w masuk ke dalam rumah Ummu Hani binti Abi Talib, Baginda bersuci kemudian sembahyang lapan rakaat di dalam rumahnya, ketika itu adalah waktu dhuha, ada orang menyangka Rasululluh sembahyang dhuha. Yang sebenarnya Baginda bersolat kemenangan di atas pembukaan kota Makkah. Di masa itu Ummu Hani telah pun memberi perlindungan kepada dua orang mertuanya, maka kata Rasulullah s.a.w: "Kami melindungi orang yang dilindungi oleh Ummu Hani". Sebelum ini saudaranya Ali bin Abi Talib menuntut untuk membunuh m'breka berdua, namun beliau telah menutup pintu rumahnya, justeru itulah maka beliau bertanyakan Rasulullah s.a.w dan Rasulullah s.a.w pun memberi penegasan kepada beliau.
MENGHALAL DARAH BEBERAPA ORANG KEPALA PENJENAYAH
Di hari berkenaan Rasulullah s.a.w menghalalkan darah sembilan orang kepala penjenayah Makkah, malah Rasulullah s.a.w memerintahkan supaya dibunuh kesembilan-kesembilan mereka walau pun didapati mereka berpaut ditirai Kaabah, mereka ialah: Abd Al-'Uzza bin Khatal, Abdullah Ibni Abi Surah, Ikrimah bin Abi Jahal, Al-Harith bin Nufail bin Wahab, Muqis bin Sababah, Habbar bin Aswad, dua orang penyanyi wanita milik Ibn Khatal, kedua mereka ini sering mencaci Rasulullah s.a.w melalui nyanyian mereka dan Sarah hamba perempuan milik seorang Banu Abdul Muttalib, beliau inilah yang membawa risalah dari Hatib bin Abi Baltaah.
Ada pun Ibni Abi Surah, telah dibawa oleh Saidina Uthman k ehadapan Rasulullah s.a.w, beliau menjadi orang tengah kepada Rasulullah s.a.w, maka dengan itu terhindarlah nyawa beliau dari ancaman pembunuhan, malah Rasul telah menerima pengakuan Islamnya, di mana sebelum ini Baginda menangguh untuk menerimanya, dengan harapan akan terdapat di kalangan sahabat yang bertindak membunuhnya, kerana beliau sebelum ini sudah memeluk Islam dan turut berhijrah kemudian beliau murtad dan lari balik ke Makkah.
Ikrimah bin Abi Jahal telah melarikan diri ke negeri Yaman, namun isterinya telah berusaha mendapatkan perlindungan, maka Rasulullah s.a.w pun memberi jaminannya, dengan itu beliau telah berusaha untuk mendapat kembali suaminya yang lari itu, setelah bertemu beliau turut pulang ke Makkah dan memeluk Islam akhirnya beliau menjadi seorang Islam yang baik.
Manakala Ibni Khatal didapati sedang bergantung di tirai Kaabah, hal beliau telah dilaporkan kepada Rasulullah s.a.w, maka kata Baginda: "Bunuh sahaja". Maka beliau pun terus dibunuh di situ. Adapun Muqais bin Sababah telah dibunuh oleh Namilah bin Abdullah, Muqais sebelum ini telah pun memeluk Islam, tiba-tiba berlaku peristiwa di mana Muqais telah menyerang seorang lelaki Ansar menyebabkan beliau membunuh lelaki Ansar, kemudian beliau murtad dan lari menyertai kaum musyrikin di Makkah. Al-Harith merupakan orang yang paling, menyakiti Rasulullah s.a.w semasa di Makkah. Beliau telah dibunuh oleh Ali bin Abi Talib.
Habbar bin Al-Aswad adalah orang yang menganggu Zainab binti Rasulullah s.a.w di hari beliau hendak berhijrah menyebabkan beliau terjatuh ke atas ketulan batu hingga berlaku keguguran, namun di hari pembukaan beliau telah lari dari Makkah, kemudian beliau memeluk Islam dan menjadi orang baik.
Malah seorang dari dua orang penyanyi telah dibunuh, yang kedua telah diberi jaminan keselamatan, justeru itu beliau memeluk Islam, sebagaimana berlaku kepada Sarah yang juga turut memeluk Islam.
Kata Ibnu Hajar: Abu Ma'syar telah menyebut tentang mereka yang telah diisytiharkan halal darah, mereka ialah Al-Harith bin Talatil Al-Khuzai'e beliau telah dibunuh oleh Ali. Al-Hakim menyebut bahawa di antara mereka yang dihalalkan darahnya ialah Kaab Zuhair, cerita mengenai beliau adalah cerita yang terkenal, akhirnya beliau memeluk Islam dan bermadah memuji Rasulullah s.a.w.
Adapun perihal Wahsyi bin Harb dan Hind binti Utbah berakhir dengan memeluk Islam, manakala Arnab hamba perempuan Ibnu Khatal telah terbunuh, juga Ummu Saad sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Ishak, dengan itu maka genaplah bilangan mereka yang dibunuh semasa pembukaan Makkah itu lapan orang lelaki dan enam perempuan. Berkemungkinan Arnab dan Ummu Saad itu adalah dua orang penyanyi, berlaku ikhtilaf pendapat mengenai kedua-dua nama mereka atau nama keduanya itu sebenarnya nama timangan atau gelaran.
SAFWAN BIN UMAIYAH DAN FUDHALAH BIN UMAR MEMELUK ISLAM
Safwan bin Umaiyah tidaklah merupakan di antara tokoh yang dihalalkan darahnya, namun sifatnya sebagai pemimpin besar di dalam masyarakat, membawa beliau mencurigai keselamatan dirinya sendiri, maka sebab itu beliau melarikan diri, dan beliau dipohon keamanan dari Rasulullah s.a.w oleh Umair bin Wahab Al-Jumahi: Rasulullah s.a.w pun menerima permintaan Umair itu, sebagai tanda, Baginda memberikan beliau serbannya yang dipakai semasa memasuki kota Makkah. Amir pun segera mendapatkan Safwan yang sedang hendak menaiki kapal layar yang akan bertolak ke negeri Al-Yaman. Amir cepat-cepat memegang Safwan, dan memberi tahu kepadanya bahawa beliau telah meminta dari Rasulullah s.a.w untuk memberi masa kepada beliau yakni Safwan selama dua bulan untuk beliau membuat keputusan, tetapi Rasulullah s.a.w telah menjawab dengan sabdanya: "Aku beri empat bulan". Maka dengan itu Safwan pun memeluk Islam. Sebenarnya isterinya sudah pun memeluk Islam terlebih dahulu darinya sebelum ini, dan Rasulullah s.a.w telahpun memperakui dengan akad pertama mereka dahulu.
Fudhalah adalah seorang wira yang berani, beliau telah datang menghampiri Rasulullah s.a.w semasa bertawaf dengan tujuan untuk membunuh Baginda. Tetapi Rasulullah s.a.w semasa berseiringan dengan Fudhalah, Baginda memberi tahu beliau tentang rancangan jahat beliau yang terpendam di dalam hatinya, menyebabkan beliau terus memeluk Islam.
PENYAMPAIAN RASULULLAH S.A.W DI HARI KEDUA PEMBUKAAN MAKKAH
Pada keesokan hari Rasulullah s.a.w tampil ke hadapan membuat satu penyampaian kepada khalayak ramai Makkah, setelah memuji dan bertahmid kepada Allah, Baginda bersabda: "Wahai manusia kalian, sesungguhnya Allah telah mengharamkan bumi Makkah sejak langit dan bumi ini dijadikan, maka ianya menjadi haram dengan pengharaman Allah itu, hinggalah ke hari qiamat, tidak halal bagi seseorang yang beriman dengan Allah dan hari akhirat untuk menumpah darah, atau mematahkan pokok-pokok, kiranya ada orang mempersoalkan peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w, makajawab kepada mereka: Sebenarnya Allah telah pun mengizinkan kepada RasulNya sahaja dan tidak kepada kamu, itu pun diharuskan untuk ketika tertentu sahaja, nah kini pengharaman kembali semula seperti di hari kelmarin, oleh itu yang hadir di antara kamu berkewajipan menyampaikan kepada yang tidak hadir".
Dalam satu riwayat yang lain: Tidak mematahkan sebarang durinya, tidak mengemparkan buruannya, tidak mengambil barangan tercicir kecuali orang yang mengenalinya, dan tanah lapangnya tidak boleh dibuang air (air kecil atau air besar). Al-'Abbas mencelah dengan katanya: "Wahai Rasulullah s.a.w kecuali pokok Al-Izkhir, kerana ianya untuk hamba-hamba dan rumah mereka". Jawab Rasulullah s.a.w: "Ya kecuali pokok Al-Izkhir".
Sebelum ini Khuza'ah telah membunuh seorang lelaki dari Banu Laith membalas dendam di atas pembunuhan seorang anggota qabilah mereka. Sehubungan dengan perkara ini maka Rasulullah s.a.w bersabda: "Wahai kalian Khuza'ah, elaklah tangan kamu dari pembunuhan, sebenarnya pembunuhan terlalu banyak, walau pun itu boleh memberi manfaat, sebelum ini kamu telahpun membunuh mangsa kamu dan kini biarlah aku membayar pampasannya, tetapi sesiapa yang membunuh selepas pemberitahuan ku ini di sini, maka keluarganya di antara dua pilihan, sekiranya mereka mahu darah maka darah pembunuhannya, atau sekiranya mereka mahu tebusan maka pampasanlah hams dibayar".
Dalam satu riwayat yang lain; Maka bangunlah seorang berketurunan Al-Yaman yang dikenali sebagai "Abu Syah" menyeru: "Wahai Rasulullah s.a.w! Tuliskanlah itu untukku", maka kata Rasulullah s.a.w: "Ayuh tuliskanlah untuk Abu Syah".
KECURIGAAN AL-ANSAR DENGAN PERMUKIMAN RASULULLAH S.A.W DI MAKKAH
Setelah selesai semua urusan mengenai pembukaan Makkah yang merupakan tanah air dan tanah tumpah darah Baginda, maka Al-Ansar mencurigai sesuatu, dan mereka berbisik-bisik sesama mereka: "Apakah kamu berpendapat bahawa setelah mereka membantu Rasulullah s.a.w hingga terbuka tanah airnya ini akan Baginda terus bermaustautin di sini?". Sedang di ketika itu Baginda tengah menadah tangannya yang mulia itu berdoa restu di atas bukit As-Safa', setelah selesai dari doanya itu terus Baginda bertanya: "Apa yang kamu cakap-cakapkan tadi?". Jawab mereka: "Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah s.a.w". Baginda terus mendesak mereka mengenai apa yang mereka bisik-bisikkan itu, hinggalah mereka mencerita yang sebenar, maka segera Rasulullah s.a.w menjawab dengan penegasannya: "Aku berlindung dengan Allah, sebenarnya penghidupanku adalah dipenghidupan kamu dan kematian ku adalah dipersada kematian kamu".
AL-BAI'AH
Setelah berjayanya pembukaan Makkah dengan pertolongan Allah itu, maka tertampillah kebenaran Islam kepada penduduk Makkah dan mereka sudah pasti bahawa tiada jalan kepada kejayaan yang hakiki kecuali dengan Al-I-slam, dengan itu maka mereka semua tunduk dan patuh kepada perintah-perintah Islam, mereka semua berkumpul untuk membuat pengakuan taat setie dalam satu program bai'ah di mana Rasulullah s.a.w duduk di Bukit As-Safa dengan sekalian yang hadir manakala Umar Ibnu Al-Khattab di bawah sedikit dari Rasulullah s.a.w memerhati sesiapa yang hadir di situ, dengan itu semua yang datang ke situ masing-masing membuat bai'ah dengan Rasulullah s.a.w sekadar yang terdaya mereka lakukan.
Di dalam kitab "Madarik al-Tafizil" menyebut seperti berikut: Diriwayatkan bahawa setelah Rasulullah s.a.w selesai dari proses menerima bai'ah daripada kaum lelaki, Baginda meneruskan penerimaan bai'ah dari kaum wanita pula. Rasulullah s.a.w duduk di bukit As-Safa' sedang Umar bin Al-Khattab duduk di samping Rasulullah s.a.w membai'ah mereka dengan perintah Rasulullah s.a.w, juga menyampaikan kepada mereka segala sesuatu dari Baginda. Dalam keadaan begitu, Hind bind Utbah, isteri Abu Sufian pun datang ke hadapan Rasulullah s.a.w dengan cara menyamar diri kerana takutkan Rasulullah s.a.w mengetahui beliau, kerana beliau masih mengingati tindakannya terhadap Hamzah. Maka Rasulullah s.a.w berkata: "Aku membai'ahkan kamu untuk tidak mensyirikkan Allah dengan barang sesuatu pun". Tugas ini dilakukan oleh Umar, dan kata Rasulullah s.a.w: "Dan jangan kamu mencuri". Maka jawab Hind: "Sebenarnya Abu Sufian seorang yang bakhil, sekiranya aku ambil sedikit dari hartanya beliau akan terkilan", maka kata Abu Sufian: "Apa yang engkau ambil itu halal". Lalu Rasulullah s.a.w pun tersenyum kerana Baginda sudah mengenali beliau dengan katanya: "Engkau ini Hindun"?. Jawab beliau: "Ya wahai Rasulullah s.a.w". Katanya lagi: "Maafkanlah daku wahai nabi Allah", maka Rasulullah s.a.w pun memaafkan beliau. Kata Baginda: "Dan tidak berzina". Kata Hindun: "Apakah seorang wanita yang merdeka wajar berzina?". Jawab Rasulullah s.a.w: "Dan tidak sekali-kali membunuh anak- anak mereka". Kata Hindun pula: "Kami yang memeliharakan mereka sejak kecil lagi, dan kamulah yang membunuh mereka apabila dewasa, dan merekalah yang lebih mengetahui hal ini". Kerana anaknya Hanzalah bin Abi Sufian telah terbunuh di dalam peperangan Badar, menyebabkan Umar ketawa hingga beliau terduduk, manakala Rasulullah s.a.w tersenyum sahaja.
Kata Rasulullah s.a.w lagi: "Dan tidak juga melakukan perkara-perkara sumbang". Jawab Hindun: "Demi Allah kerja sumbang itu suatu yang hodoh dan jelek, sebenarnya apa yang Rasulullah s.a.w perintahkan itu adalah suruhan-suruhan yang wajar lagi matang di samping suruhannya kepada akhlak-akhlak mulia". Seterusnya kata Rasulullah s.a.w: "Dan tidak sekali-kali membantah terhadap kerja-kerja makruf (kebaikan)". Kata Hindun: "Demi Allah kami menghadiri perhimpunan sedang dalam hati kami tidak ada sedikit pun cebisan-cebisan penderhakaan".
Semasa beliau pulang ke rumahnya terus beliau memecahkan berhala-halanya sambil berkata: "Kami tertipu dengan kau".
MARHALAH KE TIGA
Ini merupakan marhalah terakhir di dalam perjalanan hidup Rasulullah s.a.w S.A.W. yang mempamerkan pencapaian -pencapaian hasil usaha dakwahnya. Selepas melalui satu masa perjuangan jihad, kepenatan, tribulasi, peperangan dan pertarungan yang tidak kurangnya menumpahkan darah yang banyak kesemuanya ini Baginda harungi selama 20 tahun.
Pembukaan kota Mekah merupakan kemenangan yang kritikal yang dicapai oleh kaum muslmin di sepanjang tahun perjuangan mereka, kemenangan yang mengubah peta dan urusan perjalanan hidup seterusnya merubah suasana dan bi'ah bangsa arab itu sendiri. Pembukaan agung itu merupakan garis pemisah diantara era lama dan yang akan datang dimana sebelum ini bangsa arab yang menjadi ikutan mereka. Penundukkan kaum quraisy di bawah bendera islam dianggap sebagai penghapusan total kepada kuasa dan penyembahan berhala di semenanjung Arab. Marhalah ini dapat dibahagikan kepada dua fasa:
Fasa Pertama: Perjuangan dan peperangan
Fasa Kedua : Bangsa yang berbagai dan qabilah-qabilah arab berlumba lumba menganut islam
PEPERANGAN HUNAIN
Pembukaan kota Makkah berlaku dalam satu masa yang terlalu singkat. Selepas satu pukulan mengejut, membingungkan seluruh bangsa Arab dan menjadikan seluruh qabilah yang berhampiran dengannya terkejut, mereka tidak berdaya untuk menghalanginya, oleh yang demikian mereka tidak ada jalan selairi dari menerima sahaja hakikat yang berlaku, terkecuali beberapa qabilah yang gagah, ganas dan bongkak, terutamanya seperti suku Hawazin dan Thaqif, kemudian turut membuat sikap yang sama ialah qabilah Nasr, Jasyam, Saad bin Bakar dan beberapa individu dari Banu Hilal. Kesemua mereka ini dari kelompok Qais Ailan, qabilah-qabilah ini terasa berat untuk menerima kemenangan Islam. Oleh yang demikian maka seluruh mereka telah bersekutu dengan Malik bin Auf An-Nasri dan membuat keputusan untuk bergerak mara memerangi kaum muslimin.
PERGERAKAN MUSUH DAN PERSINGGAHAN DI AUTAS
Sebaik sahaja Malik bin Auf selaku turus agung pemimpin pergerakan musuh membuat keputusan untuk bergerak memerangi kaum muslimin, maka di antara keputusannya ialah membawa bersama mereka harta-harta, kaum wanita dan anak-anak mereka. Dengan itu mereka pun bergerak hingga sampai di Autas, lembah yang terletak di daerah perkampungan Hawazin berhampiran "Hunain". Namun demikian lembah Autas bukanlah lembah Hunain, lembah Hunain terletak berhampiran Zi Al-Majaz. Dari lembah Autas ke Makkah adalah sepuluh batu lebih ke arah Arafah.
YANG BERPENGALAMAN DI DALAM PEPERANGAN (MEMATAHKAN) PENDAPAT PEMIMPIN
Semasa beliau turun bersama orang ramai di Autas, di antara mereka ialah Duraid bin As-Sammah, ianya seorang yang lanjut usia dan buta, berpengetahuan mengenai peperangan, berani dan berpengalaman. Tanya Duraid: "Di lembah mana kamu sekarang?" Jawab yang hadir: "Kita sekarang di Autas," maka kata beliau: "Ianya adalah sebaik tempat untuk kuda-kuda di sini", ku menelah bahawa tiada peristiwa yang mendukakan dan tanah lapang yang tidak diceroboh, tetapi apa itu? ku dengar suara-suara unta dan teriakan keldai, malah kedengaran tangisan anak-anak dan bebekan kambing" Jawab mereka: "Sebenarnya Malik bin Auf telah mengerah habis-habisan, bersama-sama askar ialah kaum wanita, harta-harta dan anak-anak mereka, kemudian beliau menjemput Malik dan bertanyakan kenapa dibawa kesemuanya ini. Jawab beliau: "Aku hendak letak semuanya ini di belakang setiap tentera supaya setiap mereka bersemangat untuk mempertahankan haknya". Jawab Duraid: "Demi Allah, ini adalah tindakan seorang gembala kambing, bukannya seorang pemimpin bangsa. Apakah orang kalah dapat membawa balik sesuatu?
Sebenarnya walaupun kesemuanya itu milik kau tetapi ianya tidak memberi sebarang faedah pun kepada seorang pahlawan selain dari pedang dan tombaknya. Seandai kau kalah bererti kau telah menempah padah buruk ke atas keluarga kau dan harta kau". Kemudian beliau bertanya kepada qabilah- qabilah lain dan pemimpin-pemimpinnya. Dan katanya lagi: "Wahai Malik, sebenarnya kau belum lagi menyediakan perisai "Huwazin" ke leher-leher kuda-kuda mereka, Ayuh letakkan mereka di dalam benteng-benteng negara mereka, dan status ketinggian bangsa mereka, kemudian berhadapanlah dengan pengikut Muhammad itu dengan kuda kamu, sekiranya kemenangan berpihak kepada kamu maka orang-orang kau akan menurut dari belakang, tapi sekiranya kau kalah maka keluarga kau dan harta kau masih selamat".
Namun Malik ketua agung itu enggan mematuh permintaan itu dengan menegaskan: "Demi Allah tidak akan ku lakukan, sebenarnya kau sudah lanjut usia, pemikiran kau pun sudah nyanyuk. Demi Allah, Hawazin mesti mengikut cakapku, atau pun aku boleh tusukkan pedang ku ini ke perut ku hingga terkeluar dari belakang ku". Sebenarnya beliau tidak suka Duraid memain sebarang peranan yang kelak akan disebut-sebut namanya. Maka jawab seluruh Hawazin: "Ya kami semua mengikut arahan mu". Sekali lagi Duraid berkata: "Inilah hari yang belum pernah lagi aku saksikan sepertinya, aku tidak mahu melepas peluang untuk melihat kesudahannya". Lantas beliau bermadah:
Kiranya ku masih belia
Di medan perang ku mara
Kancahnya ku nyala
Tentera ku terajui
Air mata ku usapi
Kini peperangan bagaikan biri-biri
Ke ruang persembelihan dituntuni
UNIT INTIPAN MUSUH
Beberapa orang risikan yang dihantar oleh Malik kini kembali kepadanya memberi laporan dalam keadaan mengeletar. Kata Malik: "Apa ceritanya?" Jawab mereka; "Kami dapati tentera serba putih di atas belakang kuda-kuda merah dan putih, kami ketakutan dan inilah hal kami".
UNIT INTIPAN RASULULLAH S.A.W
Rasulullah s.a.w telah mendapat maklumat tentang pergerakan musuh, sebagai tindakan maka Rasulullah s.a.w mengutus Abi Hadad Al-Aslami menyuruh beliau menyusup masuk ke tengah-tengah musuh dan tinggal di sana untuk memperolehi maklumat lengkap mengenai mereka. Abu Hadad pun bergerak ke sana.
RASULULLAH S.A.W BERGERAK MENINGGALKAN MAKKAH MENUJU KE HUNAIN
Tanggal enam (6) haribulan Syawal tahun kelapan (8) Hijrah bersamaan pada hari Sabtu, Rasulullah s.a.w pun bergerak keluar dari Makkah. Hari itu genap sembilan belas hari Rasulullah s.a.w memasuki Makkah, Baginda bergerak dengan kekuatan seramai dua belas ribu tentera Islam, sepuluh ribu adalah mereka yang keluar bersama-sama Baginda semasa pembukaan Makkah, selebihnya adalah penduduk Makkah, di mana kebanyakan mereka masih baru lagi menganut Islam. Rasulullah s.a.w telah meminjamkan seratus pasang baju besi dengan kelengkapannya sekali, buat memikul tanggungjawab Makkah, Baginda telah meletak Utab bin Usaiyed sebagai amirnya.
Di sebelah petang seorang askar berkuda telah datang menemui Rasulullah s.a.w dengan berkata: Ku telah naik ke bukit itu dan bukit ini, dan ku telah dapati qabilah Hawazin telah keluar seisi rumah mereka, wanita-wanitanya, unta-unta dan harta-hartanya. Rasulullah s.a.w senyu.m mendengar laporan berkenaannya sambil berkata: "Itu adalah harta rampasan kaum muslimin besok". Insya Allah, di malam itu secara sukarela Anas bin Abi Mirthad al-Ghanuwi telah menawar dirinya untuk mengawal Rasulullah s.a.w.
Semasa di dalam perjalanan mereka ke "Hunain" tentera Islam telah melihat sepohon kayu besar menghijau dikenali sebagai "Zat Anwat". Sudah menjadi adat orang Arab untuk menyangkut peralatan senjata mereka di situ. Maka kata sesetengah tentera kepada Rasulullah s.a.w: "Wahai Rasulullah s.a.w, buatkan untuk kita Zat Anwat juga seperti mereka mempunyai Zat Anwat mereka. Jawab Rasulullah s.a.w: "Allahu Akbar, Maha Besar Allah, kamu sanggup berkata demikian. Demi Tuhan yang nyawa Muhammad di tanganNya, kata-kata kamu ini serupa dengan kata-kata kaum Musa kepadanya. Jadikanlah untuk kami Tuhan, seperti mana mereka itu mempunyai Tuhan mereka dan kata Musa: Sesungguhnya kamu ini satu kaum yang jahil, dan sebenarnya inilah ikutan, dan sebenarnya kamu akan mengikuti jalan- jalan orang yang terdahulu dari kamu ". Terdapat juga di antara mereka yang berkata setelah melihat bilangan tentera yang ramai: Di hari ini kita tidak boleh dikalahkan lagi. Kata-kata ini dianggap dan dipandang berat oleh Rasulullah s.a.w.
TENTERA ISLAM DISERANG HENDAP DAN PENDIRIAN KAUM MUHAJIRIN
Tentera Islam telah sampai ke Hunain pada malam Selasa sepuluh hari terakhir bulan Syawal. Malik bin Auf telah sampai ke situ terlebih dahulu, beliau telah menyusun tenteranya di lembah Hunain, dengan meletakkan kelompok penyerang di sepanjang jalan dan pintu masuk malah di seluruh lereng-lereng bukit Hunain dan lorong-lorongnya, beliau memberi arahan supaya mereka memanah tentera Islam apabila mereka muncul di situ, kemudian menyerang serentak ke atas tentera Islam.
Di hujung malam Rasulullah s.a.w menyusun tenteranya, Baginda membahagikan tenteranya kepada pasukan-pasukan dan unit-unit, di awal subuh mereka berjalan menuju ke lembah Hunain, semasa tentera Islam turun ke lembah berkenaan, tiba-tiba mereka dihujani dengan serang hendap oleh tentera Malik yang telah lama menunggu di situ, tentera Islam dihujani dengan panahan yang bertubi-tubi, serentak dengan itu unit-unit tentera musuh mengasak mereka, apa lagi tentera Islam pun berpatah balik ke belakang dalam keadaan berkecamuk dan huruhara. lanya adalah satu kekalahan yang parah, hinggakan Abu Sufian yang masih baru lagi dengan Islam pun berkata; "Kekalahan mereka ini tidak akan berhenti kecuali setelah mereka berundur hingga sampai Laut (yakni Laut Merah). Dalam keadaan kelam Kabul Jibillah atau Kildah bin Al-Junaid meneriak dengan katanya: "Hari ini sihir sudah tidak menjadi lagi". Rasulullah s.a.w mengelak sebelah kanan sambil melaung: "Wahai kalian ayuh ke sini, aku adalah Rasulullah s.a.w, aku Muhammad Ibni Abdullah". Yang kekal bersama Baginda dalam keadaan yang gawat ini hanya beberapa orang dari kaum Muhajirin dan keluarga Baginda. Di dalam situasi ini terserlah keberanian Rasulullah s.a.wyang tiada bandingannya. Rasulullah s.a.w tampil ke hadapan kaum kafirin dengan memecut keldainya sambil melaung:
Aku adalah nabi sebenar tiada mendusta
Akulah putera Abdul Al-Muttalib
Di masa itu Abu Sufian bin Al-Harith terus memegang tali keldainya dan Al-'Abbas pun dengan tunggangannya kedua-dua mereka membantu Rasulullah s.a.w supaya keldai tidak memecut laju. Kemudian Rasulullah s.a.w turun dengan tangan memohon kepada Allah dengan katanya: Ya Allah Ya Tuhanku turunkanlah pertolongan Mu itu.
TENTERA ISLAM BERSATU SEMULA DAN MENERUSKAN PEPERANGAN
Rasulullah s.a.w mengarah bapa saudaranya Al-'Abbas yang bersuara lantang untuk melaung kepada semua para sahabat. Kata Al-'Abbas: Aku melaung sehabis lantang suaraku: "Mana dia para sahabat setia?" Kata Al-'Abbas seterusnya: Demi Allah, semasa mereka mendengar laungan itu segera mereka berpatah balik bagaikan kembalinya seekor lembu ke hadapan anak kesayangannya. Jawab mereka semua: "Ya Rasulullah s.a.w, Ya Rasulullah s.a.w ada orang cuba hendak berpatah balik kepada Rasulullah s.a.w dengan untanya, sudah tidak terdaya kerana kesesakan, maka ditinggalkannya sahaja tunggangan itu, dengan mengambil pedangnya, dan perisai, terus meluru ke arah suara yang melaung mereka". Setelah terkumpul seratus orang maka mulalah mereka menghadapi tentangan musuh dan terus berperang dengan lebih serius. Setelah itu laungan khusus ditujukan kepada golongan Al-Ansar, lebih khusus lagi kepada golongan Banu Al-Harith bin Al-Khazraj, dengan itu kelompck-kelompok Islam mula bercantum semula satu demi satu hingga pulih dan kembali keadaannya seperti sebelum berlakurya peperangan, dan kini kedua-dua belah pihak saling asak m.sngasak pihak lawannya. Apabila Rasulullah s.a.w melihat ke arah medan pertempuran, didapati begitu sengit dan setiap pihak bergelut, justeru itu Baginda bersabda: "Kini peperangan memuncak". Maka Baginda mengambil segenggam pasir dan melontarnya ke arah musuh sambil bersabda: "Buta mata kalian". Dengan izin Allah setiap mata musuh terkena pasir lontaran Rasulullah s.a.w menyebabkan daya saingan mereka luntur dan keadaan mereka kucar kacir.
KEKUATAN MUSUH BERPECAH DIIKUTI DENGAN KEKALAHAN TERUK
Tidak berapa lama selepas Rasul mencampak pasir ke muka musuh, ketaralah kekalahan mereka, dari Thaqif sahaja tujuh puluh (70) orang terbunuh, dengan itu kaum muslimin segera mengondol harta dan peralatan senjata musuh termasuk kaum wanita menjadi tawanan. Perkembangan akhir ini telah pun Allah (s.w.t) menyebut di dalam firmanNya:
"Dan ingatlah peperangan Hunain iaitu kamu menjadi bongkak kerana banyaknya jumlah kamu. Maka jumlah yang banyak tidak memberi faedah kepada kamu sedikit pun dan bumi yang luas terasa sempit olehmu kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan orang-orang yang beriman dan Allah menurunkan bala tentera yang kdmu tiada melihatnya dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir dan demikian penbalasan kepada orang-orang kafir ".
At-Taubah: 25 - 26
GERAKAN MEMBURU
Sebaik sahaja musuh merasai kekalahan mereka, maka sebahagian mereka segera melarikan diri ke Taif, sekumpulan yang lain lari ke Nakhlah, yang satu lagi ke Autas. Rasulullah s.a.w segera menghantar satu unit pemburu dipimpin oleh Abu Amir Al-Asya'ari, di sana berlaku satu pertempuran kecil di antara kem Islam dan kem musyrikin, berakhir dengan kekalahan puak musyrikin. dalam pertempuran ini Abu Amir Al-Asya'ari jatuh syahid. Sekumpulan yang lain memburu kelompok musyrikin yaiig lari ke Nakhlah dan sempat mereka menghancurkan kelompok berkenaan. Bersama mereka Duraid bin al- Sammah, juga dibunuh oleh Rabiah bin Rafi'e. Manakala kelompok yang lari ke Taif, Rasulullah s.a.w sendiri yang bertindak memburunya dan darinya terkumpul rampasan-rampasan perang yang banyak.
RAMPASAN-RAMPASAN
Rampasan yang dipungut oleh kaum muslimin terdiri dari: Enam ribu (6,000) orang tawanan, dua puluh empat ribu (24,000) ekor unta, lebih empat puluh ribu (40,000) ekor biri-biri dan empat ribu (4,000) awqiyah emas. Rasulullah s.a.w menyuruh dihimpunkan kesemuanya itu, dan ditempatkan di "Al-Ja'ranah", dengan melantik Mas'ud bin Amru al-Ghaffari sebagai penjaganya, tanpa membahagikannya, hinggalah selesai gerakan ghuzwah ke atas "al-Ta'if". Di antara orang yang menjadi tawanan perang ialah al- Syaima' binti Al-Harith As-Saadiah saudara sepenyusuan nabi, semasa beliau di bawa ke hadapan Rasulullah s.a.w serta memperkenalkan dirinya, lalu Rasulullah s.a.w pun membebaskannya setelah memastikannya dengan suatu tanda yang Baginda mengecaminya. Rasulullah s.a.w memuliakan beliau malah Rasulullah s.a.w menghamparkan kainnya untuk beliau dan dipersilakan beliau duduk di situ. Akhirnya Rasulullah s.a.w menganugerahkan kemerdekaannya dan memulangkannya ke pangkuan keluarganya.
GHAZWAH TABUK
(Bulan Rejab Tahun Kesembilan Hijrah)
Peperangan membuka kota Makkah merupakan peperangan yang menentukan di antara Al-Haq dan Al-Batil, kebenaran dan kepalsuan, hingga dengannya tiada ruang lagi untuk kesangsian dan keraguan tentang kebenaran risalah yang dibawa oleh Muhammad s.a.w di kalangan orang-orang Arab. Arus peristiwa berubah sama sekali, kini orang ramai memasuki agama Allah berduyun-duyun, hal ini dapat di jelaskan semasa pembicaraan dalam tajuk "Perwakilan" nanti dan juga bilangan peserta di dalam Hajjah Al-Wada'. Dengannya selesai sudah bebanan dalam semenanjung Arab dan kaum muslimin boleh berehat sedikit sementara menunggu tugas lain, iaitu mengajar orang ramai syariat-syariat Islam dan kerja menyebar luas dakwah.
PENCETUS PEPERANGAN
Walau pun penyebaran dakwah Islam dapat berjalan dengan licin, namun satu lagi kuasa iaitu Rom, yang dianggap sebesar-besar kuasa ketenteraan pernah muncul di muka bumi ketika itu, di mana permulaan tentangan mereka ialah pembunuhan yang mereka lakukan ke atas duta Rasulullah s.a.w Al-Harith bin Amir Al-Uzdi oleh Syurahbil bin Amru al-Ghassani. Trajedi tersebut berlaku semasa beliau membawa risalah Rasulullah s.a.w untuk diserahkan kepada penguasa Basra. Sebagai tindakan pengajaran Rasulullah s.a.w menghantar satu sariyah yang dipimpin oleh Zaid bin Harithah, di mana beriakunya satu pertempuran yang sengit di tempat bernama Mu'tah, tetapi sariyah ini tidak dapat menuntut bela terhadap penjenayah yang angkuh itu. Walau bagaimana pun ianya memberi kesan yang mendalam di jiwa bangsa Arab di sekitarnya mahu pun yang jauh.
Kaisar Rom tidak akan membiarkan peperangan Mu'tah yang memberi kesan mendalam itu begitu sahaja atau tidak menghirau tendensi qabilah-qabilah Arab yang ingin merdeka dari kekuasaan Rom di samping kemungkinan berlaku kerjasama di antara qabilah-qabilah ini dengan kaum muslimin. Kesemuanya ini menjadi satu ancaman yang besar terhadap Rom yang bersempadan dengan kuasa Islam. Mungkin di suatu ketika akan mengorak ke sempadan Rom selangkah demi selangkah, menggugat kestabilan di perbatasan negeri Syam yang bersempadan dengan wilayah-wilayah Arab. Oleh itu pihak Rom merasakan usaha melemahkan kekuatan Islam adalah satu tanggungjawab, sebelum kuasa Islam menjadi besar, kelak tidak terdaya untuk menghapusnya, dan sebelum kuasa Islam mencabar atau menimbulkan kekacauan dan pemberontakan di daerah Arab yang berhampiran Rom.
Memandangkan kepada kemaslahatan ini, maka tidak sampai setahun selepas peperangan Mu'tah, Kaisar Rom pun mempersiapkan satu angkatan bala tentera yang terdiri dari bangsa Rom dan Arab yang turut dibawah pemerintahannya, seperti suku Ghassan dan lain-lain untuk membuat serangan habis-habisan dalam satu peperangan yang berdarah.
INFOMASI UMUM MENGENAI PERSIAPAN ROM DAN GHASSAN
Bertali arus berita sampai ke Madinah mengenai persiapan Rom untuk membuat satu peperangan habis-habisan ke atas orang-orang Islam. Perasaan takut sentiasa menyelubungi kaum muslimin, terdengar sahaja suara ganjil maka di sangkanya bunyi tapak kaki kuda tentera Rom, keadaan ini dapat dipastikan dari apa yang diceritakan oleh Umar Ibni Al-Khattab mengenai keadaan di mana Rasulullah s.a.w menjauhkan diri dari isteri-isterinya selama sebulan dalam tahun kesembilan (9) Hijrah. Rasulullah s.a.w tinggalkan mereka dan tidak minum dengan mereka. Pada mulanya para sahabat tidak menyedari halnya, kerana menyangka Baginda menceraikan mereka semua sehingga seluruh kaum muslimin berdukacita dan gusar. Umar Ibni Al-Khattab mencerita kisah ini: "Aku mempunyai seorang sahabat dari kalangan orang-orang Ansar. Sekiranya ku tidak dapat menghadiri majlis Rasulullah s.a.w beliau bertanggungjawab membuat perkhabaran dan menyampaikan beritanya, dan kalau beliau tidak hadir aku pula melaporkan perkembangan semasa kepadanya. Mereka berdua ini tinggal dibahagian atas di Madinah, mereka bergilir-gilir menghadiri majlis Rasulullah s.a.w. Kami semua curiga dengan salah seorang raja Ghassan. Telah dimaklumkan kepada kami bahawa beliau ini berhasrat untuk menyerang kami. Dada kami sentiasa berdebar-debar, tiba-tiba di suatu hari saudaraku Al-Ansar itu mengetuk pintu, dengan seruannya: Ayuh buka! Ayuh buka. Terus ku bertanya, apakah orang-orang Ghassan menyerang? Jawab beliau; Tidak! tetapi lebih parah lagi dari itu! Rasulullah s.a.w telah mengasingkan diri dari isteri-isterinya" - Al-Hadith.
Di dalam satu lafaz yang lain menyebut seperti berikut: "Sebelum ini kami sudah bercakap-cakap di mana orang-orang Ghassan telahpun memakai kasut-kasut mereka sebagai persiapan untuk menyerang kita, sahabat ku itu telah keluar dari rumahnya di hari gilirannya dan beliau pulang di waktu Isya', sampai di hadapan rumahku beliau mengetuk pintu sekuat-kuatnya sambil bertanya: Awak tidurkah? Aku terkejut, dan terus keluar. Beliau berkata: Satu peristiwa besar berlaku. Tanyaku, Apa dia? Apakah golongan Ghassan telah melanggar? Kata beliau: Tidak! lanya lebih teruk dan lebih panjang lagi ceritanya. Rasulullah s.a.w telah menceraikan semua isterinya." - Al-Hadith.
Cerita ini mengambarkan kedahsyatan suasana yang sedang dihadapi oleh umat Islam, berhadapan dengan Rom, keadaan bertambah kritis lagi bila golongan munafiqin menghebohkan berita tentang persiapan Rom untuk melanggar Al-Madinah, meskipun golongan munafiqin ini telah menyaksi kejayaan demi kejayaan Rasulullah s.a.w di segenap lapangan. Tiada kuasa di bumi ini yang menggerunkan Rasulullah s.a.w, malah tiap yang menghalang Baginda semuanya tewas berderai. Meskipun demikian mereka terus menaruh harapan akan termakbul apa yang mereka idam-idamkan itu, sehingga di suatu hari pada niat mereka Islam akan musnah bersama penganutnya.
Berdasarkan pandangan mereka di mana hari yang mereka nanti-nanti itu hampir tiba, lantas mereka pelupori membina sebuah sarang dan markas konspirasi berlabel masjid, dalam sejarah dikenali sebagai "Masjid Ad-Dhirar" bermotifkan kekufuran dan memecah belah di antara kaum muslimin serta bermatlamat permusuhan terhadap Allah dan RasulNya. Tidak setakat itu sahaja, malah mereka telah mempelawa Rasulullah s.a.w untuk bersembahyang di situ, kesemuanya ini di dalam perkiraan mereka, iaitu mengelabui mata umat Islam, sehingga kaum muslimin tidak akan menyedari segala perancangan dan pakatan jahat yang dirancang di situ dan tidak akan memerhati siapa yang keluar masuk di masjid itu. Dengan itu ia akan jadi sebuah markas dan sarang yang selamat bagi kaum munafiqin dan kuncu-kuncu mereka dari luar untuk datang ke situ. Walau bagaimana pun Rasulullah s.a.w menangguhkan untuk bersembahyang di situ lantaran kesibukan Baginda dengan urusan-urusan persiapan hingga kesuatu ketika selepas Baginda pulang dari peperangan Tabuk. Dengan itu Allah (a.w.t) membongkar taktik dan perancangan jahat mereka, masjid itu berakhir dengan tindakan Rasulullah s.a.w merobohkannya sekembali dari peperangan Tabuk.
INFORMASI KHUSUS MENGENAI PERSIAPAN ROM DAN GHASSAN
Ini ialah berita dan laporan situasi yang diterima oleh kaum muslimin, orang Islam menerima berita ini dari kaum Al-Anbat yang datang ke Madinah dari Syam kerana berdagang minyak. Mereka mencerikan bahawa pihak Herkules telah pun mempersiapkan satu angkatan bala tentera yang besar seramai empat puluh ribu orang askar. Pimpinan ketenteraan diserahkan kepada salah seorang pembesar Rom, tokoh ini telah bertugas mengerakkan qabilah Lakham, Jazam dan kelompok-kelompok lain yang menganut agama Nasara untuk turut bersama beliau. Berita kemaraan mereka sudah pun sampai ke daerah Al-Balqa'. Beginilah lebih kurang mala petaka yang mengancam kaum muslimin.
SUASANA BAHAYA SEMAKIN MERUNCING
Faktor yang membawa suasana lebih merbahaya ialah masa, kerana ketika ini ialah musim kemarau yang teruk melanda Al-Madinah, semua orang mengalami kesusahan hidup, kawasan tanaman kekeringan air dan binatang tunganggan berkurangan, cuma buah-buahan sahaja yang nampak menjadi dan matang, apa lagi tuannya berasa segan untuk bergerak keluar meninggal dusun, tambahan pula jarak yang jauh dan jalan pun sukar dilalui.
RASULULLAH S.A.W MENGAMBIL KEPUTUSAN MUKTAMAD UNTUK MARA KE HADAPAN
Sebelum sesuatu tindakan yang diambil terlebih dahulu Rasulullah s.a.w membuat penelitian yang cermat terhadap suasana dan perkembangan, penuh hikmah dan perhitungan, justeru itu Baginda mendapati, kalaulah ditangguhkan atau diabaikan serangan terhadap Rom di dalam suasana yang meruncing ini, malah membiarkan pihak Rom menyerang Al-Madinah hingga tenteranya berani mencerobohi lawasan-kawasan di sekitar bumi Al-Madinah, maka ini satu mala petaka yang mengancam dakwah Islam dan populariti tentera Islam. Dan Al-Jahiliyyah yang sedang menghembus nafas terakhirnya akan kembali hidup, setelah ianya menerima pukulan maut di Hunain. Manakala kaum munafiqin pula akan mengambil peluang ini untuk membuat hubungan langsung dengan raja Rom, melalui Abu Amir Al-Fasiq dan mereka akan menikam kaum muslimin dari belakang, di masa itulah Rom akan menyerang barisan depan umat Islam, ini bererti hancurnya segala usaha, tenaga, pengorbanan dan perjuangan yang diharungi para sahabat selama ini. Strategi-strategi ketenteraan yang mereka perolehi selama ini akan pergi bersama angin yang lalu, sia-sia sahaja tanpa sebarang manfaat.
Rasulullah s.a.w menyedari kesemuanya mi, maka untuk itu Rasulullah s.a.w membuat keputusan untuk mengambil tindakan muktamad ini meskipun umat Islam di masa itu sedang diancam kesusahan dan kepahltan hidup. Keputusan menyerang Rom di tempat mereka adalah bijak dan penuh hikmah, hingga dengan itu pihak Rom tidak akan bemiat untuk menyerang Madinah.
PEMAKLUMAN KEPADA UMAT ISLAM SUPAYA MEMBUAT PERSIAPAN UNTUK MENYERANG ROM
Apabila Rasulullah s.a.w membuat keputusan muktamad itu, terus Baginda memaklumkan kepada kalian sahabat supaya membuat persiapan untuk berperang. Baginda (s.a.w) juga mengutus perutusan kepada qabilah-qabilah Arab dan penduduk Makkah supaya bersiap siaga dengan pergerahan ini. Biasanya, Rasulullah s.a.w merahsiakan pergerakan-pergerakan tenteranya, tetapi pada kali ini berlainan pula. Ini kerana Baginda berhadapan dengan suasana yang kritis ditambah pula dengan keadaan cuaca yang buruk melanda Madinah. Untuk itu maka Rasulullah s.a.w mengisytiharkan penyerangan ke atas Rom. Baginda menjelaskan keadaan sebenar kepada seluruh umat Islam supaya mereka membuat persiapan yang cukup dan perkiraan yang bijak. Rasulullah s.a.w menyeru mereka semua kepada Al-Jihad, malah Al-Quran telah turun dengan sebahagian ayatnya dari surah Al-Bara'ah yaang menggesa umat Islam berperang dan membekalkan mereka dengan semangat Al-Jihad. Rasulullah s.a.w mempelawa mereka supaya berkurban dengan harta benda dan menghulurkan infaq sebanyak yang terdaya untuk jalan Allah ini.
KAUM MUSLIMIN BERLUMBA-LUMBA MENLENGKAPKAN PERSIAPAN PERANG UNTUK MENYERANG
Apabila kaum muslimin mendengar suara seruan Rasulullah s.a.w mengajak kepada peperangan melawan Rom maka serta merta mereka berlumba-lumba mematuhi perintah Baginda itu. Mereka segera bangun mempersiapkan diri dan tentera Islam secepat mungkin, seluruh qabilah dan kelompok-kelompok Arab berduyun-duyun turut ke Madinah dari segenap pelusuk dan penjuru, tak seorang pun merelakan ianya tersisih dan tertinggal kecuali golongan yang sakit di dalam hatinya dan terkecuali tiga orang, malah hinggakan golongan fakir dan miskin pun datang mengadap Rasulullah s.a.w meminta supaya mereka pun dapat turut serta untuk melawan Rom, tetapi Rasulullah s.a.w menjawab: "Aku tidak ada sesuatu yang boleh membawa kamu semua". Maka mereka beredar dari situ dengan muka berlinangan air mata, berdukacita kerana tidak dapat turut serta dan ketiadaan sesuatu untuk membiayai peperangan".
"Tidak ada padaku kenderaan yang hendak ku berikan untuk membawa kamu, mereka kembali sedang mata mereka mengalirkan airmata yang bercucuran, kerana sedih mereka tidak mempunyai sesuatu pun yang hendak mereka belanjakan untuk pergi berjinad pada jalan Allah ".
At-Taubah: 92
Di dalam perlumbaan kaum muslim membiayai peperangan, Uthman bin Affan teleh tampil ke hadapan dengan pakej yang tersendiri, satu kafilah unta sebanyak dua ratus ekor sarat dengan muatannya, dua ratus auqiyah makanan diserahkan kepada Rasulullah s.a.w sebagai sedekah, malah beliau membawa seratus ekor unta yang lain, kemudian beliau membawa seribu dinar yang dicurahnya ke dalam riba Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w segera menerimanya sambil bersabda: "Uthman tidak akan binasa selepas ini, lantaran apa yang beliau lakukan itu". Selepas itu beliau memberi lagi sedekah dan bersedekah lagi, hingga sedekahnya sahaja menjadi sembilan ratus (900) ekor unta dan seratus (100) ekor kuda, selain dari wang.
Adapun Abdul Rahman bin Auf telah membawa dua ratus Auqiyah perak sementara Abu Bakr pula membawa kesemua harta miliknya tanpa meninggal apa-apa pun untuk keluarganya selain daripada Allah. Kesemua sekali hartanya empat ribu dirham dan beliaulah orang pertama sekali yang menyerah hartanya kepada Rasulullah s.a.w, manakala Umar membawa separuh dari hartanya, Al-'Abbas membawa banyak sekali dari hartanya, Talhah dan Saad Ibnu Ubbadah dan Muhammad bin Maslamah, semua mereka membawa harta masing-masing. Asim bin 'Adi membawa sembilan puluh ekor unta yang sarat dengan muatan buah tamar.
Selepas itu datanglah orang beramai-ramai, masing-masing membawa kadar sedekah, ada yang banyak, ada yang sedikit, yang terkurang dari mereka dan ada juga yang membawa seraub atau dua raub buah tamar. Itulah yang termampu bagi mereka. Kaum wanita pula dengan cara mereka yang tersendiri dan unik, ada yang memberi kasturi, gelang, subang, cincin, malah ada yang memberi uncang wang.
Tak seorang pun yang bakhil kecuali golongan munafiqin yang mempermainkan golongan yang berbakti di kalangan orang yang beriman dengan sedekah-sedekah mereka, dan terhadap golongan yang tidak berdaya selain dari tenaga usaha mereka, golongan munafiqin memperolok-olokkan golongan ini.
"(Orang-orang munafik) iaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperolehi (untuk disedekahkan)selain sekadar kesanggupan, maka orang Munafik itu menghina mereka "
At-Taubah: 79
TENTERA ISLAM BERGERAK KE TABUK
Beginilah tentera Islam membuat persiapan untuk memikul beban tanggungjawab Al-Madinah. Semasa ketiadaan Rasulullah s.a.w, Baginda melantik Muhammad bin Maslamah Al-Ansari, namun ada setengah ahli sirah mengatakan Siba' bin 'Arfatah, manakala Ali bin Abi Talib diberi beban menjaga keluarganya, Baginda memerintah supaya tinggal bersama-sama mereka. Semasa Rasulullah s.a.w keluar, kaum munafiqin mempersendakan Ali bin Abi Talib, justeru itu beliau segera keluar untuk ikut bersama-sama Rasulullah s.a.w, namun apabila beliau bertemu dengan Rasulullah s.a.w, Rasulullah s.a.w menolak dan memerintah beliau puiang semula ke Madinah dan bersabda: "Tidakkah kau rela untuk duduk di bawahku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, cuma selepas ku ini, tidak ada nabi".
Setelah itu Rasulullah s.a.w terus bergerak ke arah utara menuju Tabuk, oleh kerana angkatan tentera Islam terlalu besar jumlahnya seramai tiga puluh ribu (30,000) orang askar, kiranya belum pernah lagi angka seramai ini bergerak ke medan perang, maka kaum muslimin tidak dapat menyediakan tunganggan dan makanan. Justeru itu maka kadar lapan belas (18) orang askar bergilir-gilir menunggang seekor unta malah mereka terpaksa memakan daun-daun kayu yang mengakibatkan bibir mulut mereka bengkak, bukan itu sahaja malahan mereka terpaksa menyembelih beberapa ekor unta tunggangan mereka walaupun bilangannya memang sedikit, mereka berbuat demikian untuk membolehkan mereka minum air di dalam uncang perutnya, maka sebab itulah tentera ini dinama sebagai Jaisy al-'Usrah (tentera kesusahan).
Tentera Islam bergerak ke Tabuk melalui kawasan Al-Hijr perkampungan Thamud, suku kaum yang telah memotong batu-batu bukit, di lembah "Wadi Al-Qura", tentera Islam telah mengambil air di lembah berkenaan, oleh itu Rasulullah s.a.w telah mengarah supaya dicurah buang airnya, dan jangan ada sesiapa pun meminum atau berwudhu' dengannya, malah tepung yang diuli dengan airnya dijadikan makanan binatang sahaja, seterusnya Rasulullah s.a.w membenarkan mereka mengambil air dari telaga yang diberi minum kepada unta nabi Salih sahaja.
Sebuah hadis, muttafaq alaihi, dari kedua-dua kitab sahih, dari Ibn Umar berkata: Ketika Rasulullah s.a.w melalui kawasan Al-Hijr Baginda berpesan dengan sabdanya:
"Jangan sekali-kali kamu memasuki kediaman mereka yang telah melakukan penganiayaan terhadap din mereka, nanti akan terkena ke atas kamu bala yang pernah menimpa mereka, jangan kamu masuk kecuali dalam keadaan kamu menangis, kerana takut awb Allah, dengan itu Rasulullah s.a.w menutup kepalanya dan segera keluar dari lembah berkenaan"
Semasa di dalam perjalanan tentera Islam telah mengalami kekurangan bekalan air, lantas mereka mengadu hal ini kepada Rasulullah s.a.w, maka Baginda pun berdoa memohon dari Allah sesuatu kebaikan, doa Rasulullah s.a.w telah direstui, di mana Allah menghantar mendung yang sarat dengan bekalan air melintasi kawasan tentera Islam dan tidak berapa lama kemudian hujan yang lebat pun turun mencurah-curah. Dengan itu tentera Islam pun puas dengan hujan, malah masing-masing mengisi uncang air mereka dengan bekalan-bekalan dari langit itu.
Apabila tentera Islam menghampiri kawasan Tabuk, Rasulullah s.a.w sekali lagi berpesan kepada tenteranya: InsyaAllah pada esok hari kamu akan sampai di mata air Tabuk, kamu akan sampai hanya pada awal pagi hari selepas subuh, sesiapa yang sampai di situ sekali-kali jangan menyentuh airnya kecuali setelah Aku sampai ke situ. Kata Muaz: Apabila kami sampai di mata air itu, rupanya sudah ada dua orang telah mendahului ke tempat berkenaan. Jeram airnya sedang mengalir, sedikit airnya, Rasulullah s.a.w pun bertanya: Apakah kamu berdua sudah menyentuh sesuatu dari airnya? Jawab mereka berdua: Ya, justeru itu Rasulullah s.a.w pun menegur telatah mereka yang melanggar perintah Rasulullah s.a.w itu, kemudian Baginda meraub air dari kolam mata air sedikit demi sedikit, akhirnya air pun terkumpullah di kolam itu lebih banyak lagi, dan darinya Rasulullah s.a.w membasuh muka dan kedua-dua tangan yang mulia itu. Baginda melakukan cara ini beberapa kali, dengan itu mata air itu pun menerbitkan air yang banyak, justeru orang ramai pun mengambil air darinya. Semasa itu Rasulullah s.a.w pun berkata: Wahai Muaz sekiranya kau dipanjangkan usia, akan kau saksikan di kawasan ini akan penuh dengan kebun-kebun.
Semasa di dalam perjalanan ke Tabuk atau semasa berada di Tabuk, berdasarkan pada setengah riwayat, Rasulullah s.a.w telah berkata: Di malam ini angin bertiup kencang, jangan siapa pun dari kamu bangun dari tempatnya, dan sesiapa yang ada unta hendaklah beliau menambatnya dengan ikal. Memang di malam tersebut sejenis angin telah bertiup dengan kencang, namun demikian salah seorang di antara mereka yang ramai, telah bangun dari tempatnya. Dengan kehendak Allah beliau telah ditiup dan dibawa oleh angin hingga tercampak ke bukit qabilah Tay'i.
Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah s.a.w di mana Baginda semasa di dalam perjalanan, menunaikan solat secara jama' taqdim dan ta'khir pada sembahyang Zohor dengan Asar dan Maghrib dengan Isya'.
TENTERA ISLAM SEMASA DI TABUK
Sebaik sahaja tentera Islam sampai di Tabuk, terus mereka berkhemah di situ, dengan keadaan siap siaga untuk berhadapan dengan musuh. Di awAl-Awal lagi Rasulullah s.a.w telah bangun membuat satu ucapan sulungnya di situ, satu ucapan yang amat bernilai, lengkap dan padat (jawami'ul kalim). Baginda menggesa untuk kebaikan dunia dan akhirat, memberi nasihat dan peringatan, sekaligus menyemarakkan jiwa ketahanan di kalangan tentera Islam, kesemuanya dapat mengganti kekurangan makanan dan bekalan yang sememangnya dialami selama ini oleh tentera Islam.
Adapun Rom dan sekutunya bila mendapat tahu mengenai kemaraan tentera Islam, terasa takut untuk bertembung dengan tentera Islam. Oleh yang demikian mereka terpaksa mengelak dan berpecah kepada kelompok-kelompok di sepanjang perbatasan, hal ini memberi satu imej yang baik terhadap populariti kemiliterian Islam, di seluruh semenanjung tanah Arab. Hal ini juga menambah tokok nilai politik yang besar yang tidak mungkin tentera Islam memperolehi seandainya berlaku perlanggaran di antara dua kem itu.
Semasa di Tabuk pemerintah Ailah Yuhanna (John) telah datang menemui Rasulullah s.a.w, tujuannya untuk berdamai dengan Baginda. Rasulullah s.a.w pun menerima permintaannya itu. Sebagai tanda, beliau terus membayar jizyah, sama halnya dengan penduduk Jirba' dan Azruh, membawa jizyah kepada Baginda. Selaras dengan perjanjian perdamaian itu Rasulullah s.a.w mendokumenkan kepada mereka risalah-risalah dan watiqah. Kepada penguasa Ailah Rasulullah s.a.w menulis:
"Dengan nama Allah Yang Amat Pemurah lagi Amat Mengasihani, ini adalah kesejahteraan dari Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah untuk Yuhanna bin Raubah dan seluruh penduduk Ailah, di mana kapAl-Kapal dan kenderaan-kenderaan mereka di daratan dan di lautan, adalah menjadi tanggungjawab Allah dan Nabi Muhammad, dan orang-orang yang bersama mereka dari penduduk Syam dan penduduk Lautan. Sesiapa yang melanggar perjanjian ini, maka sesungguhnya harta yang banyak pun tidak dapat menyelamatkan dirinya dari tindakan yang wajar, tetapi dianggap baik sekiranya sesuatu diambil dari orang lain dengan kerelaan mereka. Sesungguhnya tidak harus mereka dihalang untuk mengambil air dari sumber yang pernah gunakan dahulu dan tidak harus mereka dihalang untuk melalui jalan-jalan yang mereka pernah gunakannya sebelum ini, samada jalan laut atau jalan darat."
Semasa di Sana Rasulullah s.a.w juga telah menghantar Khalid bin Al-Walid mengepalai satu angkatan tentera seramai empat ratus dua puluh (420) orang tentera berkuda, untuk menghadapi penguasa Dawmah Al-Jandal yang dikenali sebagai "Akidar". Sebelum bertolak Rasulullah s.a.w menyatakan kepada Khalid: "Semasa di sana kau akan mendapati Akidar sedang memburu lembu liar". Apabila Khalid sampai ke Dawmah Al-Jandal, kelihatan kotanya tidak jauh dari situ, tiba-tiba seekor lembu liar muncul di hadapan pintu kota menggesel-gesel tanduknya ke pintu kota. Apa lagi Akidar pun keluar untuk memanah lembu berkenaan sedang di masa itu bulan baru mengambang di ufuk langit. Secepat kilat khalid pun mendapatkan Akidar bersama kudanya dan terus di bawanya ke hadapan Rasulullah s.a.w. Semasa di hadapan Rasulullah s.a.w, Baginda menjamin keselamatannya dengan membuat perdamaian dengan beliau sebagai penguasa Dawmah Jandal. dengan pembayaran jizyah. Baginda menerima pakai perjanjian Akidar ini bersama Yuhanna berhubung dengan permasalahan Dawmah Al-Jandal, Tabuk, Allah dan Taima'.
Oleh itu semua qabilah yang dahulunya bertugas untuk kepentingan Rom, kini mendapati masanya sudah berlalu dan tidak ada faedahnya untuk bergantung dengan tuan lamanya. Justeru itu mereka mengalih dan mengubah sikap dengan memberi wala' dan kepatuhan kepada pemerintahan Islam. Beginilah caranya di mana sempadan dan daerah pemerintahan Islam semakin bertambah lebar hingga perbatasan Islam terus bertemu secara langsung dengan kerajaan Rom. Hal ini diperhati oleh talibarut Rom sebagai berakhirnya kerja-kerja mereka.
KEMBALI KE MADINAH
Dengan penuh kejayaan dan pertolongan Allah, tentera Islam bergerak pulang ke Madinah tanpa mengalami sebarang tentangan musuh. Demikianlah kehendak Allah untuk kaum mukmin, semasa di dalam perjalanan pulang, sekumpulan orang munafiqin seramai dua belas orang telah cuba membunuh Rasulullah s.a.w iaitu semasa Baginda sedang melalui satu segenting. Di masa itu Ammar sedang menuntun tali unta Rasulullah s.a.w dan Huzaifah bin Al-Yaman menghalau dari belakang sedang orang ramai melalui dataran lembah di kawasan berkenaan. Kumpulan munafiqin tadi mengambil kesempatan semasa Rasulullah s.a.w bersama-sama dua orang sahabatnya bergerak di situ. Tiba-tiba mereka bertiga terdengar sejenis bunyi menuju arah mereka, akhirnya dua belas orang munafiqin tadi telah melingkungi mereka bertiga dengan keadaan bertopeng, menutupi muka mereka. Rasulullah s.a.w memerintah Huzaifah bertindak, beliau pun terus melibas muka mereka dengan perisai yang di pegangnya, menyebabkan mereka ketakutan dan lari menyelamatkan diri serta masuk semula ke dalam tentera Islam. Huzaifah pun menceritakan kepada Rasulullah s.a.w nama-nama mereka yang diburunya serta niat buruk mereka, oleh itu maka Al-Huzaifah dikenali sebagai penyimpan rahsia Rasulullah s.a.w. Mengenai peristiwa ini Allah menyebut dengan firmannya;
"Dan mereka bercita-cita dengan sesuatu yang tak dapat mereka capai (iaitu membunuh Rasulullah s.a.w)".
At-Taubah: 9
Apabila ternampak sahaja tanda-tanda (maalim) Al-Madinah dari jauh Rasulullah s.a.w pun berkata: "Itu dia Tabah, dan yang itu bukit Uhud, bukit yang yang kita sayanginya dan ia menyayangi kita". Bila mana orang ramai yang berada di Madinah mendengar kepulangan Rasulullah s.a.w, seluruh wanita dan anak-anak kecil malah perempuan yang baru bersalin turut serta membawa anak-anak mereka menyambut kepulangan tentera Islam penuh gembira dan ceria, sambil mensyahdukan nasyid Islami:
Bulan purnama menyinari kita
Dari Thaniyat Al-Wida' menyua
Wajib bersyukur ke atas kita
Selagi Baginda berseru kepada Allah طلع البدر علينا
من ثانية الوداع
وجب الشكر علينا
ما دام لله داعي
Keberangkatan keluar Rasulullah s.a.w bulan Rejab dan kembali darinya pada bulan ramadhan yang memakan masa selama lima puluh hari,dua puluh hari Baginda tinggal di Tabuk, selebihnya adalah masa perjalanan pergi dan pulang. Tabuk merupakan peperangan terakhir yang Baginda turut serta.
AL-MUKHALLAFUN (Golongan Yang Tidak Turut Serta)
Peperangan ini menghadapi satu suasana yang istimewa yang merupakan ujian yang pahit dari Allah (s.w.t) hingga dengannya tertonjol perbezaan yang ketara di antara golongan mukminun dan yang lain. Sama seperti sunnah-sunnah Allah di beberapa tempat yang seumpamanya seperti firmanNya:
"Allah tidak sekali-kali akan membiarkan orang yang beriman dalam keadaan yang kamu ada sekarang (bercampur aduk mu 'min dan munafik, bahkan la tetap menguji kamu) sehingga la memisahkan yang buruk (munafik) daripada yang baik (beriman).
Ali-Imran: 179
Kesemua orang Islam yang benar-benar mengakui dirinya sebagai individu mukmin yang sejati, telah segera keluar menyertai saf tentera Islam, malah orang yang menarik diri telah dianggap sebagai tanda nifaq dan taqiyah. Sesiapa yang menarik diri kemudian dilaporkan kepada Rasulullah s.a.w maka Baginda berkata: Biarkan dia, sekiranya pada Beliau itu masih terdapat kebaikan insyaAllah beliau akan menyertai kita nanti, dan sekiranya tidak, maka Allah telah menjauhkan mereka dari kita, tidak akan menarik diri kecuali orang yang berkeuzuran, atau orang yang mendustai Allah dan RasulNya, mereka itu dari golongan munafiqin, mereka itu telah menarik diri setelah memberi alasan palsu untuk membolehkan mereka tidak turut serta, atau pun mereka itu ialah golongan yang menarik diri tanpa membuat sebarang permintaan pun". Memang terdapat tiga orang mukmin yang sejati telah menarik diri tanpa sebarang alasan, justeru itu mereka bertiga ini telah diuji oleh Allah dengan seberat-berat ujian, kemudian Allah mengampuni kesalahan mereka.
Sekembali Rasulullah s.a.w ke Madinah, Baginda terus memasuki masjid, Baginda berssmbahyang dua rakaat, setelah itu Baginda duduk menghadapi orang ramai. Adapun golongan Al-Munafiqin seramai lapan puluh (80) orang lebih, telah datang menemui Rasulullah s.a.w. Baginda pun menerima pengakuan .zahir mereka itu, menerima bai'ah mereka, memaafkan mereka dan seterusnya Baginda menyerah urusan hati dalaman mereka kepada Allah.
Manakala tiga orang mukmin yang sejati yang tidak menyertai peperangan, iaitu Ka'ab bin Malik, Mararah bin Ar-Rabi' dan Hilal bin Umaiyah bertegas menyatakan hakikat yang sebenarnya. Kepada mereka bertiga, Rasulullah s.a.w telah memerintah sekalian para sahabat supaya tidak menegur sapa . dengan mereka, maka berlakulah satu pemboikotan yang hebat terhadap tiga orang sahabat ini. Sekalian kaum muslimin menunjuk perubahan sikap yang mendadak, terasa bagi mereka bagaikan bumi ini menolak kehadiran mereka, bumi yang luas ini terasa sempit, nafas mereka pun terasa sesak, suasana memuncak lagi setelah berlalunya empat puluh hari. Mereka diperintah supaya mengasing diri dari isteri-isteri mereka, hingga apabila Allah pun menurunkan firmanNya:
"Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan penerimaan taubat. Hingga apabila bumi menjadi sempit bagi mereka, pada hal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit pula terasa oleh mereka. Dan mereka telah mengetahui bahawa tidak ada tempat lari dari siksaan Allah, melainkan kepadaNya sahaja, kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya, sesungguhnya Allahlah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang".
At-Taubah: 118
Dengan itu maka seluruh kaum muslimin bergembira dan yang paling bergembira ialah tiga orang yang dihukumkan oleh Allah dan RasulNya itu, kegembiraan yang tidak terperi, masing-masing mengucap tahniah dan mengucap selamat berbahagia, masing-masing memberi hadiah dan bersedekah, hari itu adalah saat yang paling berbahagia di dalam hayat mereka. Adapun golongan yang berkeuzuran yang terpaksa .duduk di Madinah telah disebut oleh Allah di dalam firmanNya:
"Tiada dosa ke atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan atas orang yang tidak memperolehi sesuatu yang akan mereka belanjakan, apabila mereka. berlaku ikhlas kepada Allah dan RasulNya."
At-Taubah: 91
Kepada mereka ini Rasulullah s.a.w menyifatkan mereka sebagai berkata: "Sesungguhnya terdapat di Madinah sebilangan lelaki yang tetap bersarrta kamu di mana-mana perjalanan dan di mana-mana lembah yang kamu rentasi, mereka di penjara oleh keuzuran namun mereka tetap dianggap bersama-sama kamu" Tanya para sahabat: "Wahai Rasulullah s.a.w, apakah mereka yang dimaksudkan sedang berada di Madinah?". Jawab Baginda: "Ya mereka berada di Madinah".
IMPLIKASI PEPERANGAN
Peperangan ini memberi kesan yang mendalam ke atas pengaruh dan kekuatan umat Islam dan implikasinya terhadap seluruh Semenanjung Tanah Arab secara am. Hingga kini semua orang mendapati bahawa tiada kuasa yang boleh meneruskan hidup selain dari Islam, kini saki baki cita-cita dan angan-angan yang bergolak dalam dada kaum Jahaliah dan munafiqin sudah hancur samasekali, kerana sebelum ini mereka sememangnya menunggu-nunggu kesempatan untuk membuat pukulan mengejut, terutamanya kaum Rom yang mereka rasakan sebagai kekuatan yang boleh mereka bergantung dan menambat harapan peperangan Tabuk, seluruh kaum musyrik kehabisan tempat pergantungan, mereka terpaksa menerima hakikat dan realiti ini.
Sebagai tindakan susulan kaum muslimin terhadai-kaum munafiqin, bermula di hari ini, di mana mereka tidak lagi di muamalahkan (membuat kira bicara) dengan mereka secara berlembut dan licin, sebaliknya Allah menyuruh bertindak tegas terhadap mereka, melarang kaum muslimin menerima sedekah-sedekah mereka, melarang bersembahyang ke atas mayat mereka, menegah beristighfar untuk mereka, melarang untuk berdiri di atas kubur mereka dan memerintah supaya dirobohkan markas perancangan komplot jahat mereka yang telah mereka dirikan atas nama masjid. Allah telah menurunkan ayat-ayat Al-Quran yang mendedahkan hakikat mereka, menbongkar konspirasi-konspirasi mereka dan tiada rahsia lagi mengenai pergerakan mereka, seolah-olah ayat Al-Quran menuding ke arah nama-nama mereka yang tinggal di Madinah.
Boleh dikenalpasti betapa jauhnya kesan peperangan ini ke atas bangsa Arab, di mana perwakilan-perwakilan dan perutusan-perutusan datang menemui Rasulullah s.a.w jauh lebih banyak dari masa-masa sebelumnya, meskipun perwakilan ini sudah pun berlaku sebelum ini, tetapi tidaklah sehebat pasca peperangan Tabuk.
AYAT-AYAT AL-QURAN MENGENAI PEPERANGAN TABUK
Ayat-ayat Al-Quran turun bertalu-talu dalam surah Al-Baqarah mengenai peperangan ini, ada ayat turun sebelum keluar, ada ayat selepas keluar, yakni semasa di dalam perjalanan dan sebahagian yang lain pula selepas pulang ke Madinah. Ada ayat-ayat membicara mengenai suasana peperangan, mendedahkan kejahatan kaum munafiqin, kelebihan golongan yang berjihad dan ikhlas, penerimaan taubah terhadap mereka yang beriman dan tulus, mengenai mereka yang menyertai peperangan dan yang menarik diri dan seterusnya berbagai-bagai sudut lagi diperkatakan di dalam ayat-ayat dari surah Al-Baqarah itu.
BEBERAPA PERISTIWA PENTING DALAM TAHUN BERKENAAN
Di dalam tahun berkenaan berlaku beberapa peristiwa yang mempunyai signifikan di dalam sejarah iaitu:
1. Selepas kepulangan Rasulullah s.a.w dari Tabuk berlaku sumpah menyumpah di antara Uwaimir Al-Ijlani dan isterinya.
2. Wanita Al-Ghamidiyah telah dihukum rejam setelah beliau menemui Rasulullah s.a.w dengan pengakuan bersalah ke atas dirinya sendiri. Walaubagaimanapun, dia hanya direjam selepas tamat tempoh penyusuan anak kandungnya.
3. Kewafatan Raja An-Najasyi Ashamah dan Baginda solat ghaib ke atas jenazahnya.
4. Kewafatan Ummi Kalthum, puteri Rasulullah s.a.w dan Baginda berdukacita yang amat sangat, hingga Baginda bersabda kepada Uthman Bin Affan: "Seandainya aku mempunyai puteri yang ketiga nescaya, ku kahwinkan kepada engkau wahai Uthman".
5. Kematian kepala golongan munafiqin, Abdullah bin Ubai sekembalinya Baginda dari Tabuk. Rasulullah s.a.w beristighfar kepada Allah dan Baginda bersolat ke atas mayatnya, tetapi Umar menghalang Rasulullah s.a.w berbuat demikian, akhirnya turun ayat Al-Quran menyetujui tindakan Umar.
HAJJAH AL-WIDA'
Haji Terakhir
Tugasan dakwah Rasulullah s.a.w kiranya sudah sampai ke garisan penamat, penyampaian risalah pun sudah dilaksanakan, penegakan sebuah masyarakat baru yang berasaskan pemangkinan konsep Al-Uluhiyah dan ketuhanan kepada Allah dan penafiannya dari yang lain-lain berdasarkan risalah Muhammad s.a.w menjadi kenyataan dan kini Rasulullah s.a.w seakan-akan terdengar suatu suara dari dalam hati kecilnya bagaikan memberitahu bahawa persinggahan Baginda di dunia ini sudah sampai kepada tempohnya yang ditetapkan itu. Malah hal ini dirasainya semasa Baginda mengutus Muaz bin Jabal ke negeri Al-Yaman sebagai Gabenor di tahun kesepuluh (10) Hijrah. Masa itu Baginda telah bersabda dengan katanya yang bermaksud: " Wahai Muaz! Sebenarnya engkau mungkin tidak akan bertemu lagi dengan aku selepas tahun ini dan semoga kau akan melalui di masjidku ini dan di kuburku ini ". Di sini Muaz menangis tersedu-sedu kerana berpisah dengan Rasulullah s.a.w.
Dengan izin Allah, Rasulullah s.a.w berkesempatan melihat hasil kerja dakwahnya setelah mengalami berbagai kepahitan dan kesusahan selama dua puluh tahun lebih. Di hujung bandar Makkah, Rasul berkumpul bersama-sama perwakilan-perwakilan qabilah Arab, menyampaikan kepada mereka syariat-syariat dan hukum hakam Islam. Baginda mengambil penyaksian mereka, sebagai memperakui bahawa Baginda telahpun menyampaikan amanah dan tugasan-tugasan, melaksanakan risalah yang dipertanggungjawab dan menasihati sekalian umat.
Di hari ini Rasulullah s.a.w mengisytiharkan azamnya untuk menunai haji mabrur yang bersejarah itu, Al-Madinah kini dibanjiri oleh berduyun-duyun manusia, kesemua mereka berhasrat menyertai dan mengikuti Rasulullah s.a.w di dalam peribadatan hajinya. Pada hari Sabtu empat hari terakhir bulan Zulkaedah, Baginda telah bersiap dengan tunggangannya, mengemas dirinya, memakai minyak rambut dan menyikatnya, mengenakan pakaian dan rida'nya dan menggalas senjatanya. Selepas sembahyang Zohor, Baginda terus bergerak hinggalah sampai Zul Hulaifah sebelum masuk waktu Asar. Di sana Baginda menunaikan solat sunat dua rakaat dan bermalam. Keesokkan harinya selepas solat Subuh, Baginda memberitahu kepada semua sahabat yang hadir: "Malam tadi aku telah didatangi pemberitahuan dari Tuhanku yang telah menyebut: Bersembahyanglah kamu di lembah yang penuh berkat ini dan katakanlah wahai Muhammad: Umrah dikerjakan bersama-sama Haji".
Sebelum Baginda menunaikan solat Zohor di hari itu, terlebih dahulu Baginda bersuci dan mengenakan pakaian ihram, kemudian Aisyah menyapukan minyak wangi dan kasturi pada diri Rasululah. Aisyah menyapukan di badannya dan kepalanya hingga ternampak kilauan minyak kasturi di rambut dan di janggutnya. Baginda membiarkan tanpa membasuhnya dan kemudian menunaikan solat Zohor dua rakaat. Setelah selesai solat, Baginda terus bertahlil di tempat sembahyangnya sebagai memulakan ibadat haji dan umrah, sebagai haji qiran. Setelah itu barulah Baginda bergerak dengan menunggangi untanya yang bernama Al-Qaswa', di situ Baginda bertahlil lagi sedang untanya terus bergerak.
Baginda meneruskan perjalanan suci ini hingga hampir memasuki Makkah, maka Baginda bermalam di Tawa. Keesokkan harinya Baginda memasuki Makkah selepas bersembahyang Subuh, di pagi hari Ahad tanggal empat hari terakhir bulan Zulhijjah tahun kesepuluh (10) Hijrah. Selama lapan malam Baginda mengambil masa untuk perjalanannya yang sederhana itu dan apabila Baginda memasuki Al-Masjid Al-Haram terus Baginda bertawaf di sekeliling Kaabah dan melakukan Saei di antara As-Safa dan Al-Maruah, tanpa merombak pakaian ihramnya, kerana Baginda mengerjakan hajinya di kali ini secara qiran berserta dengan binatang sembelihannya. Kemudian Baginda singgah di Al-Hajjun tanpa mengulangi tawaf melainkan tawaf rukun haji.
Baginda menyuruh para sahabat yang tidak mempunyai binatang sembelihan supaya menjadikan ihram mereka itu sebagai umrah, dengan bertawaf di sekeliling Kaabah, dan bersaie di Safa dan Maruah, kemudian menukar pakaian ihram kepada pakaian biasa, tetapi para sahabat teragak-agak untuk melakukan suruhan Baginda itu. Justeru itu Rasulullah s.a.w menegaskan dengan katanya: "Seandainya aku maju ke hadapan dengan suatu tindakan, tak akan pula ku berpatah balik atau menarik balik qurban ku ini. Dan kalaulah aku tidak mempunyai binatang qurban pasti aku merombak pakaian ihram ku ini. Ayuh! Kamu yang tidak memiliki binatang sembelihan, segeralah rombak pakaian ihram". Dengan itu semua mereka pun mematuhi arahan Rasulullah s.a.w.
Di hari kelapan Zulhijjah yang dikenali juga sebagai hari al-Tarwiyah, Baginda bergerak menuju ke Mina. Di Mina Baginda telah menunaikan solat Zohor, Asar, Maghrib, Isya' dan Subuh. Baginda berhenti di situ beberapa ketika hingga matahari naik barulah Baginda bergerak. Sampai di Arafah di kawasan Namirah, Baginda mendapati sebuah khemah sudah pun didirikan untuknya di situ. Baginda pun singgah sehingga apabila matahari terbenam di ufuk langit Baginda memerintah supaya di bawa kepadanya tunggangan Al-Qaswa', dari situ Baginda pun bergerak hingga sampai ke Batn Al-Wadi. Di sana orang ramai telahpun berkumpul sebanyak seratus ribu dan dua puloh empat orang atau seratus ribu empat puluh empat orang. Rasulullah s.a.w berdiri di hadapan mereka dan terus membuat satu ucapan yang lengkap, mafhumnya;
"Wahai sekalian manusia, dengarlah kata-kataku ini, sebenarnya aku tidak tahu berkemungkinan aku tidak akan menemui kamu kalian selama-lamanya selepas tahun ini. Sesungguhnya darah kamu dan harta kamu adalah haram ke atas kamu sama seperti haramnya hari kamu ini di bulan kamu ini dan bumi kamu ini.
Ketahuilah bahawa semua perkara mengenai urusan jahiliyyah tertanam di bawah kaki ku ini, darah-darah jahiliyyah adalah tertanam dan darah jahiliyyah yang mula-mula sekali yang ku hapuskan ialah darah Ibn Rabiah bin Al-Harith, kejadiannya terjadi di mana beliau ini dibunuh semasa sedang mengambil susuan dari ibu susuannya Banu Saad, dan riba jahiliyyah juga dihapuskan, dan riba pertama yang ku hapuskan ialah riba Abbas bin Abdul Mutalib malah kesemuanya dihapuskan sama sekali.
Bertaqwalah kamu kepada Allah demi melaksanakan hak kaum wanita, lantaran kamu telah mengambil mereka sebagai isteri dalam bentuk amanah Allah, kamu halal berseketiduran dengan mereka melalui sebutan nama Allah, dan kaum wanita pula berkewajipan menjaga supaya tidak seorang pun manusia yang kamu bend dibenarkan masuk ke bilik kamu. Sekiranya mereka berbuat demikian maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak parah, ke atas mereka, kamu kewajipan memberi rezeki dan pakaian dengan baik.
Dan sesungguhnya telah ku tinggalkan pada kamu sesuatu di mana kamu tidak akan sesat selepas ini seandainya kamu berpegang dengannya iaitu kitab Allah.
Wahai kalian manusia, sesungguhnya tiada nabi selepas ku ini, dan tiada umat lain selain dari kamu, beringatlah supaya kamu menyembah Tuhan kamu, tunaikanlah fardu sembahyang lima waktu, berpuasalah kamu di bulan Ramadhan, tunaikan wkat harta kamu dengan penuh kerelaan hati, tunaikan haji ke rumah Tuhan kamu, dan taatilah pemerintah-pemeritah kamu nescaya masuklah kamu ke dalam syurga Tuhan kamu.
Kamu semua akan ditanya esok mengenai perihal diriku, maka apa yang nak kamu jawab? Maka kata mereka semua: Kami menyaksikan bahawa engkau telahpun menyampaikan, menunaikan dan menasihati kami".
Dengan mengangkat jari telunjuknya ke arah langit dan berkata ke hadapan orang ramai: Ya Allah Ya Tuhanku, Persaksikanlah. (sebanyak tiga kali.)
Adapun yang bertanggungjawab melaung dan menyampaikan ucapan Rasulullah s.a.w kepada orang ramai di padang Arafah ialah Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf. Sebaik sahaja selesai Rasulullah s.a.w menyampaikan ucapannya itu turunlah firman Allah yang yang bermaksud:
Di hari ini telah Ku sempurnakan hagi kamu agama kamu dan Kita lengkapkan ke atas kamu nikmatKu, dan Ku meredhai bagi kamu Islam sebagai Deen "
Al-Maaidah: 3
Semasa Umar mendengar firman Allah itu beliau terus menangis dan setelah ditanya, mengapa beliau menangis? Jawab beliau: "Kerana selepas kesempurnaan akan menyusul pula kekurangan".
Selepas ucapan Rasulullah s.a.w itu Bilal pun melaungkan azan dan iqamah untuk bersembahyang Zohor. Kemudian beliau iqamah pula untuk bersolat Asar tanpa melakukan sebarang solat lain di antara kedua-duanya. Sesudah itu Baginda menaiki kenderaannya dan bergerak hingga sampai ke suatu tempat perhentian dengan membiarkan perut untanya Al-Qaswa' menyentuh ketulan-ketulan batu di situ, manakala saf pejalan-pejalan kaki berjalan tidak melebihi setakat hadapannya sahaja. Di situ Rasulullah s.a.w mengadap ke arah qiblat, Baginda terus berdiri hinggalah matahari terbenam di ufuk langit dan sinaran kuning beransur-ansur hilang. Usamah pun menghalau unta Rasulullah s.a.w hinggalah sampai ke Muzdalifah, di sana Rasulullah s.a.w menunaikan Maghrib dan Al-Isya' dengan satu azan dan dua iqamah tanpa membaca apa-apa tasbih pun di atara kedua-dua solat itu. Di situ Rasulullah s.a.w beristirehat, dan tidur hingga ke Subuh. Baginda pun menunaikan solat Subuh setelah diazan dan diiqamah, sesudah itu Baginda menaiki unta Al-Qaswa' dan berjalan hingga sampai ke kawasan Al-Haram (masyh'ar Al-Haram), menghadapkan muka Baginda ke arah kiblat sambil berdoa, bertakbir, bertahlil dan bertahmid. Baginda berdiri di situ hinggalah habis waktu pagi.
Rasulullah s.a.w bergerak lagi dari Al-Muzdalifah ke Mina sebelum matahari naik. Di sini Al-Fadhil bin Abbas mengikuti dari belakang tunggangan Rasulullah s.a.w hinggalah sampai ke Batn Mahsar, dengan melalui jalan tengah yang menuju ke Jamrah Al-Kubra. Apabila Baginda sampai di sana terdapat sepohon kayu yang dikenali sebagai Jamrah Al-Aqabah. Baginda terus melontar tujuh anak batu sambil bertakbir disetiap lontarannya dari Batan Al-Wadi. Sesudah itu Baginda menuju ke tempat sembelihan. Sebanyak enam puluh tiga (63) ekor unta Rasulullah s.a.w sembelihkan kemudian diserahkannya kepada Ali bin Abi Talib untuk menyembelih yang bakinya, iaitu tiga puluh tujuh (37) ekor unta menjadi bilangan kesemuanya seratus ekor unta. Termasuk di antaranya sembelihan tadi ialah unta qurbannya. Sesudah selesai penyembelihan Baginda menyuruh supaya diambil serba sedikit daging dari setiap sembelihan dan dimasaknya dalam sebuah periuk. Setelah masak Baginda dan Ali memakan sedikit dari masakan dan mencuba kuahnya.
Kemudian Rasululah (s.a.w) menunggang untanya dan bergerak hingga sampai ke Kaabah, di sana Baginda bersembahyang Zohor, sesudah itu menziarahi orang-orang Banu Abdul Al-Muttalib yang menjaga air zam-zam dan memberi minum kepada penziarah sekalian. Apabila melihat keadaan itu lantas Baginda berkata: "Ayuh! Rebutkan Banu Abdul Al-Muttalib, kalau tidak ditakuti orang ramai mengatasi kamu pasti aku turut merebutnya bersama-sama kamu, justeru itu maka hadirin pun menghulurkan kepada Baginda setimba air dan Rasulullah s.a.w pun bersenang hati meminum darinya.
Di hari penyembelihan iaitu hari kesepuluh Zulhijjah, selepas waktu Dhuha Baginda membuat satu ucapan dari atas belakang baghalnya, "Syahba" manakala Ali bin Abi Talib menyampaikannya kepada orang ramai. Sidang hadirin ada yang duduk dan ada yang berdiri. Di dalam khutbahnya ini Baginda telah mengulangi beberapa perkara yang telah Baginda ungkapkannya kelmarin.
Asy-Syaikhan (dua orang Syeikh Al-Hadith: Al-Bukhary dan Muslim) telah meriwayatkan dari Abi Bakarah dengan katanya: Bahawa Rasulullah s.a.w telah menyampaikan kepada kami di hari An-Nahr - (penyembelihan) dengan sabdanya yang bermaksud:
"Sesungguhnya masa sudah pun beredar ke paksinya yang asal menepati dengan putaran di hari penciptaan langit dan bumi: Setahun dua belas bulan, empat darinya bulan haram, tiga bulan berturut-turut iaitu Zulkaedah, Zulhijjah dan Muharam. manakala sebulan lagi ialah bulan Rejab Mudhar. yang berida di antara Jamadilakhir dan Syaaban "
Sabdanyanya lagi: Ini bulan apa ? Jawab kami: "Allah dan RasulNya lebih mengetahui, Rasulullah s.a.w pun berdiam seketika, hinggalah kami menyangka Baginda akan menamakannya dengan satu nama lain. Tidaklah, ini bulan Zulhijjah? Jawab kami: Bahkan. Tanya Baginda lagi: Negeri ini, negeri apa? Jawab kami: Allah dan RasulNya lebih mengetahui. Sabda Baginda: Tidakkah, negeri ini dikenali sebagai "Al-Baldah" ? Kata kami semua: Bahkan. Tanya Baginda lagi. Kita ini di hari apa? Kata kami; Allah dan RasulNya lebih mengetahui. Baginda berdiam sejurus hingga kami menyangka Baginda akan menukar kepada nama baru. Kemudian sabda Baginda: Tidakkah hari ini hari An-Nahr hari sembelihan qurban? Jawab kami: Bahkan. Seterusnya Baginda bersabda: Sesungguhnya darah kamu, harta kamu dan maruah kamu adalah haram di atas kamu sekalian, sama seperti haramnya hari kamu ini, di bumi kamu ini dan di bulan kamu ini. "Dan kamu akan menemui Tuhan kamu di mana Tuhan kamu akan menyoal kamu mengenai kerja-kerja kamu, beringatlah supaya jangan sekali-kali kamu menjadi sesat selepas pemergian ku nanti di mana sebahagian kamu berbunuhan sesama sendiri"
Tidakkah telah ku sampaikan? Jawab mereka: Ya!. Kata Rasululah (s.a.w): Ya Allah Ya Tuhanku persaksikanlah, hendaklah yang hadir di antara kamu ini menyampaikan kepada yang tidak hadir. Kerana boleh jadi yang menyampaikan itu lebih menyedari dari si pendengar"
Dalam satu riwayat yang lain bahawa Baginda bersabda di dalam ucapannya yang bermaksud:
Beringatlah, tiada siapa pun melakukan kesalahan kecuali kesalahan itu mengena ke atas dirinya. dan beringatlah tiada siapa pun melakukan kesalahan ke atas anaknya, dan tiada siapa pun di kalangan anak-anak melakukan kesalahan ke atas bapanya. Ingatlah bahawa Syaitan telah berputus asa dari ianya disembah di negeri kamu ini, tetapi ia akan memperolehi ketaatan dari kamu melalui kerja-kerja kamu yang kamu memperkecil-kecilkannya. Dengan itu syaitan akan bersenang hati dengannya "
Rasulullah s.a.w tinggal di Mina sepanjang hari-hari tasyrik, mengerjakan ibadat dan mengajar hukum-hukam syariat, membuat tazkirah, membetulkan ajaran-ajaran hidayat dari ajaran Ibrahim, menghapuskan syirik dan kesan-kesannya. Rasulullah s.a.w juga membuat penyampaiap di sesetengah hari-hari tasyrik, di mana Abu Daud dengan. sanad hadith hasan, riwayat Sarra' binti Nubhan telah berkata: Rasulullah s.a.w telah memberi ucapannya di hari tasyrik itu dengan katanya: Tidakkah hari ini, hari tengah di antara hari-hari tasyrik. Ucapan Rasulullah s.a.w itu seperti ucapannya di hari "An-Nahr" ucapan Baginda itu adalah selepas pcnurunan surah An-Nasr.
Di hari An-Nafar al-Thani iaitu hari ketiga belas Zulhijjah, Rasulullah s.a.w keluar dari Mina bergerak hingga ke tanah tinggi Banu Kinanah di suatu kawasan lapang. Baginda menghabiskan baki hari di situ hingga ke malamnya di mana Rasulullah s.a.w telah menunaikan solat Zohor, Asar, Maghrib dan Isya'. Setelah itu Rasulullah s.a.w berbaring seketika, kemudian bangun dan bergerak menuju ke Kaabah, di sana Baginda melakukan tawafAl-Wida'.
Setelah selesai mengerjakan ibadat hajinya, Rasulullah s.a.w menggesa penunggang-penunggang pulang ke Madinah Al-Mutahharah. Gesaan ini dibuat bukanlah kerana hendak memberi kesempatan untuk mereka mengambil peluang beristirehat tetapi adalah untuk menyambung dan meneruskan kembali perjuangan dan pertarungan untuk Allah dan ke jalan Allah.
UNIT TERAKHIR PENGHANTARAN
Sikap keangkuhan kerajaan Rom sukar untuk menerima kehadiran Islam di arena penghidupan inilah yang membawa Rom membunuh pengikut-pengikutnya yang memeluk agama Islam, sebagaimana tindakannya ke atas Farwah bin Al-Juzami Gabenor perlantikan Rom untuk daerah Maan, dibunuh kerana memeluk Islam.
Baginda melihat serius sikap Rom yang menyombong dan keras kepala tidak menentu, lantaran itu Rasulullah s.a.w segera menyediakan satu angkatan yang besar pada bulan Safar tahun kesebelas (11) Hijrah, di mana Usamah bin Zaid telah diberi tanggungjawab untuk mengepalai angkatan ini. Baginda memerintah supaya Usamah memasuki perbatasan Al-Balqa' dan Ad-Darom di bumi Palestin bertujuan mengugut Rom dan mengembalikan kepercayaan bangsa Arab yang bersempadan dengan Rom, supaya mereka mengetahui bahawa kebiadapan dan keterlanjuran Rom itu tidak dibiar berlaku begitu sahaja disamping mengikis sindrom kononnya memeluk Islam hanya membawa kepada kematian semata-mata.
Orang ramai menyebut-nyebut tentang Usamah bin Zaid kerana beliau merupakan pemimpin tentera Islam yang masih muda, malah mereka mengharapkan supaya diperlewatkan sedikit penghantarannya. Di sini Rasulullah s.a.w mengulas dengan sabdanya yang bermaksud:
"Sekiranya kamu mempersoalkan kepimpinannya bererti kamu mempersoalkan kepimpinan bapanya yang terdahulu, demi Allah, meskipun kepimpinan dipertikaikan namun beliau adalah layak untuk tugas berkenaan, bapanya yang terdahulu adalah orang kesayangan ku, dan beliau ini juga adalah di antara orang kesayangan ku selepas bapanya yang terdahulu".
Dengan itu orang ramai pun mula berhimpun di sekeliling Usamah menyertai perbarisan tenteranya, akhirnya mereka semua bergerak hingga sampai dan singgah di "Al-Jaraf' satu Farsakh jaraknya ke Madinah. Semasa tentera Islam di sana, mereka mendapat berita mengenai kesakitan yang dialami oleh Rasulullah s.a.w, berita ini memaksa mereka teragak-agak untuk meneruskan pergerakan ini, supaya mereka dapat mengetahui ketetapan Allah itu. Dengan izinNya, Allah mentakdirkan tentera pimpinan Usamah ini merupakan penghantaran pertama yang dilakukan semasa pemerintahan Abu Bakr As-Siddiq.
MENEMUI ALLAH
Setelah Dakwah Al-Islamiyyah sempurna dan Islam menguasai suasana maka tanda-tanda dan bahasa-bahasa pengucapan selamat tinggal kepada dunia dan manusia mula tertera di dalam ungkapan-ungkapan dan ucapan-ucapan Rasulullah s.a.w melalui perbualan dan perbuatan Baginda.
Di dalam bulan Ramadhan tahun ke sepuluh Hijrah Baginda beriktikaf di masjid selama dua puluh hari, sedang sebelum ini hanya sepuluh hari sahaja, di dalam tempoh ini Jibrail (a.s) mendatangi Baginda untuk membuat ulangan dan tadarus Al-Quran sebanyak dua kali. Di dalam Hajjah Al-Wada' Baginda telah menyebut: "Sebenarnya berkemungkinan aku tidak akan menemui kamu lagi selepas pertemuan kita di tahun ini". Semasa di Jamrah Al-Aqabah Baginda berkata : "Ambillah peribadatan haji ini dariku, boleh jadi aku tidak akan mengerjakan haji lagi selepas tahun ini". Surah An-Nasr turun di pertengahan hari-hari tasyrik, darinya Baginda mengetahui bahawa itu adalah ucapan selamat tinggal dan pemberitahuan tentang kematiannya.
Dipermulaan Safar tahun sebelas (11) Hijrah Rasulullah s.a.w telah keluar ke Uhud, Baginda bersembahyang untuk para syuhada' sebagai mengucap selamat tinggal kepada sekalian yang hidup dan yang mati, dari situ Rasulullah s.a.w kembali ke masjid menaiki mimbar dan berucap dengan sabdanya yang bermaksud: "Sesungguhnya aku telah berkeras dengan kamu, sesungguhnya daku adalah penyaksi ke atas kamu semua, demi Allah di masa ini daku sedang menyaksikan kolam airku (kurniaan kepada Rasulullah s.a.w di hari perkiraan), daku ini telah diberi kunci khazanah kekayaan bumi atau kunci-kunci bumi, dan sesungguhnya daku tidak takut kamu menyekutui Allah selepas kematian ku ini, tetapi yang ku takut ialah kamu lumba-lumba kerana dunia".
Di suatu malam Rasulullah s.a.w keluar ke kawasan perkuburan Al-Baqi', di sana Rasulullah s.a.w memohon keampunan untuk penghuni di kubur berkenaan dengan doanya yang bermaksud: "Assalamulaikum wahai penghuni kubur, bermudahlah kamu ke atas apa yang berlaku pada kamu, dengan apa yang berlaku ke atas orang lain, kini fitnah telah mula tiba, bak sebidang malam yang gelap pekat, hujungnnya terus menyusul selepas permulaannya, hujungnya lebih buruk dari permulaannya". Di sini Rasulullah s.a.w menyampaikan berita gembira kepada mereka, dengan sabdanya yang bermaksud: "Sesungguhnya kami menyusul datang selepas kamu"
PERMULAAN SAKIT
Di hari kedua puluh sembilan (29) bulan Safar tahun kesebelas (11) hijrah, pada han Isnin, Rasulullah s.a.w berkesempatan menghadiri pengkebumian jenazah di Al-Baqi'. Dipertengahan jalan sekembalinya Baginda dari Al-Baqi', Baginda terasa sakit kepala, panasnya terlalu menjadi-jadi, orang yang disekeliling Baginda turut merasai kepanasannya terutama di atas kain balutan di kepala Baginda yang mulia itu.
Namun demikian Rasulullah s.a.w terus bersolat dengan sekalian kaum muslimin dalam keadaan Baginda mengalami kesakitan untuk selama sebelas hari, sedang keseluruhan hari sakit Baginda tiga belas atau empat belas (13 atau 14) hari.
MINGGU TERAKHIR
Sakit semakin memberat, membawa Rasulullah s.a.w bertanya isteri-isterinya; "Di mana giliran ku besok? Di mana giliranku besok?". Semua mereka memahami tujuan Rasulullah s.a.w itu, justeru itu Baginda dibenarkan untuk duduk di mana-mana sahaja, dengan itu Baginda berpindah ke rumah Aisyah, Baginda berjalan di antara Al-Fadlu bin Al-'Abbas dan Ali bin Abi Talib, sedang kepala Baginda berbungkus dengan kain, meletak kakinya selangkah demi selangkah hinggalah Baginda memasuki rumahnya, di situ Baginda menghabiskan baki umurnya yang seminggu itu.
Aisyah (r.a) terus membaca surah-surah Al-Muawwizah, dan doa-doa yang lain yang beliau terima dari Rasulullah s.a.w. Beliau meniup ke atas badan Rasulullah s.a.w dan menyapu dengan tangan Baginda untuk memperolehi keberkatan.
LIMA HARI SEBELUM KEWAFATAN
Pada hari Rabu iaitu lima hari sebelum kewafatan, kepanasan badan Rasulullah s.a.w semakin meningkat, di mana Rasulullah s.a.w semakin bertambah sakit dan pening-pening menyebabkan Baginda menyuruh dengan sabdanya yang bermaksud: "Curahkan ke atas ku tujuh uncang air dari berbagai telaga supaya dapat ku keluar menemui orang ramai dan aku boleh bertemu dengan mereka". Dengan itu maka yang hadir di situ membiarkan Rasuiullah duduk di atas tilam kemudian mereka mencucuri air ke atas seluruh badan Rasuiullah, hingga Rasuiullah (s.a.w) berkata: "cukup, cukup".
Di ketika itu Rasuiullah terasa sakitnya berkurangan, dengan itu Baginda memasuki Masjid sedang kepalanya masih berbalut dengan kain, terus Rasulullah duduk di atas minbar dan memberi ucapan kepada orang ramai. Di masa itu khalayak ramai pun melingkunginya, lantas Baginda bersabda yang bermaksud: "Laknat Allah ke atas kaum Yahudi dan Nasrani kerana mereka menjadikan kubur-kubur nabi-nabi mereka sebagai masjid."
Dalam riwayat yang lain "Allah mengutuk bangsa Yahudi dan Nasrani yang telah menjadikan kubur-kubur nabi-nabi mereka masjid" dan sabdanya: "Jangan sekali-kali kamu menjadikan kubur ku sebagai berhala yang disembah "
Tidak lupa Rasulullah s.a.w menawar untuk orang ramai menuntut bela ke atas dirinya dengan berkata: "Siapa di antara kamu yang telah ku sebat belakangnya nah ini dia belakang ku untuk beliau menyebatnya sebagai menuntut bela, dan sesiapa yang telah ku hamun maruahnya, nah ini dia maruahku untuk beliau menuntut bela".
Kemudian Rasulullah s.a.w turun dari minbar dan menunaikan solat Zohor dan kembali duduk di atas mimbar semula dengan mengulangi soal perbalahan dan yang lain-lain hingga salah seorang yang hadir berkata: "Rasulullah s.a.w telah berhutang dari ku sebanyak tiga dirham yang belum jelas" Maka kata Rasulullah s.a.w: "Fadhl! Jelaskan kepadanya". Kemudian Baginda mewasiatkan dan berpesan terhadap orang-orang Ansar dengan sabdanya yang bermaksud: "Daku berpesan kepada kamu sekalian, bersikap baiklah terhadap Al-Ansar, mereka itu perut dan bekalan bagiku, mereka telah pun melaksanakan kewajipan mereka yang belum terlaksana ialah hak mereka. Untuk itu terimalah kebaikan mereka dan beri maaflah kesalahan mereka"
Katanya pula: "Sesungguhnya aku ini seorang hamba Allah yang telah diberi pilihan untuk menerima kemewahan dunia secukupnya atau memilih kedudukan di sampingNya, di sini ku telah memilih kedudukan di sisiNya" Kata Abu Said Al-Khudri: Di masa itu Abu Bakr menangis, dan katanya demi bapa kami dan ibu kami, kami korbankan. Kami yang hadir di ketika itu kehairanan dengan keadaan orang tua ini (yakni Abu Bakr), apa ceritanya?. Rasulullah s.a.w menceritakan tawaran Allah (s.w.t) kepada RasulNya dua pilihan samada dunia atau pun kematian, tiba-tiba beliau menjawab "Kami korbankan bapa kami dan ibu kami", Rasulullah s.a.w yang ditawarkan, bukan beliau, walau macam mana pun Abu Bakr adalah orang yang terlebih mengetahui di kalangan kami.
Kemudian Rasulullah s.a.w pun berkata pula: Sesungguhnya orang yang paling selamat untuk ku bersahabat dan juga hartaku ialah Abu Bakr, seandainya harus ku mengambil teman selain dari Allah nescaya ku pilih Abu Bakr tetapi beliau adalah saudara, dan perhubungan mesra dalam Islam, mana-mana pintu dari rumah ke masjid semua harus ditutup kecuali pintu rumah Abu Bakr sahaja.
EMPAT HARI SEBELUM KEWAFATAN
Di hari Khamis iaitu empat hari sebelum kewafatan, sakit Baginda semakin berat, Baginda telah meminta dengan katanya: "Tolong bawa ke mari untuk ku tulis buat kamu semua bingkisan, di mana kamu tidak akan sesat lepas itu". Di dalam rumah di masa itu terdapat beberapa orang di antara mereka ialah Umar Ibn Al-Khattab, dan beliau berkata: "Kini Rasulullah s.a.w mengalami kesakitan yang teruk, kan kami sudah ada Al-Quran, sudah cukup untuk kamu kitab Allah itu". Ahli keluarga Rasulullah s.a.w berselisih pendapat dan berbalah, di antara mereka mengatakan: "Ayuh berikan sesuatu untuk Baginda tulis". Dan di antara mereka juga mengatakan seperti pendapat Umar tadi. Hingga dengan itu berlaku kesibukan dan percanggahan, menyebabkan Rasulullah s.a.w berkata: "Ayuh! Kamu semua beredar dari sini".
Di hari itu Baginda membuat tiga wasiat iaitu Baginda berpesan supaya di halau keluar kaum Yahudi, Nasrani dan Musyrikin dari Semenanjung Tanah Arab, seterusnya Baginda berpesan supaya membenarkan kedatangan para perwakilan sebagaimana yang pernah Baginda lakukan. Adapun wasiat yang ketiga perawi hadith terlupa, boleh jadi pesanan supaya berpegang dengan kitab Allah dan sunnah Rasulullah s.a.w atau meneruskan penghantaran tentera Islam pimpinan Usamah,'atau ianya perintah untuk bersembahyang dan membuat hubungan baik dengan hamba-hamba yang dimiliki.
Walau pun nabi dalam keadaan sakit namun Baginda terus bersembahyang mengimami sidang jemaah sekalian, hingga ke hari Khamis empat hari sebelum Baginda wafat. Di hari itu Baginda bersembahyang maghrib dengan membaca surah "Al-Mursalaat ".
Semasa sembahyang Isya' sakit Baginda bertambah berat, menyebabkan Baginda tidak terdaya untuk keluar ke masjid, kata Aisyah: Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: "Apakah orang ramai sudah sembahyang?". Kata kami: "Tidak wahai Rasulullah s.a.w, mereka semua sedang menunggu tuan hamba". Kata Baginda lagi: Sediakan air di dalam talam itu". Kami pun berbuat mengikut seperti suruhan Baginda, dengan itu Baginda pun bersuci, dan bangun namun Baginda telah pitam di situ kemudian sedai bertanya pula: "Apakah orang ramai sudah bersembahyang. Kejadian pitam ini berulang kali berlaku seperti yang pertama iaitu selepas Baginda bersuci, akhirnya Baginda suruh Abu Bakr bersembahyang mengimami orang ramai. Abu Bakr pun melaksanakan perintah Baginda mengimami orang ramai untuk hari-hari itu sebanyak tujuh belas (17) waktu semasa hayat Rasulullah s.a.w.
Dalam hal ini Aisyah telah meminta Rasulullah s.a.w mengubah arahannya itu, bertujuan memberi orang lain menjadi imam, supaya orang ramai tidak beranggapan tak elok, namun Rasulullah s.a.w tetap menolak dan berkata: "Kamu semua adalah wanita-wanita pencinta Yusof, banyak berdalih, ayuh suruh Abu Bakr bersembahyang mengimami orang.
SEHARI ATAU DUA HARI SEBELUM WAFAT
Di hari Sabtu atau Ahad nabi (s.a.w) merasa dirinya ringan sedikit, justeru itu Baginda keluar dengan dibantu oleh dua orang untuk bersembahyang Zohor, sedang Abu Bakr mengimami orang ramai. Sebaik sahaja Abu Bakr terlihat Baginda beliau pun berundur ke belakang, tetapi Rasulullah s.a.w memberi isyarat supaya jangan beliau berundur, Rasulullah s.a.w menyuruh dua orang yang membantu Baginda supaya mendudukkan Baginda sebelah Abu Bakr, mereka berdua pun mendudukkan Rasulullah s.a.w di sebelah kiri Abu Bakr, dan Abu Bakr mengikuti (beriqtida') dengan Rasulullah s.a.w di dalam sembahyangnya, di samping memperdengarkan takbir-takbir kepada sekalian jemaah.
SEHARI SEBELUM WAFAT
Pada hari Ahad iaitu sehari sebelum wafat, Rasulullah s.a.w memerdekakan kesemua hamba sahaya, bersedekah dengan tujuh dinar yang Baginda miliki pada ketika itu, semua senjata-senjatanya diberikan kepada kaum muslimin. Di malam berkenaan Aisyah meminjam minyak untuk menghidupkan lampu dari jirannya, baju besi Rasulullah s.a.w tergadai pada seorang Yahudi dengan tiga puluh (30) cupak beras bali.
HARI TERAKHIR DALAM HAYAT BAGINDA
Anas bin Malik meriwayatkan katanya: Sekalian kaum muslimin yang sedang bersolat Subuh di belakang Abu Bakr di hari Isnin itu dikejut oleh kemunculan Rasulullah s.a.w dari sebelah tabir bilik Aisyah sedang jemaah bersembahyang. Baginda melihat dan memberi senyumannya, Abu Bakr pun berundur ke belakang untuk menyertai saf di belakang, kerana beliau menyangka Rasulullah s.a.w hendak keluar bersembahyang. Kata Anas lagi: Hampir-hampir sidang jemaah terpesona dengan solat mereka kerana gembira melihat Rasulullah s.a.w namun Baginda memberi isyarat kepada mereka supaya meneruskan sembahyang. Lepas itu Baginda melepaskan tabir dan masuk ke dalam. Selepas itu Rasulullah s.a.w tidak berkesempatan lagi untuk bersembahyang lima waktu yang lain.
Semasa siang semakin cerah Rasulullah s.a.w menjemput Fatimah dan membisik kepadanya sesuatu, menyebabkan beliau menangis, lepas itu Baginda memanggil Fatimah dan membisik kepadanya sesuatu menyebabkan Fatimah tersenyum, kemudian Aisyah berkata: Kami pun bertanya apa ceritanya?. Jawab Fatimah: "Baginda membisik bahawa Allah akan menjemputnya melalui sakit yang Baginda alami ini, itulah yang membawa aku menangis, pada kali kedua Rasulullah s.a.w membisikkan bahawa daku ahli keluarganya yang diwafatkan Allah selepas Baginda, itulah yang menyebabkan daku tersenyum".
Selain dari itu Rasulullah s.a.w juga memberi khabar gembira (tabsyir) kepada Fatimah bahawa beliau adalah Syayyidah Nisa' al-'Alamin (Penghulu Wanita Dunia). Fatimah melihat beban kesakitan terlalu berat dialami oleh Rasulullah s.a.w. Beliau berkata: "Alangkah berat siksa bapa". Jawab Rasulullah s.a.w: "Tiada siksa lagi bagi bapamu selepas hari ini".
Di saat ini Rasulullah s.a.w memanggil Al-Hasan dan Al-Husain dan Baginda mencium kedua-duanya sambil berwasiat kepada mereka berdua dengan kebaikan, kemudian Rasulullah s.a.w menjemput isteri-isterinya, menasihati dan memperingatkan mereka.
Kesakitan semakin bertambah, dan kesan racun yang Baginda termakan di hari Khaibar boleh dilihat, menyebabkan Rasulullah s.a.w berkata: "Wahai Aisyah kini aku masih terasa sakit kesan makanan di hari Khaibar dahulu, inilah masanya aku mendapati nafas ku sesak terputus-putus kerana kesan racun itu". Rasulullah s.a.w mewasiatkan orang ramai dengan sabdanya: "Solat, solat dan berbuat baiklah kepada hamba sahaya milik kamu". Baginda mengulangi ungkapan ini berkali-kali.
NAZAK
Saat nazak mendatangi Rasulullah s.a.w, dan Aisyah bertindak membiarkan Rasulullah s.a.w bersandar kepadanya. Hal ini beliau ceritakan dengan katanya: "Sebenarnya di antara nikmat anugerah Allah ke atas ku di mana Rasulullah s.a.w meninggal di rumahku, di hari giliran ku di antara dada dan leherku, dan mencantumkan di antara liur ku dan liur Baginda semasa kewafatan Baginda. Sebelum itu Abdur-Rahman bin Abu Bakr telah masuk ke bilik beliau dengan memegang kayu suginya, dan aku membiarkan Rasulullah s.a.w bersandar, kulihat Rasulullah s.a.w memerhati ke arahnya, ku sedar bahawa Rasulullah s.a.w suka dan hendakkan siwak (sugi) tersebut. Justeru aku bertanya: Mahukah ku ambil untukmu Rasulullah s.a.w? Rasulullah s.a.w pun mengangguk kepalanya, kemudian ku berikan siwak kepada Baginda, tetapi ianya keras sedikit dan ku berkata: Biarkan ku lembutkannya? Baginda menganguk kepalanya, dengan itu ku pun melembutkannya, maka Rasulullah s.a.w pun bersugi dengannya". Dalam satu riwayat lain bahawa Baginda bersugi dengan sepuas-puasnya, pada masa itu terdapat sebuah bijana di hadapan Rasulullah s.a.w berisi air di mana Baginda memasukkan tangannya untuk menyapukan air ke mukanya sambil berkata yang bermaksud: "Sebenar kematian ini ada sakarahnya" - Al-Hadith.
Tidak berapa lama selepas Baginda selesai menyugi giginya, Rasulullah s.a.w pun mengangkat tangannya ke langit atau jarinya diikuti dengan renungan matanya ke atas, disusuli dengan gerakan bibirnya. Aisyah telah mendengar ungkapan terakhir yang dilafazkan oleh Rasulullah s.a.w seperti berikut :
Bersama-sama dengan mereka yang telah Engkau kurniakan dan golongan para nabi, siddiqin, syuhada' dan salihin, Ya Allah Ya Tuhanku ampunilah daku dan kasihanilah daku, letakkanlah daku dengan Kekasih yang Tertinggi, Ya Allah Ya Tuhanku Kekasih yang Tertinggi.
Baginda mengulangi lafaz yang terakhir sebanyak tiga kali dan tangan Baginda pun layu turun ke bawah, maka Baginda pun terus bersama Kekasih Yang Tertinggi. "Sesungguhnya kita ini bagi Allah dan sesungguhnya kepadaNya kita semua kembali".
Peristiwa kewafatan Rasulullah s.a.w ini berlaku ketika pagi sudah meningkat di hari Isnin dua belas (12) Rabiulawwal tahun kesebelas (11) Hijrah di waktu usia Rasulullah s.a.w genap enam puluh tiga (63) tahun dan empat (4) hari.
KEPILUAN MENYELUBUNGI PARA SAHABAT
Kini berita kewafatan Rasulullah s.a.w yang memilukan itu tersebar luas, suasana muram menyelubungi persada Madinah dan cerok daerahnya, kata Anas: "Tidak pernah ku melihat satu hari lebih ceria dan bercahaya dari hari kedatangan Rasulullah s.a.w ke Madinah dan tidak pernah pula ku lihat satu hari yang lebih buruk dan muram dari hari kewafatan Rasulullah s.a.w".
Selepas wafatnya Rasulullah s.a.w puteri Baginda, Fatimah (r.a) telah mengucapkan suatu ungkapan: "Duhai ayahku, kau menyahut seruan Tuhamu, duhai ayahku, syurga Al-Firdaus kesudahanmu, duhai ayahku, kepada Jibril jua kami bertakziah mengenai kewafatanmu"
SIKAP UMAR
Di hari itu Umar telah berdiri di hadapan khalayak ramai dan mengikut riwayat menceritakan bahawa beliau telah terkeluar dari kewarasannya dengan berkata: "Sebenarnya terdapat beberapa orang munafiqin telah menyebut bahawa Rasulullah s.a.w telah wafat, sesungguhnya Rasulullah s.a.w tidak wafat, cuma beliau pergi menemui Tuhannya seperti Musa bin Amran pergi menemui Tuhannya, Musa menghilang diri untuk selama empat puloh malam, kemudian Baginda pulang semula setelah orang berkata, yang Musa telah mati. Demi Allah, Rasulullah s.a.w pasti akan pulang semula, sesiapa yang menyangka bahawa Rasulullah s.a.w telah wafat mesti dipotong tangan dan kaki-kaki mereka.
PENDIRIAN ABU BAKR
Abu Bakr memecut kudanya, berlari dari rumahnya di As-Sanh, sesampainya ke perkarangan masjid beliau terus masuk ke dalam masjid. Tanpa bercakap sepatah pun dengan orang ramai beliau memasuki bilik Aisyah menuju ke tempat Rasulullah s.a.w yang sedang berbaring ditutupi dengan kain. Beliau membuka tutupan muka Rasulullah s.a.w (s.a.w, terus memeluk dan mencium muka Rasulullah s.a.w sambil menangis dan berkata: "Demi dikaulah ibu ayahku, Allah tidak akan mengenakan kau dua kematian, adapun kematian yang ditulis ke atas mu ini sudah kau hadapinya".
Setelah itu Abu Bakr dan Umar keluar menemui orang ramai, di mana Abu Bakr berkata: "Wahai Umar sila duduk" Namun Umar enggan untuk duduk. Orang ramai pun melingkungi Abu Bakr dan membiarkan Umar di situ. Abu Bakr berucap kepada sidang hadirin dengan katanya: "Adapun selepas tahmid dan syukur maka ingin ku menyebut di sini, sesiapa di antara kamu yang menyembah Muhammad sesungguhnya Muhammad telah mati dan sesiapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah itu hidup dan tidak akan mati ".
Kemudian beliau membaca ayat Allah:
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (yakni murtad). Maka sesiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur".
Ali-Imran : 144
Kata Ibn Abas: Demi Allah, di masa itu manusia ramai bagaikan tidak mengetahui bahawa Allah telahpun menurunkan ayat ini kecuali setelah Abu Bakr membacanya, dengan itu orang ramai pun menerima dan membacanya.
Kata Ibn Al-Musaiyab: Umar telah menyebut: "Demi Allah, sebaik sahaja aku terdengar apa yang diunggapkan oleh Abu Bakr itu aku terasa kakiku sudah tidak berdaya lagi untuk berdiri, memanglah aku terus terhumban ke tanah sebaik sahaja mendengar apa yang dibaca oleh Abu Bakr itu, kerana aku sudah dipastikan dengan kewafatan Rasulullah s.a.w".
KAFAN DAN PERSEMADIAN JASAD MULIA BAGINDA KE PEMBARINGAN TERAKHIR
Telah timbul perselisihan pendapat di antara para sahabat sebelum urusan perkafanan mengenai persoalan khalifah. Berlakulah perbahasan dan perdebatan di antara kaum Muhajirin dan Al-Ansar di halaman rumah Banu Sa'adah yang mana akhirnya mereka semua bersetuju melantik Abu Bakr sebagai khalifah Rasulullah s.a.w. Perbahasan ini memakan masa hingga ke akhir hari Isnin, malah hingga masuk ke malam berikut menyebabkan orang ramai turut sibuk. Pengkembumian jasad Baginda tertangguh hingga ke malam Selasa malah hingga menjelang subuh hari berikut, di mana jasad Rasulullah s.a.w yang penuh berkat itu terletak di tempat tidurnya, tertutup dengan kain menyebabkan ahli keluarga Baginda menutup pintu rumah.
Di hari Selasa barulah diuruskan mandi jasad Rasulullah s.a.w tanpa membuka bajunya, mereka yang bertugas memandikan Baginda ialah Al-'Abbas, Ali, Al-Fadhl dan Qatham (kedua-dua anak Al-'Abbas), Syaqran (hamba Rasulullah s.a.w), Usamah bin Zaid dan Aws bin Khawli. Abbas, Al-Fadhl dan Qatham membalikkan badan Rasulullah s.a.w, Usamah dan Syaqran menjiruskan air, Ali menggosoknya sedang Aws pula menyandarkan Rasulullah s.a.w ke dadanya. Kemudian mereka semua mengkafankan jasad Rasulullah s.a.w di dalam tiga lapis kain kafan berwarna putih tenunan dari Al-Yaman, tidak berbaju atau berserban. Dikafannya jasad Rasulullah s.a.w ke dalam ketiga-tiga lapisan kain kafan tadi dengan cermat dan penuh hemat.
Di saat pekebumian sekali lagi kaum muslimin berikhtilaf tempat persemadiannya, namun kesudahannya Abu Bakr bangun dan berkata: "Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah s.a.w pernah berkata: Tidak dimatikan mana-mana nabi kecuali di tempat itulah ia disemadikan". Justeru itu maka Abu Talhah pun mengangkat tempat tidur Rasulullah s.a.w dan digalinya lubang sebagai kubur berliang lahad.
Sebelum itu kaum muslimin masuk membanjiri bilik Rasulullah s.a.w dengan bertali arus sepuluh selepas sepuluh, menunaikan solat jenazah, masing-masing tanpa imam. Mula-mula sekali Baginda disembahyangi oleh keluarga Baginda, kemudian Muhajirin diikuti oleh Al-Ansar. Kaum wanita bersembahyang selepas kaum lelaki diakhiri oleh lapisan kanak-kanak.
Kesemuanya ini diselenggarakan pada hari selasa sehari suntuk, malah hingga ke malam Rabu. Kata Aisyah: "Kami bagaikan tidak menyedari pengkebumian kecuali setelah kami terdengar suara cangkul menggali tanah di tengah malam yakni malam Rabu.
MUHAMMAD SALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM NABI YANG TERAKHIR
Nabi Muhammad 'Alaihi Wasallam ialah Nabi yang ter-akhir dan tidak ada Nabi selepasnya. Ini adalah kata sebulat suara umatIslam (ijma'). Di dalam agama pula dikenal dengan suatu perkara yang mesti dipercayai ('Aqidah). Sepotong Hadith Nabi yang bermaksud:
"Aku dan Para Anbiya' sebelumku 'ibarat satu bangunan yang dibina oleh seorang laki-laki. Lalu ia membinanya dengan baik dan dipercantikkannya kecuali pada tempat sekeping batu-bata pada suatu sudut. Maka orang ramai datang mengelilinginya dan kagum melihat dan berkata mengapa tidak diletakkan seketul batu-bata di tempa yang kosong itu, maka akulah batu-bata itu dan akulah penyudah segala Nabi".
Pertautan dan hubung-kait da'wah Nabi Muhammad 'Alaihi Wasallam dengan da'wah para Anbiya' terdahulu adalah bertujuan memperkuat dan memperkemas atau sebagai kesimpulan dan penutupan, sepertimana yang dapat difahamkan dari Hadith yang tersebut di atas. Ini tegas sekali bila melihat di mana da'wah para Anbiya' seluruhnya bersendarkan dua asas yang penting:
1. 'Aqidah kepercayaan.
2. Perundangan dan akhlaq.
Dari segi 'aqidah kepercayaan langsung tidak berubah sejak Nabi Adam 'Alaihi Sallam hinggalah ke zaman Nabi Muhammad SallaLlahu 'Alaihi Wasallam, Nabi yang terakhir, iaitu kepercayaan kepada Allah Yang Esa. Mensucikan Allah dari sifat- sifat kekurangan dan percayakan hari akhirat, hisab amalan manusia, syurga dan neraka. Tiap Nabi menyeru kaumnya kepada kepercayaan tersebut dan tiap Nabi juga menyokong dan menegaskan apa yang dibawa oleh Nabi yang terdahulu darinya.
Rangkaian pengutusan para Anbiya' sekeliannya menunjukkan kepada kita yang nabi-nabi semuanya di utus supaya menyeru manusia ke arah keimanan dengan Allah 'Azza wa jalla Yang Esa, seperti yang dinyatakan dalam kitabNya: Yang bermaksud:
"Diturunkan kepada kamu sekelian agama sepertimana yang diutuskan kepada Nuh dan yang diwahyu kepada seperti juga yang diutuskan kepada Ibrahim, Musa dan Harun agar kamu menegakkan agama dan jangan berpecah-belah kerananya."
Asy-Syuura 42 : 13
Malah langsung tidak tergambar kepada kita yang seruan para Anbiya' itu akan berlainan di antara satu dengan yang lain mengenai soal 'aqidah, sebab soal 'aqidah adalah soal berita dan perkhabaran dan tidak akan berlainan perkhabaran dan berita dari seseorang itu sekiranya perkara itu benar. Tidak diterima oleh 'aqal manusia bahawa Allah telah mengutus seorang Nabi mengatakan Allah itu tiga-Maha Suci Allah, kemudian diutuskan seorang Nabi lain mengatakan bahawa Allah itu Esa dan kedua-dua perkhabaran itu kemudian dianggap benar belaka. Ini tidak mungkin berlaku. Ini bersangkut dengan 'aqidah, bersangkut dengan tasyri' (perundangan). Perundangan (ahkam) ini pula bertujuan mengatur penghidupan sesebuah masyarakat. Peribadi manusia adalah berbeda kualiti dan kuantitinya sesuai dengan pengutusan seseorang nabi itu, sebab tasyri' itu bukanlah untuk menyampaikan perkhabaran dan berita semata-mata tetapi bertujuan untuk mengadakan dan mewujudkan masyarakat yang sempurna. Sudah barang pasti di mana masa dan keadaan sesuatu kaum itu memberi kesan dan pengaruh-pengaruh terhadap perkembangan perundangan sebab timbulnya undang-undang itu adalah demi muslihat dan kepentingan serta faedah manusia. untuk dunia dan akhirat. Pengutusan nabi-nabi yang terdahulu adalah semata-mata untuk kaum itu sahaja tidak merupakan pengutusan yang menyeluruh. Justeru itu maka implikasinya terhadap perundangan tasyri' adalah nyata sekali. Umpamanya pengutusan Musa 'Alaihi Sallam kepada Bani Israel adalah untuk bangsa dan zaman itu sahaja. Dikatakanundang-undang yang diturunkan untuk Bani Israel itu sesuai untuknya kerana undang- undang itu nyata keras dan memangsesuai dengan bangsa yang bersifat keras kepala. Apa yang dibawa oleh Nabi 'Isa pula adalah sederhana sedikit dari apa yang dibawa oleh Nabi Musa tadi. Perkara ini nyata sekali kalau diperhatikan apa yang ditegaskan oleh Allah dalam kitab Al-Qur'an Yang bermaksud:
"Membenarkan apa yang dihadapanKu iaitu Kitab Al- Taurat dan menghalalkan separuh dari apa yang diharamkan ke atas kamu dahulu. "
Ali-Imran 3 : 50
Apa yang dibawa oleh Nabi 'Isa adalah membenarkan dan menegaskan apa yang dibawa oleh Al-Taurah mengenai soal 'aqidah dan kepercayaan, dan yang bersangkut dengan hukum tasyri' ada sedikit perubahan iaitu kelonggaran dari yang dahulu. Kesimpulan yang dapat kita ambil dari sini ialah, tiap pengutusan itu mengandungi 'aqidah dan tasyri'. Kepercayaan dan 'aqidah yang dibawa oleh seseorang Nabi itu fungsinya menguat dan menyokong 'aqidah Anbiya' yang terdahulu. Sedangkan syari'at pula fungsinya membatal dan memansuhkan syari'at para Anbiya' dahulu dan kadangka lanya menyokong yang lama. Justeru itu maka tidak ada agama dan 'aqidah Ilahi berbilang-bilang dan beranika corak tetapi sebaliknya terdapat berbagai syari'at Ilahi yang kemudian memansuhkan yang dahulu dan yang baharu membatalkan yang lama, hinggalah sampai kepada syari'at yang terakhir disudahi dengan Nabi yang terakhir. 'Aqidah dan agama yang benar itu satu. Tiap Nabi dan Rasul yang diutuskan mulai dari Adam 'Alaihi sallam hingga ke Nabi Muhammad semuanya menyeru manusia kepada agama yang satu iaitu agama Islam. Lantaran Islam maka diutuskan Ibrahim, Isma'il dan Ya'qub 'Alaihi sallam seperti firman Allah: Yang bermaksud:
"Sesiapa yang enggan dengan agama Ibrahim kecuali manusia yang memperbodohlcan diri sendiri, Kami telah pilihnya di dunia dan sesungguhnya di akhirat dia adalah dari golongan salih. Ketika Allah menyerunya supaya beriman (menyerah diri kepada Allah) jawabnya; telahpun aku serahkan dinku kepada Allah Tuhan sekelian 'alam dan Ibrahim telah berwasiat kepadaanak-anaknya, demikian pula Ya'qub dengan katanya: Hai anakku, sesungguhnya Allah telah memberi untukmu agama dan jangan sekali-kali kamu mati kecuali kamu adalah orang Islam."
Al-Baqarah 2:130 - 132
Dengan 'aqidah inilah juga Allah mengutus Nabi Musa kepada keturunan Israel di rnana Allah telah menceritakan tentang ahli sihir Fir'aun yang telah beriman dengan Nabi Musa.
Firman Allah Yang bermaksud:
"Ahli-ahli sihir itu menjawab: sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali. Dan Kamu tidak membalas dendam dengan menyiksa kami, melainkan kerana kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami. Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan kami menyerah din kepadaMu."
Al-A'raaf 7:125 - 126
Dengan 'aqidah ini jugalah Tuhan mengutus 'Isa 'Alaihi sallam, di mana Tuhan telah menceritakan tentang kaumnya yang telah beriman dengan ajaran yang dibawanya. Firman Tuhan Yang bermaksud:
"Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menyerahkan din."
Ali-'Imran 3 : 52
Mungkin ditimbulkan pertanyaan. Kenapakah rnereka yang mengaku sebagai pengikut-pengikut Nabi Musa mempunyai'aqidah tersendiri ddak kena mengena dengan 'aqidah keesaan yang dibawa oleh para Anbiya'? Dan mengapakah mereka yang mengaku sebagai pengikut Nabi 'Isa menganuti suatu 'aqidah yang tersendiri? Sebagai jawapannya kita sarankan dalil Al-Qur'an: Yang bermaksud:
"Sesungguhnya agama di sisi ALlah hanyalah Islam. Tidak berselisih orang-orang yang diberi Al Kitab kecuali setelah datangpengetahuan kepada mereka, kerana berdengkian di antara mereka."
Ali-'Imran: Ayat 19
Dan tegas Tuhan lagi dalam surah ASy-Syura Yang bermaksud:
"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang tehh diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu. "
Asy-Syura 42:13
"Dan mereka (abli kitab) tidak berpecah-belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka kerana kedengkian antara mereka. Kalau tidak kerana suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu nya (untuk menangguhkan 'azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka benar-benar berada dalam keraguan yang mengejutkan tentang kitab itu."
Asy-Syura 42:14
Para Anbiya' diutuskan bersama-sarna mereka yang Islam, agama yang diakui oleh Allah. Ahli Kitab mengetahui bahawa agama itu satu dan diutuskan nabi-nabi untuk memberi sokongan kepada nabi-nabi yang terdahulu.
Langgan:
Catatan (Atom)